Arti Sebuah Nama

Oleh. Firda Umayah

“Nduk, ayo pulang, keburu hujan,” Panggil seorang ibu kepada gadis berkerudung putih itu.

Semua mata memandang. Gadis yang masih memakai seragam putih merah itu berlari sambil menundukkan kepala. Saat ia menghampiri ibunya, raut wajahnya cemberut. Tanda tak senang hatinya.

Sepanjang jalan, Tanti, begitu panggilannya di sekolah, tak menjawab pertanyaan ibunya. Ibunya paham mengapa tanti kesal. Ini bukanlah yang pertama Tanti bersikap seperti itu.

Sesampainya di rumah, Tanti segera masuk kamar dan masih mendiamkan ibunya. Ibunya lantas menyiapkan makan siang putri semata wayangnya, kemudian memanggilnya.

“Nduk, ayo makan. Nanti sayurnya keburu dingin,” Panggil ibu Tanti.

“Aku gak mau makan. Ibu makan aja sendiri,” jawab Tanti dari kamarnya.

Ibu dengan sabar mengetuk pintu anaknya dan membujuk Tanti agar mau makan. Tanti akhirnya makan setelah ibunya pergi ke dapur untuk melanjutkan aktivitas yang lain.

*

“Nduk, sini. Ibu punya hadiah buat kamu,” ucap ibu pelan.

Malam hari itu, saat Tanti menonton televisi, ibu duduk tak jauh dari tempat duduk Tanti. Ibu menyodorkan sebuah kotak yang terbungkus kertas kado.

Tanti yang penasaran akhirnya membuka kotak itu. Alangkah terkejutnya ia. Ternyata kotak itu berisi surat dengan kertas yang sudah berwarna kekuningan dan sebuah foto yang cukup familiar.

Ibu Tanti menjelaskan bahwa itu adalah surat dari ayah Tanti sebelum Tanti lahir. Foto yang ada di surat itu adalah foto ibu kandung dari ayah Tanti.

“Jadi, nama aku diambil dari nama ibu kandung ayah? Tapi, kenapa wajah nenek yang di foto berbeda dengan yang sekarang?” tanya Tanti.

“Nak, nenekmu yang sekarang adalah ibu tiri ayah. Ibu kandung ayah yang bernama Artanti sudah meninggal saat kamu masih dalam kandungan,” jawab ibu.

Ibu kemudian melanjutkan kisahnya bahwa ayah Tanti sangat menyayangi ibunya. Ayah Tanti juga sangat sedih karena saat ibu kandungnya meninggal, ayah tidak bisa pulang karena sedang merantau ke Kalimantan.

Tanti menyimak dengan baik kisah ibu. Ia terharu dan memahami bahwa ayah ingin selalu mengenang ibunya dengan cara menyematkan nama nenek pada dirinya.

Sepanjang malam itu, Tanti dan ibu banyak mengobrol kisah masa lalu. Ibu jarang menceritakannya karena ibu akan selalu menangis ketika mengingat ayah dan neneknya yang telah tiada.

“Jadi, nama Artanti itu artinya makmur, ya, Bu?” tanya Tanti.

Ibu menganggukkan kepala dan mengatakan ada harapan besar dari nama yang diberikan kepadanya. Ibu juga berharap, Tanti bisa menjadi anak salehah pengantar surga kedua orang tuanya.

“Bu, maafkan Tanti. Selama ini Tanti kurang suka sama nama pemberian ayah. Karena, teman-teman suka mengejek nama Tanti kampungan. Apalagi ibu selalu manggil Tanti sebutan nduk,” ucap Tanti.

“Nduk, meskipun kita hidup di kota, tapi panggilan ibu ke kamu itu panggilan sayang. Keluarga kita itu orang Jawa, enggak apa-apa kalau kita jaga budaya nama kita selama tidak menyalahi aturan agama,” jawab ibu sambil tersenyum.

Tanti kini mengerti arti di balik namanya. Ia bersyukur bahwa ia memiliki ibu yang sabar atas sikapnya. Ia berjanji akan belajar menyampaikan segala hal yang mengganjal di hatinya kepada ibunya. Jika ia menghadapi masalah kembali

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi