Bubur Bang Dul

Serial Mabok Utang (1)

Oleh. Afiyah Rasyad
Gali-gali-gali-gali-gali lobang
Gali-gali-gali-gali-gali lobang

Lobang digali menggali lobang
Untuk menutup lobang
Tertutup sudah lobang yang lama
Lobang baru terbuka

Gali lobang tutup lobang
Pinjam uang bayar utang
Gali lobang tutup lobang
Pinjam uang bayar utang

Lagu sang raja Dangdut, Rhoma Irama dinikmati Bang Dul dengan khusyuk. Suara khas H. Rhoma menemani kelihaian Bang Dul mengiris seledri dan menyuwir ayam. Sementara tangan lincah istri tercinta asik menari dengan sotel, menggoreng bawang sambil sesekali mengaduk bubur.

“Assalamu’alaykum, Bang! Bubur tiga mangkok. Satu komplit, satu biasa, satu tanpa telor,” pelanggan pertama datang memesan bubur.

“Wa’alaykumussalam, selamat datang. Alhamdulillah, baik silakan duduk. Pesanan segera diantar. Minumnya, Mas?” Bang Dul menjawab super ramah.

“Teh anget 2, air anget 1,” jawab lelaki berkemeja biru dengan Id Card sebuah lembaga keuangan.
“Siap, Mas!”

Bang Dul cekatan bermesra dengan mangkok yang siap diisi bubur. Gerakan lemparan mangkok di antara hembusan angin dilakukan begitu indah. Tiga mangkok dilempar ke meja. Tangannya seperti tak bertulang, lemah gemulai bak penari yang bermain selendang. Cara Bang Dul menuang bubur juga istimewa. Sendok diangkat terlihat begitu ringan tanpa pegangan. Tak sampai tiga menit, Bang Dul sudah di meja pelanggan mengantar bubur lengkap dengan minumnya.

Lagu Gali Lobang Tutup Lobang masih berputar. Para pelanggan selalu terkesima dengan aksi Bang Dul dalam menyajikan bubur. Tiga pelanggannya masih berdecak kagum.
“Bang Dul, lihai sekali menyajikan bubur,” pegawai bernama Irwan memuji Bang Dul. Bang Dul tahu namanya di Id Card.

“Alhamdulillah. Ala bisa karena biasa, Mas. Silakan, Mas!” sahut Bang Dul sembari mempersilakan pelanggannya menyantap bubur yang super lezat.

Pelanggan mulai berdatangan, hingga penuh. Kapasitas warung Bang Dul sebenarnya bisa sampai 50 orang, namun sejak masa korona ini, Bang Dul menyulap ruangannya hanya cukup menampung 20 orang saja.
Seperti enggan berhenti, pelanggan Bang Dul datang silih berganti. Satu kaset lagu Bang Haji sudah dibolak-balik Side A dan B sebanyak 5 kali. Rasa lezat bubur Bang Dul sudah terkenal seantero jagat. Buburnya memiliki cita rasa khas nusantara. Mulai tukang ojek sampai birokrat Bang Dul layani. Harga buburnya pun terjangkau tak membuat kantong bolong. Kerennya, dia membuka warung tanpa utang.

Lagu Roma sangat menginspirasinya. Sejak usia belia, pori-pori Bang Dul setia mengeluarkan peluh kerja kerasnya. Hidup sederhana akan jauh lebih menenangkan ketimbang hidup mewah dengan utang.
Saat pelanggan mulai sepi, angan Bang Dul merengkuh masa lalu yang menempanya sekuat baja. Usianya kala itu baru 13 tahun. Malapetaka menyapa keharmonisan keluarganya, belakangan dia tahu itu hanya keharmonisan palsu. Semua berawal dari utang. Orang tuanya mabok utang.

Senja yang indah, Dul belia hendak menuju surau Pak Kabar. Namun, langkahnya tertahan tatkala kak Mala berteriak histeris. Sontak langkah Bang Dul menuju sumber suara. Kak Mala melotot tak berkedip. Bang Dul panik tatkala melihat sebilah pisau dengan darah segar ada di dekat tubuh ayahnya yang tergolek tak berdaya. Bang Dul hanya mampu beristighfar dan menangis.

Bersambung

 

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi