Pierre Suteki dan Afiyah Rasyad
Suara lantang berdentum menggema
Selaksa kebenaran menjulang ke angkasa
Nyaring tersampaikan dari ruas hati yang tersembunyi di dada
Saat itu dia tegak berdiri di luar istana
Tak ada setitik pun nada jumawa
Kemanusiaan mendominasi jiwa
Welas asih tunduk pada Sang Kuasa
Kala itu dia bergerak di luar istana
Syahdan, Si Buruk rupa datang menyapa
Istana memanggil memberi anugerah mahkota
Tak ada lagi nyaring suara kebenaran
Sunyi senyap menyapu ngarai savana
Lihat kawan, dia terdiam seribu bahasa
Padahal kebijakan kejam terus mendera
Menyeret nurani dalam kepongahan nyata
Tapi lidahnya kelu membisu di singgasana istana
Jabatan bergelimang harta dan puja
Pada remah dunia dia turut menghamba
Tak ubahnya sahaya buta
Sekira bersiap diri menjilat raja istana
Tak peduli lagi lurusnya fatwa
Lisan kelu tuk berkata benar
Larut dalam pusaran dahaga kuasa
Rela melebur diri bersenyawa watak durjana
Demi sekeping emas di atas kursi tahta
Satu per satu diri lepas rasa percaya
Kebenaran Ilahi diabaikan begitu saja
Diam, pasif nan membisu itukah patung istana
Tabik…!!!
Luar Istana, 22 Nopember 2021