Bab 9 Menjadi TKW

Oleh. Yulweri Vovi Safitria

Setelah beberapa hari bicara dengan keluarganya, Imah mantap untuk menjadi tenaga kerja wanita ke negara singa, negara yang hanya beberapa menit saja dari kota tempat ia tinggal.

Menjadi TKW ke luar negeri menjadi pilihan Imah satu-satunya saat ini. Ia bisa mendapatkan penghasilan lebih cepat dalam jumlah yang banyak pula, meski tidak sebanding dengan kebersamaan mereka yang akan hilang untuk beberapa saat. Imah dan suaminya telah habis harapan untuk mendapatkan pekerjaan di Batam. Sementara tanggungan mereka semakin bertambah setiap bulannya.

Pri juga sudah sepakat, pengasuhan anak-anak berada di pundaknya selama Imah bekerja di luar negeri.
Si sulung, Naswa, juga bersedia membantu Pri untuk mengurusi keperluan adik-adiknya. Peran Imah berpindah untuk sementara ke Naswa, sang kakak yang terpaksa berhenti kuliah.

**
Hari masih pagi, Imah sudah berangkat menuju kantor Agen TKW di Komplek Nagoya Square, Nagoya. Perjalanan mulai padat dengan lalu kendaraan karyawan yang berangkat kerja shift pagi. Beberapa kali motor yang dikendarai Pri dan Imah terjebak macet.

Sesampai di kantor agen penyalur TKW, Imah dilayani dengan ramah oleh salah seorang petugas wanita. Dari postur tubuh dan kulitnya, terlihat wanita tersebut bukanlah warga Indonesia asli.

Imah bersyukur karena ia tidak perlu menunggu nomor antrean lain. Meskipun terjebak macet, ternyata Imah masih kepagian sampai di Komplek Nagoya Square.

Dengan sigap dan bahasa Indonesia yang fasih, wanita yang dipanggil May tersebut menjelaskan semua hal terkait persiapan keberangkatan Imah, termasuk visa dan biaya pengurusan administrasi, dan lain-lainnya.

Imah dilayani dengan ramah dan sopan. Jauh dari informasi yang beredar di masyarakat, dan juga sejumlah berita yang pernah dibaca Imah terkait sejumlah ketentuan jika ini mendapatkan pekerjaannya di Singapura. Dalam berkas tersebut tertulis kontrak kerja, nominal gaji yang Imah terima selama bekerja, serta ada uang saku untuknya setiap bulan. Biaya keberangkatan ditanggung sepenuhnya oleh agen penyalur, dan nanti dibayarkan secara dicicil selama enam bulan Imah bekerja. Imah membaca dengan saksama.

Imah pun mengisi seluruh dokumen yang diminta sebagai persyaratan serta menyerahkan sejumlah fotokopi dokumen yang sebelumnya sudah Imah persiapkan.

“Kontraknya dua tahun ya, Bu, dan selama itu, Ibu tidak diizinkan pulang ke Indonesia. Dan mengenai biaya administrasi serta biaya transportasi keberangkatan, nanti akan dipotong dari gaji Ibu setiap bulan, selama enam bulan sejak awal Ibu bekerja,” tutur May menjelaskan.

Meskipun ada rasa berat karena tidak diizinkan pulang selama dua tahun, namun tekad Imah sudah bulat, masalah keuangan keluarganya harus segera selesai. Mengharapkan dapat penghasilan dari bekerja di Batam, untuk menutupi utangnya, sungguh tidak mungkin terjadi. Ia dan Pri sudah mencoba banyak hal, tapi nihil. Bukan ia tidak yakin dengan rezeki Allah, tapi … bukankah ke sana dalam rangka menjemput rezeki juga. Pergulatan batin yang alot terjadi dalam diri Imah.

“Jika tidak ada pertanyaan, silakan ditunggu info selanjutnya ya, Bu! Nanti akan kami hubungi lewat nomor telepon yang telah Ibu tulis di sini,” ucap May sambil menutup map merah yang berisi berkas-berkas Imah.

Imah menganggukkan kepalanya dan mengajak Pri berlalu ke luar ruangan. Dinginnya ruangan ber-AC pun berganti dengan teriknya panas matahari. Panasnya matahari terasa membuat otak Imah mendidih seketika, Perjalanan mereka masih jauh, kalau macet bisa sampai dua jam perjalanan baru sampai di rumah.

Perlahan Pri menghidupkan mesin motornya dan melaju perlahan meninggalkan pusat kota sekaligus pusat perbelanjaan berskala internasional tersebut.

*
Singapura,
Reignwood Hamilton Scotts

Seorang ibu muda sibuk mempersiapkan sarapan, sementara dua orang anak perempuan bermata sipit mengenakan seragam biru kotak-kotak sudah duduk manis, sambil bercanda riang, sesekali terdengar cekikikan keduanya.

Seorang laki-laki dengan wajah bulat dan mata sipit, dan terlihat masih cukup muda datang menghampiri keduanya. Sontak canda keduanya terhenti.

“Papi sudah menghubungi agen tenaga kerja, dalam minggu ini asisten rumah tangga yang baru sudah bisa bekerja di sini,” ucap laki-laki tersebut kepada kedua anaknya dengan bahasa melayu. Kedua anaknya mengangguk senang.

“Jadi ada yang membantu Mami untuk mengurus Oma, dan anak-anak,” tambah laki-laki berpenampilan perlente tersebut.

Ibu muda itu hanya mengiyakan sembari menyajikan sarapan, tiga potong sandwich dengan irisan ayam panggang sudah berpindah ke piring dua anak perempuan dan suaminya. Tiba-tiba seorang perempuan berusia lanjut datang menghampiri keempatnya, garis-garis keriput tampak jelas di pipi tuanya.

Bersambung…

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi