From Follower To Leader

Reporter: Cahya

E, ini Ngafe menebar dakwah dalam bentuk kajian dengan Tema “From Follower To Leader” yang maknanya dari Pengikut Menjadi Pemimpin.

Nah, kalau biasanya kajian disajikan secara offline, dibulan Desember ini yang bertepatan dengan bulan liburan akhir semester Maka Ngafe disajikan secara online. Alasannya, biarpun sambil liburan, tetap ada nutrisi ruhiah bagi sobat Ngafe.

Alhamdulillah, meskipun acara kali ini daring, kondisi menuntut ilmu tetap kondusif dan penuh semangat. Acara dibuka dengan host Kak Dzihni Talidah Sunni dari Gresik yang renyah dalam menyapa Peserta. Pemateri hari ini namanya Kak Najma Farah dari Bojonegoro yang sekarang menjadi pelajar di Yayasan Pondok Pesantren di Probolinggo.

Kak Najma menjelaskan pandangannya dengan kacamata Islam mengenai fenomena remaja sekarang. Dia mengungkapkan dengan memaparkan banyak fakta yang terjadi di Indonesia; dari kasus pribadi sampai tataran negara. Banyak pemuda, pelajar khususnya yang kini ambil solusi pragmatis. Skripsi selesai dengan uang, putus cinta selesai dengan bunuh diri, gak punya uang cukup dengan pinjol, padahal belum bisa menghidupi dirinya sendiri.

Pemateri memaparkan petuah dari Bung Karno:
‘Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia.’

Hal ini tampak jelas bahwa sebenarnya pemuda memiliki kekuatan yang luar biasa. Jadi, ketika kita ingin melihat sebuah peradaban maka cukup lihatlah pemudanya. Jika pemudanya berkualitas, berbakat, bermartabat begitu juga peradabannya.

Tapi, apakah pemuda saat ini seperti itu kenyataannya? By the way, kalau kita lihat rewind tahun ini, pasti tak akan lupa sama fakta strawberry generation yang berembus beberapa waktu lalu.

Strawberry generation itu seperti apa? Yaitu generasi yang seperti buah stroberi. Terlihat bagus, segar, asam, manis di luar, tapi rapuh atau lembek di dalam. Nah, sebutan ini disematkan pada generasi masa kini.

Bukankah justru hal ini jadi tanda tanya bagi kita, yang seharusnya pemuda itu adalah tonggak peradaban? Bukankah pemuda adalah pemimpin di masa depan? Lalu bagaimana masa depan bangsa ini jika mayoritas pemudanya demikian rapuh?

Dengan demikian apa yang harus kita lakukan? Kita harus sama-sama meningkatkan valensi diri dan bertransformasi menjadi pribadi-pribadi islami yang ekspertis dalam bidangnya. Kita yang menyadari Ini harus berupaya sekuat tenaga untuk menyadarkan pemuda disekitar kita. Jangan jadi pemuda yang cuek. Karena, kepedulian kita bisa menyelamatkan generasi dan masa depan bangsa Ini.

Kita harus sadarkan pemuda bahwa kondisi yang seperti Ini paling disuka oleh musuh-musuh Islam. Terlebih kita harus sadari jika kondisi pemuda yang rapuh Ini karena buah sistem sekuler kapitalis yang jauh berbeda dengan sistem Islam.

Untuk diri kita, harusnya sudah mampu melihat ini sebagai sebuah masalah yang perlu dirubah. Menjadi prestatif di bidang apa pun adalah kewajiban sebagai hamba yang dilahirkan ke dunia dengan sematan sebaik-baik hamba. Fastabiqul khairat menjadi legislasi yang telah Allah berikan kepada kita untuk menjadi umat yang terbaik dimuka bumi.

Sehingga, tidak ada kata membebek, ikut tren bagi yang teguh dan kokoh dalam memegang tali Islam. Tinggal kita yang seharusnya semakin ulet untuk bersungguh-sungguh demi menebarkan manfaat dan kebaikan.

Semoga ini menjadi renungan untuk kita semua. Dan kita tidak akan ragu lagi untuk menjadi pemuda berprestasi demi kemajuan negara dan Islam terutama. Acara selesai jam 17.00 dengan ditutup doa juga pembagian doorprize oleh panitia.

 

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi