Deru Hati Nabila

Oleh. Firda Umayah

Nabila masih berdiam diri di kamarnya. Rasa gelisah masih terus menggelayuti hatinya. Berbagai pikiran menyatu, semrawut bagai benang yang terlepas dari pintal. Nabila tak tahu harus dimulai dari mana mengurai masalahnya.

Dilihatnya sebuah cermin yang tergantung tepat di samping pintu kamar mandi yang ada di dalam kamarnya. Ia mengambil kotak perhiasan, lalu memukulkannya ke cermin bulat ukuran sedang dengan hiasan gambar bunga di sekelilingnya. Kaca itu pun pecah menjadi beberapa keping dan serpihan. Nabila mengambil salah satu keping pecahan kaca lalu ia torehkan kepada lengan kirinya yang tampak beberapa guratan yang masih membekas.

Luka kembali mengubah kulit lengan kirinya. Kulit yang semula berwarna kuning langsat kini berubah menjadi merah. Tetesan darah mengalir pada lengannya. Rasa perih ia rasakan. Namun, hanya sesaat. Nabila lebih merasa tenang setelah ia berhasil kembali melukai lengannya.

Ya, Nabila mengidap selfharm atau perilaku menyakiti atau melukai diri sendiri. Ini ia lakukan sudah setengah tahun yang lalu. Awalnya, ia hanya menggunakan jarum pentul untuk melakukan selfharm. Namun entah mengapa jarum tak cukup untuk membuat ia merasakan kepuasan dan ketenangan akan masalah yang ia hadapi. Ia lantas mengganti dengan gunting, pisau, dan kaca. Ia melakukan itu sebagai pelampiasan akan tekanan yang ia rasakan dari kedua orang tuanya.

Ya, ayah dan mama Nabila menginginkan ia mengikuti jejak keduanya untuk melanjutkan ke perguruan tinggi dengan jurusan kedokteran. Sebuah keputusan yang tidak disukai Nabila. Sebab, ia menginginkan melanjutkan di jurusan psikologi untuk mengatasi permasalahan kejiwaan seperti permasalahan yang ia rasakan saat ini.

Mungkin bagi sebagian orang, masalah Nabila merupakan masalah yang remeh. Namun, tidak baginya. Tekanan dan arahan yang selalu ditunjukkan oleh kedua orang tuanya membuat Nabila merasa terkekang. Ia sudah berusaha berulang kali untuk melobi kedua orang tuanya. Namun, hasilnya tetap gagal. Di malam minggu ditemani rintikan hujan saat itu, membuat Nabila tertidur dengan luka di lengan yang masih basah.

Nabila membuka matanya. Namun, ia melihat atap yang berbeda dari atap kamarnya. Dilihatnya sekeliling. Ia menoleh kepada lengan kirinya setelah ia menyadari di mana ia berada kini.

Tak lama masuk seorang wanita paruh baya dengan menggunakan kerudung warna ungu tua. Sebuah sosok yang jauh berbeda dengan yang sebelumnya Nabila lihat. Wanita tersebut tersenyum dengan mata sembab tanda ia telah menangis dalam waktu yang lama. Wanita itu meraih lengan kiri Nabila yang rupanya telah terbalut perban putih. Wanita yang tidak lain adalah mama Nabila. Sang mama lantas mencium telapak tangan kirinya seraya berkata dengan terbata-bata, “Maafkan Mama, Nabila. Mama mohon kamu jangan melakukan tindakan seperti semalam.”

Tak lama, tangis mama Nabila pun pecah dalam ruang kamar rumah sakit VIP bercat putih tulang tersebut. Nabila pun turus menangis sebab baru pertama kali ia melihat begitu lembut hati Mamanya. Hari itu Nabila ditemani oleh Mama karena Mama telah mengambil cuti beberapa hari untuk menemani Nabila.

Rupanya semalam saat Nabila tertidur, darah terus mengalir dari lengan. Hal itu membuat ia tak sadarkan diri. Kondisi Nabila diketahui oleh ayah dan mamanya saat keduanya pulang malam pasca dinas di salah satu rumah sakit yang ada di kotanya.

Pasca kejadian itu, kini mama dan ayah Nabila lebih sering berdiskusi dan mendengarkan segala keluhannya. Meskipun mama dan ayah Nabila masih berharap Nabila melanjutkan kuliah di kedokteran, tetapi keduanya masih menunggu kesiapan Nabila hingga lulus SMA.

Ya, Nabila kini masih kelas 11 SMA di salah satu SMA Swasta Favorit nomor dua di kotanya. Nabila adalah salah satu dari sekian remaja yang belum menemukan jati diri dalam hidup. Ia juga merupakan anak yang kurang mendapatkan perhatian dari orang tua. Meski ia telah berkerudung, tetapi ketika ia menemukan masalah, ia tak tahu apa yang harus ia lakukan. Sehingga, selfharm menjadi jalan yang ia lakukan untuk membuang penatnya pikiran lantaran masalah yang ia hadapi.

Kini, meski Nabila masih bersikukuh tidak melanjutkan sekolah ke jurusan kedokteran. Setidaknya ia tak lagi melakukan selfharm. Sebab, mama dan ayahnya juga bertekad akan terus memperbaiki diri agar komunikasi Nabila dengan keduanya terus membaik. Mama juga sudah mau menggunakan kerudung seperti yang ia inginkan.

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi