Isra’ Mi’raj Talk Show Probolinggo: Indonesia Berkah dengan Syariah Kaffah

Reporter Lilik Solekah

Pagi yang cerah menggelorakan semangat ibu-ibu majlis ta’lim Islam Kaffah untuk mengikuti acara Rajab, tepatnya pada Sabtu, 18 Februari 2023. Pukul 07.00 sudah terlihat hiruk-pikuk panitia yang mempersiapkan segalanya sesuatunya. Tepat pukul 08.00 dimulailah acara, Musholla Al Hikmah dipenuhi hadirin yang duduk rapi bershof-shof hingga teras pun terpenuhi hadirin. Ada dari Sumber Kedawung, Bantaran, Lumbang, dan lain sebagainya daerah sekitaran Leces. Mereka juga berasal dari latar belakang yang berbeda, ada dari praktisi pendidikan, praktisi hukum, ibu rumah tangga, pengasuh pondok pesantren, mompreneur, pelajar, mahasiswa, dan lain sebagainya.

Tema Besar yang diambil dalam moment Rajab Ini adalah “Indonesia Berkah dengan Islam Kaffah.” Acara dibuka oleh ustadz Azzam dari Probolinggo , setelahnya langsung dialihkan hybrid, acara dipandu oleh ustadz Karebet.

Pembicara pertama yaitu KH. Rohmat S.Labib menyampaikan bahwa acara ini digelar secara serentak dari Aceh hingga Papua. Ada ratusan ribu yang menyaksikan.

Ustadz Labib menyampaikan bahwa Isra’ Mi’raj adalah peristiwa yang sangat penting sehingga Allah mengabadikan peristiwa tersebut dalam Al-Qur’an, yaitu salah satunya dalam surah Al-Isra’. “Perjalanan Isra’ Mi’raj ini adalah perjalanan yang luar biasa yang menunjukkan tanda-tanda kebesaran Allah. Dari sini, kita petik pelajaran bukan sekedar kewajiban sholat yang dibawa nabi untuk umatnya, namun merasionalkan pada kita semua bahwa Allah itu haq, Rasul Muhammad itu haq, dan risalah yang dibawa beliau adalah haq. Sehingga, ketika kita meyakini, mengimani keberadaan Allah, maka ada konsekuensi bagi mukmin untuk melaksanakan seluruh risalah-Nya yaitu seluruh aturan kehidupan.”

Sebagai mukmin, tidak boleh mengambil sebagian dan mencampakkan sebagian yang lainya dari hukum-hukum Allah. Salah satu contoh hukuman bagi pezina yaitu cambuk 100 kali, tidak boleh lebih satu pun ataupun kurang satu pun. Sebagaimana halnya rakaat dalam salat subuh jika ditambah satu menjadi 3 rakaat dengan kesengajaan, maka bisa dikatakan sesat. Begitu pun salat zuhur dikurangi satu menjadi 3 rakaat juga bisa dikatakan sesat. Mafhum mukhalafah dari syariat tersebut bahwa tidak ada syariat yang boleh diabaikan ataupun dilebih-lebihkan. Termasuk negara yang tidak menerapkan syariat Islam berarti negara tersebut telah sesat.

Pernyataan yang mengatakan bahwa di dalam negara “yang penting ada pemimpin” adalah pernyataan yang salah. Adapun pernyataan yang benar adalah “Yang paling penting dalam negara adalah adanya imam (yuki muddin).”

Imam tersebut yang mampu menerapkan hukum-hukum Allah dan menjaga hukum-hukum Allah. Di pabrik ada satpam, di sekolah ada satpam gunanya untuk menjaga agar aman, tidak ada pencurian begitupun dalam Islam, harus ada penjaganya yaitu imam (khalifah).

Perlu kita ketahui bersama bahwa umat Islam hanya boleh ada kekosongan khalifah selama 3 hari 3 malam. Sehingga, tidak selayaknya ada pernyataan-pernyataan yang keluar dari lisan mukmin tentang keburukan Kh1l4f4h.

Dilanjut Pemateri yang kedua, dari cendekiawan muslim, Ustaz Ismail Yusanto memaparkan bahwa kita sebagai muslim dituntut untuk taat pada Allah, Rasul, dan dilanjut ulil amri minkum. Maksudnya ulil amri tersebut yang taat pada Allah dan Rasul-Nya.

Banyak sekali perintah Allah dan Rasul yang tidak bisa direalisasikan tanpa adanya ulil amri. Rasionalnya kita harus sami’na wa atho’na. Misal kita sakit, dicek dokter, diminta buka kancing baju ngikut aja, dituliskan resep diikuti dengan percaya dan yakin agar sakitnya segera sembuh. Padahal, kita juga pernah mendengarkan ada dokter yang malpraktik.

Nah, kepada Allah yang tidak pernah melakukan malpraktik kenapa kita tidak percaya sepenuhnya? Tidak sami’na wa atho’na? Jadi, tentang kewajiban mengangkat khalifah ini juga harus dijalankan karena tidak akan bisa terlaksana secara sempurna hukum-hukum Allah tanpa adanya khalifah.

Setelah itu, acara dilanjutkan dengan Talk Show Probolinggo dengan tiga narasumber yaitu Ustaz Alwan, Ustaz Harun Musa, dan Ustaz Abu Imam (Gus Tuhu) yang memaparkan urgensi Kh1l4f4h, keniscayaannya, mengapa ada penentang Kh1l4f4h.

Ustaz Harun Musa dengan gamblang menjelaskan bahwa setiap masa kenabian ada hitam ada putih. Ada Nabi, ada penentang Nabi, jadi ini sunnatullah. Ketika dakwah bil haq, pasti ada penentang kebenaran dan semoga kita semua tergolong hamba yang memperjuangkan, bukan sebagai penentang ataupun penonton. Karena, penonton tidak akan pernah menikmati hasil.

Ustaz Alwan menambahkan jika kita berpikir jauh ke depan, maka kita akan memprioritaskan kehidupan setelah mati dari pada memilih kenikmatan dunia tanpa bersusah payah ikut memperjuangkan Islam. Karena itu, semua akan dimintai pertanggungjawaban.

Acara selesai pukul 11.30. Di Musala Al-Hikmah, acara ditutup doa oleh Ustazah Tutut. Para peserta pulang dengan segudang Ilmu dan berbagai bekal dari panitia yaitu snack, softdrink, satu botol sari kedelai, dan mie gacoan. Masyaallah.

 

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi