Reportase Majelis Taklim KAISHA, Ahad 18 Agustus 2024 di Musholla An Nahdhoh Kecamatan Banjar Sawah, Kota Probolinggo
Oleh. Ratih Febrian Kamiswara
(Kontributor MazayaPost.com)
Ahad, 18 Agustus 2024, kajian ibu-ibu muslimah dihelat. Dan kali ini, tema yang diangkat adalah seputar parenting yaitu tentang bagaimanakah mendidik anak-anak menjadi saleh yang sesungguhnya. Tema kali ini sangat menarik karena sadar tidak sadar, ilmu yang diberikan nanti diharapkan bisa menjadikan para orang tua semakin memahami hakikat mendidik anak, bagaimanakah kiat dan trik dalam mendidiknya secara benar dalam pandangan Islam.
Tepat pada pukul 10.15 WIB, acara kajian rutin bulanan itu dimulai. Bertempat di musala An-Nahdhoh, Banjarsawah-Probolinggo. Suasana tampak ceria sekali. Para tamu undangan silih berganti memasuki aula musala. Senyum hangat tersuguh dari para panitia menyambut kedatangan mereka. Beberapa ibu tampak riweh dengan anak kecil, tetapi semangat mengkaji ilmu sungguh tampak luar biasa dari para tamu undangan.
Beberapa menit berselang, tampaklah Ustazah Irma Hidayati sebagai moderator membuka forum kajian dengan sapaan hangat, dilanjutkan dengan pembacaan tilawah oleh santriwati An-Nahdhoh. “Pucuk dicinta ulam pun tiba.” Ustazah Cicik Juwariyah sebagai pemateri pun dengan sigap mengisi acara dengan materi yang membahana. Sekelumit pertanyaan terlontar untuk para hadirin, “Siapakah yang sedang punya masalah dalam mendidik anak?” Sudahkah anak dalam keadaan baik-baik saja akhlaknya ketika dinasihati? Mudahkah memberi nasihat di zaman sekarang, mengingat banyaknya problematika umat yang makin menyimpang dari ajaran Islam? Sudah benarkah hanya keluarga yang harus berperan penuh dalam mendidik anak untuk berkepribadian baik?
Beliau melanjutkan bahwa orang tua harusnya intropeksi dalam mendidik anak. Mendidik anak itu sebenarnya mudah. Kunci utama dalam mendidik anak yang pertama adalah selalu berkasih sayang dengan pasangan kita terlebih dahulu.
Mendidik anak juga dimulai dari kita memilih jodoh yang berkualitas. Ketika kita sebagai hamba Allah telah memantaskan diri sebagai manusia yang sholih dan sholihah maka insyaallah jodoh yang datang juga akan serupa akhlaknya. Di dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa,
اَلْخَبِيْثٰتُ لِلْخَبِيْثِيْنَ وَالْخَبِيْثُوْنَ لِلْخَبِيْثٰتِۚ وَالطَّيِّبٰتُ لِلطَّيِّبِيْنَ وَالطَّيِّبُوْنَ لِلطَّيِّبٰتِۚ اُولٰۤىِٕكَ مُبَرَّءُوْنَ مِمَّا يَقُوْلُوْنَۗ لَهُمْ مَّغْفِرَةٌ وَّرِزْقٌ كَرِيْمٌ ࣖ
“Perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji untuk perempuan-perempuan yang keji (pula), sedangkan perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik (pula). Mereka itu bersih dari apa yang dituduhkan orang. Mereka memperoleh ampunan dan rezeki yang mulia (surga).”
(QS. An-Nur: 26)
Bisa disimpulkan bahwa lelaki yang baik akan berjodoh dengan perempuan yang baik, yang pezina untuk pezina, yang bertakwa untuk yang bertakwa pulalah. Dalam memilih jodoh, kita juga harus melihat bagaimanakah karakter dari orang tua pasangan kita, dimanakah tempat tinggalnya, bagaimanakah latar belakang pendidikan calon pasangan kita, bagaimanakah akhlak pasangan kita ke tetangga dan sebagainya.
Sebagaimana diketahui, agama Islam memiliki sejumlah aturan yang berlaku bagi pemeluknya, termasuk juga dalam hal cara memilih jodoh.
Kriteria Pasangan Menurut Hadits
Rasulullah dalam satu hadis menyebutkan kriteria mengenai perempuan yang hendaknya dipilih menjadi istri atau dinikahi. Beliau bersabda,
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ عَن النَّبِيِّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لِأَرْبَعٍ: لِمَالِهَا، وَلِحَسَبِهَا، وَجَمَالِهَا، وَلِدِيْنِهَا، فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ. متفق عليه
“Dari Abi Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah saw. bersabda: Wanita itu dinikahi karena empat hal, karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan agamanya. Maka pilihlah karena agamanya, niscaya kamu akan beruntung.” (Muttafaqun ‘alaih)
Berdasarkan hadis tersebut, Rasulullah mengisyaratkan bahwa ada empat kriteria jodoh yang hendaknya dinikahi, yakni karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan agamanya. Maka pilihlah calon jodoh yang lebih utama dari agamanya.
Menyiapkan anak-anak yang saleh salihah harus orang tuanya yang saleh terlebih dahulu. Dan mustahil jika kita tidak saleh akan mendapatkan jodoh yang saleh. Belajar menjadi orang tua yang baik tidak ada jeda waktunya. Sebelum menikah kita dituntut untuk menggali ilmunya, pun setelah menjadi orang tua. Selalulah berdoa kepada Allah Swt. agar dimudahkan dalam mendidik anak, lanjut Ustazah Cicik menjelaskan.
Membentuk kepribadian anak yang sholih meliputi dua hal, yaitu:
1. Aqliyah/pola pikir
2. Nafsiyah/pola sikap
Tidak cukup hanya dengan pendidikan adab saja untuk mendidik anak. Pola pikir dan pola sikap ananda haruslah dididik sesuai syariat Islam.
Lima Langkah Mendidik Anak
Berikut adalah cara-cara dalam mendidik anak.
1. Nasihat (Aqliyah)
Menasihati anak harus dengan baik, terus-menerus dan tanpa bosan. Orang tua yang baik adalah orang tua yang mampu menghafal doa-doa dan hadis-hadis pilihan, paham aturan syariat Islam. Semisal bagaimanakah doa dan adab ketika makan atau keluar kamar mandi? Bagaimanakah batasan aurat laki-laki dan perempuan? Dan lain sebagainya. Hal inilah yang harus diajarkan secara konsisten kepada anak.
Dongeng Menjelang Tidur
Membiasakan mendongeng dengan kisah nyata yang ada di dalam Al-Qur’an, silsilah dan sirah Rasulullah atau cerita kepahlawanan sahabat dan shahabiyah agar tumbuh keimanan anak-anak. Berkisah bisa di stimulus saat menjelang tidur agar membekas ke alam bawah sadarnya.
Jadilah orang tua yang tidak memarahi tetapi memotivasi. Seyogianya orang tua tidak tersulut emosi saat mendidik.
Pilihkan guru yang baik dan tepat termasuk memilihkan sekolah untuk anak. Orang tua tetap berkewajiban memantau sejauh mana ilmu & pendidikan yang telah diterima anak. Orang tua pun sebaiknya selalu menjaga komunikasi dan silaturahmi yang baik dengan gurunya.
2. Pembiasaan (Nafsiyah)
Sedari dini, anak harus mulai ditanamkan disiplin, membekali dengan doa-doa dan hadis, dikenalkan tentang adab-adab seperti adab saat makan, masuk dan keluar masjid, dll. Orang tua harus paham pentingnya kesabaran, dengan telaten terus menerus membentuk kebiasaan sehingga tercipta habit baik yang sesuai syariat. Habit ini nantinya akan menjadi karakter dari anak tersebut.
3. Hadiah (Nafsiyah)
Ketika anak melakukan kebaikan, apresiasilah atas semua prestasi yang telah mereka capai. Berilah hadiah yang sesuai umurnya, sesuai kebutuhan mereka. Tidak selalu berupa barang, pujian akan lebih ampuh membentuk kepribadian dan akhlak yang baik untuk mereka. Rayakanlah dengan emosi yang bahagia.
4. Hukuman (Nafsiyah)
Buatlah kesepakatan bersama dengan anak tentang aturan-aturan yang harus mereka taati beserta hukuman yang akan mereka terima jika melanggar aturan tersebut. Jangan mengancam, sehingga lebih mudah dalam mendidik karakternya. Berilah hukuman yang mendidik, tidak menyakiti.
5. Teladan (Nafsiyah)
Anak adalah makhluk peniru yang hebat. Jangan sekali-kalielakukan kemaksiatan karena mereka akan menirunya sehingga akan susah untuk mendidiknya kembali. Jangan pernah menyuruh suatu kebaikan yang kita belum pernah melakukannya. Orang tua sebaiknya sering memperbaiki diri niscaya anak akan mengikuti.
Lima langkah mendidik anak di atas belum cukup untuk mendidik anak. Ketika di dalam lingkup keluarga, anak sudah dibina tetapi lingkungan sekitarnya tidak terdidik, maka akhlak anak dan keimanannya bisa ikut tercemari.
Ada 3 pilar yang bisa menjamin anak menjadi sholih yaitu lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat dan peran serta negara.
Keluarga adalah fondasi utama dalam mendidik anak. Lingkungan masyarakat terkhusus lingkup sekolah juga berperan sangat penting dalam menciptakan kepribadian anak. Namun, negara juga salah satu penentu kualitas pendidikan anak.
Terakhir pemateri menyampaikan bahwa negara memiliki kuasa untuk memfasilitasi kebutuhan masyarakat semisal pendidikan gratis yang memudahkan orang tua tidak bingung mencari nafkah untuk membiayai pendidikan anak. Negara berkewajiban mengayomi masyarakat di segala bidang, tidak hanya di sistem pendidikannya. Negara dibawah rezim kapitalis seperti saat ini memang sangat merugikan masyarakat, berbeda dengan negara yang menegakkan hukum-hukum syariat islam. Maka, seyogianya kita sebagai umat Islam berjuang untuk tegaknya syariat Islam dimuka bumi sehingga bisa mendidik generasi penerus peradaban yang lebih baik lagi. Semoga kita tidak menjadi orang tua yang menzalimi anak-anak.
Acara beranjak dengan pembagian doorprise kepada hadirin. Serta ditutup dengan doa. Moderator mengakhiri acara dengan ucapan maaf dan terima kasih atas kehadiran para tamu undangan. Semoga pada kesempatan berikutnya bisa mengkaji ilmu dengan tema menarik lainnya. Tepat pukul 12.00 Wib, acara selesai dan diakhiri dengan bersalam-salaman serta foto bersama. Wallahualam bisawab.