Tegar di Atas Kebenaran

Oleh. H. M Ali Moeslim

Ujian, cobaan, dan penderitaan hidup kaum Muslim dan para pengemban dakwah terkadang membuat hampir menyerah. Namun, jika tetap tegar di atas kebenaran dan bersabar dalam menghadapi cobaan, pasti penderitaan akan segera sirna dan kelelahan akan hilang, yang tersisa tinggallah balasan yang baik dan pahala yang tak terhingga.

Bukankah orang yang berpuasa di tengah terik matahari itu hilang rasa hausnya ketika ia meneguk seteguk air saat berbuka puasa? Rasulullah Saw. bersabda:

ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتِ الْعُرُوقُ، وَثَبَتَ الأَجْرُ إِنْ شَاءَ الله

“Telah hilang rasa haus, dan urat-urat telah basah serta pahala telah tetap, insyaAllah.”

Seberat apa pun itu, bagi kaum Muslim dan para pengemban dakwah yang tegar, ia akan menunaikan apa-apa yang telah ia janjikan. Sebagaimana yang terukir dalam sejarah, bahkan telah diabadikan oleh Allah SWT. dalam a
Al-Qur’an. Sahabat Anas bin An-Nadhr ra. Dia pernah amat menyesal karena tidak ikut dalam Perang Badar bersama Rasulullah Saw. Lalu dia berjanji: jika Allah SWT. memperlihatkan kepada dia medan pertempuran bersama Rasulullah Saw, niscaya Allah SWT. akan melihat pengorbanan yang dia lakukan. Ketika berkobar Perang Uhud, dia berangkat bersama Rasulullah Saw. ke medan perang. Dalam perang ini, kaum Muslim terpukul mundur, sebagian lari dari medan pertempuran.

Di sinilah, Anas bin Nadhr membuktikan janjinya. Ia terus maju dengan gagah berani menerobos barisan musuh hingga terbunuh. Ketika perang telah usai dan kaum Muslim mencari para syuhada Uhud, didapati pada tubuh Anas bin An-Nadhr ada 80 lebih tusukan pedang, tombak, dan panah. Akibatnya, tidak ada yang bisa mengenali jenazahnya, kecuali saudarinya. Lalu turunlah ayat Al-Qur’an:

مِّنَ ٱلْمُؤْمِنِينَ رِجَالٌ صَدَقُوا۟ مَا عَٰهَدُوا۟ ٱللَّهَ عَلَيْهِ ۖ فَمِنْهُم مَّن قَضَىٰ نَحْبَهُۥ وَمِنْهُم مَّن يَنتَظِرُ ۖ وَمَا بَدَّلُوا۟ تَبْدِيلًا

“Di antara orang-orang Mukmin itu ada yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah. Di antara mereka ada yang gugur. Di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu. Mereka sedikit pun tidak mengubah (janjinya).” (QS Al-Ahzab: 23)

Jalan kebenaran itu sulit dan berat serta penuh dengan onak dan duri. Sebagian orang mengetahui ini secara yakin tanpa ada keraguan sedikit pun. Bagaimana tidak, mereka mendengar dan menyaksikan intrik dan teriakan, bahkan moncong senjata yang diarahkan kepada dada-dada kaum Muslim terutama para pengemban dakwah yang mukhlis, yang yakin akan kebenaran Islam dan syariatnya mengatur segala aspek kehidupan dan kemenangan yang Allah SWT. janjikan di depan mata.

Sesungguhnya musuh musuh Islam itu tidak punya argumen kuat dalam mempertahankan kebathilan mereka. Sehingga, mereka akan menimpakan ujian dan siksaan kepada para pembela dan pengemban kebenaran Islam. Sebagaimana reaksi raja Namrud kepada Nabi Ibrahim as yang termaktub dalam surat Al-Anbiya ayat 68:

قَالُوا۟ حَرِّقُوهُ وَٱنصُرُوٓا۟ ءَالِهَتَكُمْ إِن كُنتُمْ فَٰعِلِينَ

“Mereka berkata: “Bakarlah dia dan bantulah Tuhan-Tuhan kamu, jika kamu benar-benar hendak bertindak membela Tuhan Tuhan kalian.”

Penjelasan dari Tafsir Al-Muyassar; ketika argumentasi mereka terpatahkan dan kebenaran kian tampak jelas, maka mereka berdalih mempergunakan kekuasaan mereka. Dan mereka berkata, “Bakarlah Ibrahim dengan api, sebagai ungkapan kekesalan demi membela Tuhan-Tuhan kalian, jika kalian mau membelanya.” Lalu mereka menyalakan api yang besar dan melemparkan Ibrahim ke dalamnya. Kemudian Allah memenangkan Rasul-Nya. Dia berfirman kepada api, “Hai api, jadilah dingin dan keselamatan bagi Ibrahim.” Maka tidak ada rasa sakit apa pun yang mengenai Ibrahim dan tidak ada mara bahaya yang menimpanya.

Begitu pula reaksi Fir’aun setelah melihat kebenaran argumen Nabi Musa as. Hal itu ada dlaam surat as-Syuura ayat 29:

“Dia (Fir‘aun) berkata, “Sungguh, jika engkau menyembah Tuhan selain aku, pasti aku masukkan engkau ke dalam penjara.”

Kemudian ancaman kepada para ahli sihir yang berbalik mengimani dakwahnya Nabi Musa as, seperti dalam surat Asy-Syu’ara ayat 49:

قَالَ اٰمَنْتُمْ لَهٗ قَبْلَ اَنْ اٰذَنَ لَكُمْۚ اِنَّهٗ لَكَبِيْرُكُمُ الَّذِيْ عَلَّمَكُمُ السِّحْرَۚ فَلَسَوْفَ تَعْلَمُوْنَ ەۗ لَاُقَطِّعَنَّ اَيْدِيَكُمْ وَاَرْجُلَكُمْ مِّنْ خِلَافٍ وَّلَاُصَلِّبَنَّكُمْ اَجْمَعِيْنَۚ

“Dia (Fir‘aun) berkata, “Mengapa kamu beriman kepada Musa sebelum aku memberi izin kepadamu? Sesungguhnya dia pemimpinmu yang mengajarkan sihir kepadamu. Nanti kamu pasti akan tahu (akibat perbuatanmu). Pasti akan kupotong tangan dan kakimu bersilang dan sungguh, akan kusalib kamu semuanya.”

Tindakan lain adalah mengasingkan, memisahkan mereka dari masyarakat, sebagaimana tindakan mereka kepada Nabi Yusuf as:

ثُمَّ بَدَا لَهُمْ مِّنْۢ بَعْدِ مَا رَاَوُا الْاٰيٰتِ لَيَسْجُنُنَّهٗ حَتّٰى حِيْنٍ

“Kemudian timbul pikiran pada mereka setelah melihat tanda-tanda (kebenaran Yusuf) bahwa mereka harus memenjarakannya sampai waktu tertentu.” (QS Yusuf: 35)

Untuk itulah, kepada kaum Muslim terutama para pengemban dakwah yang senantiasa menyerukan kebenaran senantiasa dzikir kepada Allah, hatinya senantiasa dipenuhi taqwa, anggota tubuhnya bersegera melaksanakan pelbagai kebaikan, mencintai Allah SWT. dan Rasulullah Saw. serta kaum Muslim, senatiasa menolong kaum Muslim di mana pun yang terdhalimi, membaca Al-Qur’an dan Al-Hadits serta mengamalkannya, menyukai sesuatu dan membencinya karena Allah. Tak lupa, kaum Muslim hendaknya selalu berdoa mengharap rahmat Allah serta takut terhadap adzabnya, konsisten terhadap kebenaran dan tidak peduli terhadap caci maki dan bullian pembenci kebenaran, lemah lembut terhadap kaum Muslim dan keras kepada orang orang kafir.

Dalam kitab Pilar-Pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyyah tertulis sesungguhnya goncangan yang bertubi-tubi dari musuh-musuh Allah SWT. dan Rasul-NYA sedang mengepung mereka, sementata jika mereka tidak bersama Allah di tengah malam dan ujung-ujung waktu siang hari, bagaimana mungkin mereka bisa membuka jalan di tengah tengah berbagai kesulitan? Bagaimana mungkin mereka bisa meraih apa yang mereka harapkan? Bagaimana mungkin bisa mendaki tempat yang tinggi dan menuju kepada tempat yang lebih tinggi lagi?

Wallahu a’lam bishawab.

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi