Para Ulama ahli falak dari zaman dulu (bahkan sejak zaman Mesir Kuno) telah menggunakan model bumi bulat untuk menentukan posisi, baik saat mencari arah qiblat (Rasydul Qiblat), maupun saat navigasi di tengah lautan dalam rangka jihad fii sabilillah. Hanya dalam model bumi bulat ada lintang/bujur. Dalam model bumi datar, lintang/bujur tidak dikenal, dan tidak mungkin diukur.
Tidak ada yang menggunakan model bumi datar, karena model bumi datar akan menyesatkan baik dalam soal arah qiblat maupun posisi kapal.
Ilmu fiqih membahas soal halal/haram, atau soal hukum yang lima. Sedang soal manatul hukminya, tentu diserahkan kepada kemampuan indera dan rasional manusia.
Pengamatan manusia pada zaman dulu memang belum bisa melihat realitas bulatnya bumi. Namun berbagai sifat-sifat pada peredaran matahari/bulan/bintang, “hilangnya” kapal di ufuk laut, realitas musim, angin pasat, gerhana dsb memberikan konsekuensi rasional, bahwa bumi ini mustahil datar, dan pastilah bulat. Dan setelah manusia berhasil membangun kendaraan ke ruang angkasa, dipastikan dengan ainul yaqin, bahwa bumi memang bulat.
Kalau membahas jadwal sholat, terutama soal bayangan pada waktu Dzuhur dan Ashar, memang dimodelkan bumi datar dan matahari yang bergerak.
Karena fokusnya adalah di tempat tertentu yang sempit saja,, bukan global. Pada tempat tertentu, pengamat tertentu, bumi memang bisa dipandang datar, dengan posisi ufuk hanya sekitar 30 Km, atau maksimum 60 Km bila kita di tempat yang tinggi.
Namun untuk menghitung, berapa lama matahari ada di langit, berapa besar busur yang dilintasi matahari, dan ini sangat tergantung posisi lintang pengamat dan tanggal peristiwa, musim dingin atau musim panas, maka wajib menggunakan model bumi bulat.
Maka di posisi di dalam lingkar kutub, matahari bisa tidak terbit beberapa bulan di musim dingin, atau tidak terbenam beberapa bulan di musim panas.
——-
Kalau di Ilmu Geodesi, pendekatan-1 selalu bumi datar, untuk ukur-ukur kadastral atau konstruksi, 2 bumi bulat mulus (spheroid) untuk membuat proyeksi peta, 3 bumi bulat ellips (rotational ellipsoid) untuk merencanakan pemetaan skala menengah secara nasional, 4 bumi tak beraturan dan mengandalkan permukaan dengan gravitasi sama (geoid) untuk pemetaan sipat datar teliti (3D).
Pendekatan yang lebih rendah selalu merupakan penyederhaan dari realitas complex di atasnya.
——-
Berikut ini adalah daftar muslim yang telah berpengalaman ke ruang angkasa dan menyaksikan bulatnya bumi secara ainul yaqin.
Sultan bin Salman Al Saud, Arab Saudi, 1985, Space Shuttle Discovery (STS-51-G). Sultan bin Salman adalah astronaut Muslim pertama dan orang Arab pertama yang terbang ke luar angkasa.
Muhammed Faris, Suriah, 1987, Soyuz TM-3. Astronaut pertama dari Suriah dan astronaut Muslim kedua.
Toktar Aubakirov, Kazakhstan, 1991, Soyuz TM-13. Astronaut pertama dari Kazakhstan setelah jatuhnya Uni Soviet.
Talgat Musabayev, Kazakhstan, 1994, 1998, 2001, Soyuz TM-19, Soyuz TM-27, Soyuz TM-32. Musabayev telah melakukan tiga penerbangan luar angkasa.
Sheikh Muszaphar Shukor, Malaysia, 2007, Soyuz TMA-11. Astronaut pertama Malaysia, menjalankan misi di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS).
Hazzaa AlMansoori, Uni Emirat Arab, 2019, Soyuz MS-15. Astronaut pertama dari Uni Emirat Arab yang terbang ke ISS.
Anousheh Ansari, Iran (warga negara AS), 2006, Soyuz TMA-9. Wanita Muslim pertama di luar angkasa, dia adalah wisatawan luar angkasa swasta.
Pemandangan live atas bumi dari International Space Station (ISS)