Muara Kasih Ibu

Oleh. Siti Rumaanatul Hasanah
(Mahasiswi Universitas Nurul Jadid)

IBU adalah sosok wanita yang mulia
Wanita bertelapak kaki surga,
Wanita yang sangat berjasa di hidup kita
Wanita malaikat tanpa sayap

Sebelumnya, terimakasih aku persembahkan untuk malaikat yang aku sebut IBU, terimakasih atas cinta dan kasih sayang yang sangat tulus merawat dan mendidik aku sepenuhnya. Umi sudah banyak menginspirasi ana, jadi panutan yang luar biasa untuk ana.

Tidak terasa, perjalanan sama umi sudah begitu lama. Umi yang luar biasa, membesarkan kedua anaknya. Tapi menurut Ana, itu sebentar, waktu bersama umi cukup singkat. Tak terasa, usia Ana sudah sejauh ini, tetapi ana belum sempat bahagiakan umi. Maaf, ya umi ketika Ana jauh sama umi, itu Ana ngerasa sendiri, berjalan, terpapah tanpa umi. Itu rasanya tidak menyenangkan.

Ana masih ingat sekali waktu kelulusan SD. Saat itu, umi beri pilihan kepada ana pada saat, pilihannya adalah:
1. Mondok di pesantren
2. Sekolah di luar (SMP)

Seketika aku berdiam, tidak memberi jawaban pada umi. Terus umi dawuh, “Mau tahu cerita Umi, gak? Pada saat Umi mondok dulu.”
Lantas aku spontan menjawab, ’’Iya, Umi mau.‘’
Sembari tiduran di paha umi, sambil lalu umi mengusap kepalaku sambil bercerita, “Nak, mondok itu amat sangat bahagia, banyak temen, pegang uang sendiri, selain itu, hal yang paling penting di pesantren itu adalah taman surganya bagi orang yang menuntut ilmu.”

Terus aku potong pembicaraan umi dan aku menanyakan pada umi. “Kenapa kok bisa dibilang taman surga umi?”
Umi jawab, “Di sana, kita berlomba-lomba dalam hal kebaikan, kita akan membentuk akhlak kita untuk menjadi lebih baik lagi. Di pondok, hidup kita itu sederhana, jauh dari kata mewah, tetapi amat senang, Nak, jika kita ikhlas, sabar menjalani hal itu. Di pesantren itu, kita diajarkan tentang agama. Seru sekali ketika Umi di pesantren, banyak kejadian yang lucu, sedih, bahagia.”

Sembari tersenyum umi melihatku, dan aku pun tertarik dengan cerita umi. Spontan aku bicara kepada umi, “Kalau gitu, Ana mau mondok aja, ya di pesantren, tapi pesantrennya itu pesantren yang pernah umi mondok dulu.’’
Umi tersenyum dan menjawab, “Iya, Nak, niatkan semua demi mencari ilmu dan mencari rida Allah, ya.’’ Aku pun mengangguk dan tersenyum kepada umi.

Selang berapa bulan kemudian, keluargaku mengantarkanku ke pesantren. Mataku berkaca-kaca dan air mataku jatuh ke permukaan pipiku. Melihatku menangis, umi bertanya, “Kenapa nangis, Nak? Apa Ana sudah mulai berubah pikiran?”

Dengan sigap aku peluk umi dan aku pun menjawab pertanyaan umi, “Tidak umi, Ana sangat bahagia mondok, tetapi hanya saja sedih karena Ana bakal jauh dari umi dan keluarga.”

Lalu umi menjawab sambil menenangkanku dan mengusap pundakkku, “Nak, Umi tidak jauh, doa-doa Umi selalu di dekapan Ana. Umi ada di hati Ana, jangan risau, ya. Umi juga bakal sering nyambang Ana ke pesantren. Nak, semoga dengan Umi rida Allah juga rida, dan semoga Ana jadi anak yang salihah, bersungguh-sungguh dalam mencari ilmu, harus nurut sama Bu nNai dan Kiai, ya Nak. Karena beliau akan mengganti peran Umi selama Ana di pesantren. Sayangi beliau seperti Ana menyayangi Umi, patuh pada beliau sebagaimana Ana patuh pada Umi.’’

Mendengar jawaban umi, hatiku lebih tenang dan lega. Aku sangat bersyukur mempunyai orang tua seperti umi. Dan tidak terasa, 6 tahun berjalan begitu cepat. Dan kini aku sudah lulus dari pesantren. Banyak hal yang aku petik dari pengalaman 6 tahun itu saat berada di bawah naungan pesantren.

Dan sekarang aku sudah menginjak kuliah di semester 4 dan sebentar lagi akan beranjak di semester 5. Dari dulu sampai sekarang aku kuliah, umi tidak pernah menuntut aku untuk menjadi bagaimana aku, hanya satu pesan umi ‘’CARI RIDA ALLAH.’’

Pesan itu yang selalu aku ingat, ‘’Cari ridho Allah.’’ Masyaallah umi, Terimakasi sudah mengajarkan arti cinta yang sesungguhnya, mengajarkan arti sabar dan ikhlas, mengajarkan Ana untuk menjadi anak yang selalu taat kepada Allah. Terimakasih juga atas kesabaran umi, doa-doa umi, dan perhatian umi.

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi