Oleh. Irdiawati
(Praktisi Pendidikan Al-Qur’an)
“Al-Qur’an adalah petunjuk. Oleh karenanya, seruan untuk menerapkan Al-Qur’an adalah seruan kebaikan.” Hal ini disampaikan oleh K.H. Rokhmat S. Labib dalam Nuzulul Quran – Mengupas Tafsir: “Meraih Ketaatan yang Sempurna” di Khilafah Channel Reborn, Ahad (17/4/2022).
Beliau memaparkan seruan ini termasuk kepada penguasa sebab menjadi kebaikan dan kebahagiaan untuk diri dan rakyatnya.
Allah adalah Sang Pencipta dari segala apa yang ada di bumi ini, termasuk kita sebagai manusia. Allah bukan hanya Sang Pencipta, tapi Allah juga sebagai Pembuat hukum untuk kehidupan manusia dari segala sisi. Hanya hukum-hukim Allahlah yang terbaik buat menyelesaikan segala masalah yang dihadapi hamba-Nya.
Al-Qur’an juga merupakan mukjizat yg terbesar yang diberikan oleh Allah kepada Rasulullah Muhammad saw.
Mukjizat Al-Qur’an itu sangat berbeda dengan mukjizat para Nabi sebelumnya, dimana mukjizat para Nabi itu bisa hilang seiring bersama wafatnya mereka. Adapun mukjizat Nabi Muhammad saw. itu tidak akan hilang walaupun Rasulullah saw. sudah wafat dan efektivitasnya mukjizat tersebut tetap berlangsung sampai nanti matahari terbit dari arah barat .
Manusia bisa mulia jika hidup dengan Al-Qur’an karena di dalamnya mencakup keseluruhan untuk menyelesaikan segala permasalahan kehidupan, termasuk dalam sistem pemerintahan. Al-Qur’an merupakan Petunjuk untuk itu. Allah menciptakan manusia dengan akal dan panca indra untuk diuji, yang kemudian akan diberikan ganjaran pahala atau dosa sesuai perbuatannya. Akan tetapi, manusia membutuhkan petunjuk untuk menentukan mana perbuatan yang mendapat pahala dan dosa, serta mana yang baik dan buruk itu.
Keyakinan terhadap Al-Qur’an merupakan rukun iman yang ke-3. Orang beriman harus menyakini apa-apa yang tertulis di dalamnya, terutama masalah yang ghaib seperti pahala, dosa, surga, neraka, dsb. Firman Allah dalam surah Taha ayat 123 bahwa ketika manusia mengikuti petunjuk dari Allah tersebut, maka tidak akan sesat dan tidak akan celaka. Kemudian di ayat selanjutnya (124) Allah menyatakan, “Barang siapa berpaling dari peringatan-Nya, maka akan menjalani kehidupan yang sempit dan pada hari kiamat akan dikumpulkan dalam keadaan buta.”
Al-Qur’an adalah petunjuk Allah kepada seluruh manusia, meski pada faktanya, yang menjadikan Al-Qur’an sebagai petunjuk hanyalah orang muttaqin.
Fadilah Al-Qur’an
Sebuah hadis yang cukup panjang riwayat Imam Tirmidzi tentang fadilah Al-Qur’an. Ali bin Abi Thalib berkata, “Rasulullah pernah bersabda, “Akan datang fitnah.” Kemudian Ali bin Abi Thalib bertanya, “Apa jalan keluarnya, ya Rasulullah?” Rasulullah menjawab, “Maka berpeganglah pada Kitabullah—yaitu Al-Qur’an—yang di dalamnya ada berita tentang orang-orang sebelum kamu dan hari kemudian. Di dalam kitabullah itu ada hukum-hukum yang memberi keputusan di antara kalian. Memisahkan yang hak dan batil. Isinya bukan candaan (melainkan betul-betul serius). Siapa yang meninggalkan Al-Qur’an karena sombong, maka Allah akan hancurkan dia. Siapa yang mencari petunjuk selain Al-Qur’an (Al-Qur’an ditinggalkan dan mencari petunjuk dengan hukum lain-penj), maka Allah sesatkan dia. Itulah Al-Qur’an yang merupakan tali Allah yang kokoh. ”
Allah juga berfirman bahwa Allah menurunkan Kitab (Al-Qur’an) kepada manusia untuk (benar-benar) menjelaskan tentang segala sesuatu. Segala sesuatu di sini adalah segala hal yang diperlukan manusia, setidaknya dalam dua hal, yakni perkara akidah dan hukum. Kalau berbicara hukum atau syariat, maka mencakup segala aspek. Baik aspek ibadah, makanan, minuman, pakaian, muamalah, pemerintahan, maupun semua perkara kehidupan lainnya. Termasuk di dalamnya kehidupan pribadi, keluarga, bermasyarakat, dan bernegara.
Jika ketika Al-Qur’an ini diterapkan secara kaffah akan melahirkan masyarakat dan negara yang terbaik. “Hanya saja, untuk bisa menerapkan Al-Qur’an secara kaffah tidak ada yang lain, kecuali dengan Khilafah ‘ala minhaj nubuwwah.”