Terintimidasi

Oleh : Hesti Rahayu

Sesosok ibu dengan senyum manis, wajah cantik segar, tubuh langsing ideal, berpakaian home dress serasi, nampak memasak di dapur yang indah, bersih, tertata.

Anak-anak yang manis, suami ganteng berdasi, nampak harmonis, dan woilaaa… Masakan pun tersaji dengan tatanan yang menggoda selera. Nampak lezat, nampak begitu sempurna.

Itulah penampilan iklan, biasanya menawarkan bumbu atau bahan masakan. Tampil begitu masif di televisi atau YouTube, dan bertahun-tahun selalu begitu.
Di waktu lainnya, para oppa, onnie, dan omoni dalam drakor-drakor juga begitu mempesona ke-glowing-an kulit wajahnya, dengan postur yang begitu menghibur di layar kaca dan gawai-gawai.

Kemudian semua terasa ambyar berantakan begitu kita menghadap cermin, melihat diri sendiri. Menghadapi kompor dan dapur, dan aneka keribetan urusan rumah tangga.
Mana sempat dandan cantik selagi mengurus cucian dan jemuran, menyalakan kompor, sekaligus mendampingi anak daring di rumah?

Begitulah realitas para ibu. Beda dengan yang di layar kaca.
Perbedaan realitas, menganganya jurang harapan dengan kenyataan, tak urung menjadi kekecewaan dan kecemasan.

Perasaan terintimidasi, insecure, bisa begitu tumbuh subur.
Tambah lagi bila menyelingi hari buka-buka sosial media dan melihat kehidupan seseorang yang lebih baik ketimbang kehidupan kita sekarang, akan menimbulkan rasa iri yang berujung pada kecemasan.
Hati-hati, bila berlanjut bisa jadi penyakit hati, atau bahkan depresi.
Kewarasan kita, wajib dijaga.

Tak ada ibu yang sempurna. Yang penting kita telah berupaya memberi persembahan terbaik untuk keluarga.
Carilah teman bicara, suamimu teman sejatimu. Hamparkan sajadahmu, curhatlah kepada-Nya. Karena tak ada kehidupan tanpa ujian. (www.parenting.my.id)

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi