Alaehom Gambreng

Bab Once More

Oleh. Afiyah Rasyad

“Stop, kau harus bertanggung jawab!”

Beberapa pasang mata mencari sumber suara yang melengking tinggi. Terpampang seorang gadis berparas manis sedang memegang tangan cowok kece di depannya. Tampak perut si gadis membuncit tertutupi jaket orange menyala. Wajah sendu dan kelelahan menghiasi wajah ovalnya.

Tangannya erat menggenggaam tangan laki-laki bernama dada Angga. Dia takut Angga akan pergi. Sisi memindai gerak geriknya dengan saksama. Kehadiran Angga di hadapannya adalah momen yang sangat tepat baginya. Kesempatan itu langsung disongsongnya.

Pucuk dicinta ulam pun tiba. Pertemuan tak sengaja dan gambling itu membuat Sisi merasa sangat beruntung. Dengan sigap, ia menghentikan Angga yang lewat di depan mata. Tangan Angga tak mampu lepas dari eratnya genggaman Sisi.

Angga risih dengan tatapan aneh yang menilai dirinya. Sisi mempererat genggaman, khawatir Angga pergi meninggalkannya begitu saja. Tangan kiri sisi mengelus perut yang mulai bersiul minta diisi.

“Whats?” Netra cowok berjaket putih itu mengekor tangan kiri gadis stress di hadapannya. Angga mencoba untuk mengempaskan tangan sisi.

“Jangan pura-pura lupa, lo!” Sisi semakin nyalang dan lantang.

Kerumunan orang kian bertambah. Beragam komentar beterbangan mengiringi bisikan angin. Sisi, si gadis berperut buncit, semakin kuat menggenggam tangan Angga. Dia merasakan hawa panas dari bulir keringat di tangan cowok super kece itu. Sisi pun mulai gerah, hampir terpanah, tetapi dia harus berhasil membuat Angga bertanggung jawab.

Wajah polos Sisi sukses mengundang iba para pengunjung mall ternama di ibu kota. Bahkan, ada emak-emak yang menasihati si Angga yang tampak cuek. Dengan rasa jengkel, si emak mulai menggelar nasihat yang menyaingi jalur busway. Panjaaang sekaleee. Sisi mendapat angin segar dengan dukungan si emak itu.

Angga kian tak nyaman dengan beragam hujatan dan stigma tentang dirinya. Aura kebencian mulai terlihat dalam gurat-gurat wajahnya. Sisi mulai melihat seringai kejengkelan di netra Angga. Sedikit demi sedikit, Sisi melonggarkan genggaman agar dia terhindar dari murka Angga.

“Cewek stress,” ujar cowok berbadan atletis itu sembari ngeloyor.

“Plak ….” Khas suara tamparan menghentikan langkah Angga. Hal itu mengundang para pengunjung mencari tahu sumber suara. Suara tamparan makin menyemarakkan suasana panas. Sementara cowok kece itu gelagapan melihat sosok yang menamparnya. Jantungnya jumpalitan tak karuan.

Sisi terperangah. Rencananya berhasil, perfect, dan natural. Di depan sana, dua insan sedang beradu argumen sambil menunjuk dirinya yang masih akrab dengan tiang. Senyum sinis nan manis terukir di bibir Sisi. Bagas datang menghampiri lalu menyeret adiknya itu menuju dua insan yang bertikai.

Cowok bernama dada Angga di balik jaket itu berbusa menjelaskan bahwa dia tidak tahu menahu siapa Sisi, cewek yang meminta pertanggungjawabannya. Sementara wanita paruh baya yang menamparnya itu masih ragu.

“Demi Allah, Ma. Angga memang nakal, tapi Angga tahu batasan, kok,” Suara Angga begitu lirih di hadapan wanita yang amat dicintainya itu.

Bagas segera mematikan video. Langkahnya tergesa setengah menyeret Sisi. Dengan wajah super polos, duo Alaehom Gambreng ini meminta maaf pada Angga dan mamanya.

“Benar, Tan. Angga ini tak kenal kami. Maafkan kami,” ucap Sisi tulus.

Netra Angga dan mamanya membulat. Gemuruh di dada mereda, terutama sang mama. Hatinya sempat hancur begitu menyaksikan Sisi meminta pertanggungjawaban putranya. Bu Dewi geleng-geleng kepala dengan aksi nekat Sisi itu. Perlahan kerumunan kian berkurang tanpa komando. Kini, suara hujatan beralih pada Sisi, tetapi tak sebanyak hujatan pada Angga.

Apa yang dilakukan Sisi dan Bagas hanyalah drama bucin. Demi konten, mereka rela melakukan drama yang bisa membuat orang salah sangka bahkan menghancurkan perasaannya. Bu Dewi yang berhijab syar’i itu sangat miris dengan kelakuan pasangan di hadapannya.

“Cukup kalian membuat kami salah sangka, jangan sampai ada korban lagi. Kelakuan kalian bisa menimbulkan fitnah, Nak. Bertobatlah! Kalian masih muda. Tak pantas bertingkah seperti ini,” Bu Dewi memberi isyarat Angga untuk mengikutinya.

Bagas dan Sisi mengekor punggung mereka dengan perasaan tak karuan. Ada sedikit sesal di hati kecil mereka. Apalagi Sisi, hatinya dipenuhi gerimis yang melanda. Namun, sekejap wajahnya kembali sumringah dan ceria. Mereka pun bertos ria.

“Once more, ya!” Sisi berucap nakal pada Bagas.

Kerumunan sudah benar-benar bubar saat Sisi dan Bagas menuju tempat parkir. Roda mobil mereka terus saja melaju, jauh meninggalkan TKP. Calya kuning itu melaju di atas jalan Daan Mogot menuju Depok.

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi