SEBAGAI MUSLIM, RUGI JIKA TIDAK TAHU HAL INI!!

🖊️Di antara kebenaran atau hakikat terpenting setelah iman adalah apa yang seharusnya menjadi ghayah (tujuan) hidup.

🖍️Yang menentukan hal itu haruslah Pencipta kehidupan, bukan manusia, karena dia tidak akan tahu.

🖋️Pencipta mengkonfirmasi – melalui jalur yang tak mungkin salah, yaitu Al-Qur’an – bahwa tujuannya adalah IBADAH. QS. Ad-Dzariyat: 56

🖍️ IBADAH adalah imam dan taat kepadaNya. Taat adalah terikat dan komitmen dengan semua hukum-hukum dan aturanNya.

🖋️ Hukum-hukum dan aturan tersebut tidak terbatas pada amal-amal ritual, akhlaq, dan mu’amalah. Melainkan mencakup segala apa yang Dia perintahkan dan apa yang Dia larang. Dan itu artinya: Tidak ada yang berhak diibadahi/ditaati kecuali Dia. Dan tidak ada yang memiliki hak memerintah dan melarang kecuali Dia.

🖊️ Adi bin Hatim, yang saat itu masih kafir dan berkalung salib, pernah menemui Rasulullah Muhammad – Shalallahu alayhi wa alihi wasallam. Beliau membacakan ayat: “Orang-orang Ahli kitab telah menjadikan intelektual dan rahib-rahib mereka sebagai sesembahan (rabb) dari selain Allah. Begitu juga mereka (Nasrani) telah menjadikan Isa putra Maryam (sebagai rabb). Padahal mereka tidak diperintahkan kecuali agar beribadah kepada satu Tuhan. Mahasuci Allah dari apa yang mereka persekutukan”. (QS. At-taubah:31). Adi pun membantah dan menyangkal Rasulullah dengan berkata: “Ahli Kitab tidak pernah menyembah mereka”. Dan Rasulullah Muhammad pun menjelaskan kekeliruan persepsi Adi, seraya bersabda: “Benar, faktanya Ahli kitab telah menyembah mereka. Sebab, mereka telah mengharamkan atas Ahli Kitab dan menghalalkan atas Ahli Kitab, dan Ahli Kitab pun mengikuti mereka. Itulah wujud penyembahan Ahli Kitab kepada rahib-rahib dan intelektual mereka”. (HR. Tirmidzi dan Ahmad).

🖊️Karena itu, memberikan hak menghalalkan (membolehkan) dan mengharamkan (melarang) atau hak membuat syariat (peraturan hidup/hukum) kepada seseorang atau pihak tertentu, artinya adalah BERIBADAH kepadanya.

🖍️Firman Allah: “Tidaklah kalian menyembah dari selain Allah kecuali nama-nama yang kalian ciptakan sendiri; kalian dan kakek-kakek kalian. Tak sedikit pun Allah menurunkan bukti akan hal itu. Tidak ada hukum kecuali bagi Allah. Dia perintahkan agar kalian tidak BERIBADAH kecuali kepadaNya. Itulah agama yang lurus. Akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. (QS. Yusuf: 40)

🖋️ Adapun ketaatan yang diberikan kepada seorang penguasa (Khalifah), pemimpin, kedua orang tua, dan suami, itu semata-mata karena Allah memberikan hak tersebut (taat) kepada mereka.

🖊️ IBADAH kepada Allah berarti juga mentaati Allah dalam ta’bid an-nas (meng-ibadah-kan manusia) kepada Allah; yakni menundukkan manusia kepada syariat Allah dan memerangi terhadap adanya hakimiyyah (otoritas pembuat hukum) selain Allah. Dengan kata lain memerangi adanya ketaatan terhadap selain syariat Allah.

🖊️Perintah perang tersebut mewujud ke dalam nash-nash yang perintahkan amar makruf-nahyi munkar, debat, bayan (penjelasan), dakwah, cambukan, rajam, potong tangan, perang, dan jihad untuk menegakkan HUKUM Allah dan meninggikan kalimat Allah di bumi.

🖋️ Karena itu, kita Rasulullah Muhammad – shalallahu alayhi wa alihi wasallam – pasca mendirikan Negara Islam di Madinah dan mengokohkan pilarnya, beliau mendelegasikan para utusan kepada para penguasa untuk mengajak mereka kepada Islam.

🖊️Kita juga melihat beliau dan para Khalifah setelah beliau mengirim para pengemban dakwah, para mujahid, dan tentara untuk menyeru manusia kepada Islam; mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju cahaya.

🖋️ Mereka berperang untuk menundukkan manusia dan berbagai negeri di bawah kekuasaan Islam.

🖊️Sebuah dakwah dengan tujuan agar tidak ada yang di-IBADAHI kecuali Allah dan tidak ada pihak yang menetapkan hukum kecuali DIA.

🖋️Tujuan inilah fikroh Islam yang seorang Muslim hidup karenanya. Sahabat Rib’iy bin Amir, dengan indah memukau menggambarkan fikrah ini dalam perkataannya kepada Rustum — saat dia bertanya: “Apa motivasi kalian datang kemari?” –:
[إن الله ابتعثنا لنخرج العباد من عبادة العباد إلى عبادة رب العباد ، ومن جور الأديان إلى عدل الإسلام، ومن ضيق الدنيا إلى سعة الدنيا والآخرة]
[Sesungguhnya Allah telah mengutus kami untuk mengeluarkan manusia dari penyembahan kepada manusia menuju penyembahan kepada Tuhan manusia, dari kemelencengan berbagai agama menuju keadilan Islam, dan dari kesempitan dunia menuju keluasan dunia dan akhirat].

🖊️Fikrah ini nampak jelas di dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Muhammad Shalallahu alayhi wa alihi wasallam. QS. Al-A’raf: 158, Saba’: 28, at-Taubah: 33, as-Shaff: 9, at-Taubah: 123, at-Taubah: 29, HR. Dan sabda Rasulullah : “Barangsiapa berperang agar kalimat Allah ADALAH SATU-SATUNYA yang tertinggi maka dia di jalan Allah”. (HR. Bukhari).

🖋️ Seperti itulah kaum kafir dipaksa tunduk pada kekuasaan Islam dan kedaulatan Islam, namun bukan berarti mereka dipaksa masuk Islam.

🖋️ Artinya, tidak boleh ada qanun yang ditaati dan undang-undang yang diambil kecuali apa yang diperintahkan Allah, dan tidak ada HAKIM (pemilik otomatis hukum) kecuali Allah. Kaum kafir dibebaskan berakidah dan beribadah sesuai ajaran agamanya adalah juga karena diperintahkan oleh Allah.

🖋️Allah telah menjelaskan ghayah (tujuan) penciptaan manusia – seperti di jelaskan di atas – pada firman-Nya (QS. Al-Baqarah: 143):
وكذلك جعلنكم أمة وسطا لتكونوا شهداء على الناس ويكون الرسول عليكم شهيدا.
🖊️Ayat di atas adalah khithab Allah kepada umat Islam dan sekaligus taklif kepada mereka agar mereka memikul amanah Risalah setelah Nabi Muhammad shalallahu alaihi wa alihi wasallam.

🖋️ Dan Nabi Muhammad pun menegaskan amanah ini pada sabda beliau saat haji wada’:
إني تركت فيكم ما لن تضلوا بعده إن اعتصمتم به ، كتاب الله. وأنتم مسؤولون عني …
Sungguh aku telah tinggalkan di tengah kalian apa yang kalian tidak akan tersesat selamanya jika berpegang padanya, yaitu kitab Allah. Dan kalian akan mempertanggungjawabkan dariku….(HR. Abu Dawud).

🖊️Bahkan tujuan ini telah Allah jelaskan kepada malaikat saat akan menciptakan Khalifah (Nabi Adam). (QS. Al-Baqarah: 30).

🖋️Mengapa demikian makna ayat? Jawabannya, karena saat Allah menyatakan akan menciptakan Khalifah, malaikat bertanya: “Apakah Engkau akan ciptakan orang yang membuat kerusakan dan menumpahkan darah?” Hal ini mereka fahami dari kata Khalifah. Sebab, diksi ini bermakna Allah menjadikan “wakil” agar melakukan tindakan pelurusan dan ri’ayah (pengelolaan). Dan ini artinya akan ada penyimpangan dari perintah Allah. Karenanya harus ada yang menjadi Khalifah. Dari sini dapat dipahami bahwa tujuan yang Allah tetapkan bagi manusia hidup di dunia ini adalah IBADAH kepada Allah dan meng-IBADAH-kan kembali manusia yang tersesat.

🖊️ Dengan demikian, hidup adalah pertarungan pemikiran, akidah, dan politik antara iman dan kufur; secara akidah untuk meninggikan kalimat Allah dan agar ketundukan hanya kepada Allah; tidak ada hukum kecuali bagi Allah, tidak ada yang di-IBADAHI kecuali Allah dan ketundukan hanya kepada syariat Allah. Inilah pertarungan politik, sebab ditetapkan: Tidak boleh ada pengaturan berbagai urusan manusia kecuali dengan aturan dari Allah.

Wallah a’lam.

Trawas Mojokerto
091124

*Disarikan dari salah satu topik dari kitab at-Taghyir Hatmiyyah ad-Daulah al-Islamiyah, karya. Dr. Mahmud Abdul Karim Hasan.

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi