Saat Kita Meragukan Rencana Allah

Oleh: Farah Qoonita

Ada masanya hidup menghantam kita dengan amat keras. Rasanya seperti masuk jurang kehidupan. Gelap. Tak ada jalan keluar. Hati sempit dan sesak. Air mata terus-menerus mengalir.

Kita pun mulai meragukan rencana Allah. Mungkin tak terucap lisan, tetapi hati diam-diam mempertanyakan,

“Benarkah Allah Maha Mendengar? Benarkah Allah Maha Penyayang? Kenapa Allah melakukan ini padaku?” dan prasangka buruk lainnya, yang seharusnya tak boleh sedikitpun timbul.

Maka, mari belajar dari Nabi Yunus saat menghadapi ujian terberat dalam hidupnya. Gelap berlapis-lapis. Berada dalam perut ikan paus yang gelap, di bawah laut yang gelap, lapis demi lapis ombak yang gelap, di bawah langit malam, dan awan gelap yang bertumpuk-tumpuk.

Seakan tak ada jalan keluar, mentok, ia berada dalam titik terendah dalam hidupnya! Namun, sedikitpun hatinya tak meragukan rencana Allah.

La Ilaha Illa Anta Subhanaka Inni Kuntu Minadzolimin. “Tiada Tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim.” Nabi Yunus hanya terus-menerus bertasbih. Di dalam hatinya, Allah tetap berada dalam takhta tertinggi.

Akhlak indah nan luar biasa kepada Allah inilah, yang kelak mendatangkan pintu keluar dan pertolongan. “Maka kalau sekiranya dia (Yunus) tidak termasuk orang-orang yang bertasbih, niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari kebangkitan.” (QS As-Saffat: 143-144)

Maka, mari refleksikan hidup penuh ujian Nabi Yusuf. Bukankah hidup kita pun penuh ujian? Tak lurus-lurus saja, tapi penuh lika-liku kehidupan. Nabi Yusuf dibuang ke sumur oleh saudaranya, menjadi budak, digoda dan difitnah wanita, hingga dipenjara. Walau diterpa ujian silih berganti selama puluhan tahun, Nabi Yusuf tak pernah sedikit pun berprasangka buruk pada Allah.

Di akhir kisah panjang dalam surat Yusuf, Allah selipkan pesan. “Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan yakin, Mahasuci Allah, dan aku tidak termasuk orang-orang musyrik.” (QS12: 108)

Sekali lagi, tasbih. Allah ingin kita senantiasa mensucikan Allah. Maka, tak heran mengapa Rasulullah saw. berpesan untuk sering menggumamkan dua kalimat yang sangat ringan di lisan, berat di timbangan, dan sangat dicintai oleh Arrahman.

“Subhanallah Wabihamdihi Subhanallahil Adzim”
Mahasuci Allah dengan segala puji bagi-Nya, Mahasuci Allah yang Mahaagung.

Maka bertasbilah! Sucikan Allah, harmoni dengan alam semesta, para malaikat, matahari, bulan, bumi, dan bintang gemintang yang tak pernah henti bertasbih.

Maka bertasbihlah! Karena sejatinya, dengan bertasbih kita tengah menyucikan diri. Membersihkan hati yang kotor dan penuh prasangka buruk pada-Nya.

Maka bertasbilah! Dengannya hati akan tenang dan lapang. Kita akan mudah ikhlas, mudah bersyukur, dan mudah menerima atas apapun episode hidup yang terngah kita jalani.

Walau saat ini kita belum mengerti hikmah besar di balik rencana-Nya, bertasbihlah! kelak kita akan memahami bahwa cerita hidup kita sempurna. Bahwa selamanya Allah selalu memeluk, mendengar, menjaga, dan menyayangi kita.

*
Sumber: CHANNEL MUSLIMAH

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi