Bubur Bang Dul

Serial Ustadz Reto Rika
Oleh. Afiyah Rasyad
Berjuang (berjuang)
Berjuang sekuat tenaga
Tetapi jangan lupa
Perjuangan harus pula disertai doa
Rintangan (rintangan)
Rintangan sudah pasti ada
Hadapilah semua dengan tabah
Juga dengan kebesaran jiwa
Bang Dul menikmati lagu perjuangan bang H. Rhoma Irama sambil memandang jalan depan warungnya. Angannya tersekap dalam belantara memori saat ikut acara ustadz Reto Rika. Seulas senyum menghiasi bibirnya saat teringat tentang beliau.
Bang Dul tahu betul dermawannya beliau. Kala itu acara di kampus istrinya ada acara Diklat Kepenulisan dan Jurnalistik, salah satu pematerinya beliau. Sudah datang sendiri, tidak jemput, menginap di masjid kampus. Sementara dua pemateri lainnya harus dijemput dan menginap di hotel.
Saat acara berlangsung panitia kelabakan karena dana yang diajukan ke kampus belum juga cair. Fee pemateri baru cukup untuk satu orang. Dua orang lainnya belum ada fee yang bisa diserahkan. Entah angin apa, Ustadz Reto Rika bertanya pada ketua pelaksana saat coffee break.
“Antum kenapa? Wajahnya lungset begitu anak muda,” nada bicara sang Ustadz penuh canda.
“Oh, ndak ada Ustadz,” jawab Faisal si ketua panitia.
“Ndak ada, kok wajahnya ditekuk. Senyumlah!” dengan lembut ditepuknya pundak Faisal.
“Katanya, kalau kebahagiaan dibagi itu akan bertambah. Kalau kegundahan dibagi akan berkurang,” senyum Ustadz Reto Rika membius Faisal.
“Kami belum ada buat fee Ustadz dan direktur Jelitivi. Afwan!” ucap Faisal malu.
“Subhanallah, gampanglah. Ana sudah beli tiket pulang juga kok. Gak usah dipikirkan. Buat direktur itu berapa feenya?”
“Satu juta. Kami bingung, teman-teman tidak ada yang bisa nalangi,” Faisal tertunduk.
Bang Dul menyaksikan aksi apa yang dilakukan ustadz fenomenal itu. Netranya mengekor tangan sang ustadz yang membuka buku agenda, lalu dikeluarkan amplop coklat.
“Ini ada satu juta, pakailah! Nanti kalau panitia sudah ada rezqi, silakan diganti,” disodorkan amplop coklat pada Faisal.
Gemetar tangan Faisal dibuatnya. Sementara Bang Dul terpana dengan aksi ustadz Reto Rika yang sederhana. Sejak saat itu, lepas acara Bang Dul langsung memepet ustadz. Dia rela menjadi ojek gratis buat beliau untuk keliling kota, sampai mengantar ke stasiun kereta. Tak lupa Bang Dul membawakan oleh-oleh buat keluarga.
Suatu ketika panitia acara PHBI masjid Al Falah meminta Bang Dul mencarikan kyai atau ustadz yang akan memberi tausiyah pada acara Pengajian Akbar Muharrom. Bang Dul di lingkungannya disegani, bahkan dia dijadwal mengisi khutbah Jum’at sebulan sekali. Khotib tamu di masjid Al Falah itu semua rekomendasi Bang Dul. Maka setiap acara PHBI (Perayaan Hari Besar Islam), Bang Dul selalu diamanahi mengundang ustadz atau kyai.
Ustadz Reto Rika jadi pilihan Bang Dul. Pilihan yang sangat tepat. Ada banyak pertimbangan, beliau low profile, loman, public speakingnya bagus, humble dan retorikanya mengguncang dunia.
Tatkala permintaan Remas masjid Al Falah datang, ustadz Reto Rika menjadi tujuan. Setelah ramah tamah via online, Bang Dul mengutarakan maksud untuk mengundang sang ustadz dalam acara Pengajian Akbar Muharrom.
Bang Dul bersyukur hingga kini masih menjalin komunikasi dengan beliau. Sungguh bahagia melanda karena dipertemukan dengan orang yang mumpuni dalam hal Retorika Mengguncang Dunia. Dari beliau Bang Dul belajar hingga bisa memukau saat mengisi khutbah ataupun training.
“Abang kenapa kerja sambil senyum-senyum sendiri, hah?” Ayuna sudah selesai menyuwir ayam.
“Keingat ustadz Reto Rika, beliau luar biasa,” sahut Bang Dul.
“Bahkan kita berjumpa setelah acara itu. Saat aku mengantar titipan ustadz untuk panitia. Kau yang ada di sekretariat, kan?” Bang Dul menowel dagu istrinya.
“Iya, Abang langsung jatuh cinta kan padaku, tak usah menyangkal!” Ayuna menggoda suaminya.
“Pastinya, Dik. Makanya aku langsung mengajukan proposal padamu.”
Rerimbunan melati yang bermekaran di halaman belakang warung memberi aroma harum. Pipi Ayuna diam-diam bersemu merah mendengar deretan kata itu. Sementara matahari sudah menyembul malu di ufuk timur.
Ayuna mengakui, ustadz Reto Rika memang menjadi wasilah perkenalan mereka. Bang Dul terkenal sejak menjadi ojek sang ustadz dan mengantar sepucuk surat dari beliau untuk ketua panitia. Harum ustadz Reto Rika dituang pula pada diri Bang Dul. Tanpa diminta panitia, Bang Dul mengambil alih tugas untuk mengantar ustadz Reto Rika berkeliling kota. Ayuna terkesan dan memenangkan hati Bang Dul …
Tamat
Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi