RAMADAN: MEDIUM “PENYEMBUHAN”

Oleh: Ustaz Arief B. Iskandar (Khadim Ma’had Wakaf Darun Nahdhah Al-Islamiyah Bogor)

ALLAH Swt. berfirman:

يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ – إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
Itulah hari saat harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna sama sekali, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang sehat (QS asy-Syu’ara [26]: 89-90).

Pada ayat di atas, Allah Swt. menyebut-nyebut hati yang sehat (qalb[un] salim). Pemilik hati inilah yang akan Allah Swt. masukkan ke dalam surga-Nya.

Sayangnya, tidak setiap orang memiliki hati yang selalu sehat. Banyak yang memiliki hati yang sering sakit (qalb[un] maridh).

Orang yang hatinya sakit (sakit batiniah) sebetulnya mirip dengan orang yang sakit lahiriah. Jika seseorang sakit lahiriah, biasanya apa-apa terasa pahit, tak enak, tak selera dan tak semangat. Padahal tak jarang, orang sakit disuguhi makanan yang enak-enak, dan sering hanya diminta istirahat.

Sakit batiniah juga membuat penderitanya merasa ‘pahit’. Apa-apa tak enak, tak selera dan tak semangat. Salat berjamaah di masjid ‘pahit’. Menutup aurat dan berjilbab (bagi Muslimah) terasa gerah. Membaca Al-Qur’an, meski cuma satu-dua halaman, tak enak. Hadir di majelis taklim, meski cuma satu jam, tak betah. Padahal semua amalan tadi, jika diibaratkan hidangan, adalah ‘enak’ dan ‘lezat’. Betapa tidak! Membaca Al-Qur’an, misalnya, meski hanya satu huruf, akan Allah balas dengan sepuluh kebaikan. Bagaimana dengan membaca setiap hari satu satu juz Al-Qur’an yang bisa terdiri dari ribuan huruf? Betapa enak. Betapa lezat! Apalagi pada bulan Ramadan ini Allah Swt. melipatgandakan pahala semua amal kita.

Karena itu marilah kita menjadikan Ramadan kali ini sebagai medium “penyembuhan” bagi kalbu-kalbu kita yang sakit. Caranya tentu dengan semakin mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah Swt.

Selain dengan berpuasa, kalbu-kalbu kita akan sehat dengan banyak menghidupkan malam (dengan salat malam). Banyak membaca Al-Qur’an. Banyak berzikir. Banyak bersedekah. Rajin menghadiri majelis-majelis ilmu. Banyak bergaul dengan orang-orang saleh, dll.

Semoga selepas Ramadan kalbu-kalbu kita menjadi kembali sehat. Jika kalbu-kalbu kita sehat, insyaallah menjalankan ketaatan kepada Allah Swt.–seberat apapun–akan terasa nikmat.

Wa ma tawfiiqii illaa bilLaah ‘alayhi tawakkaltu wa ilayhi uniib.

Hikmah Ramadan:

Abu Hurairah ra. berkata:

لَأَنْ أجلِسَ ساعةً، فأتَفَقَّهَ أحَبُّ إليَّ مِن أنْ أُحْيِيَ لَيلةً القدر
“Sungguh aku duduk di majelis ilmu satu jam dan aku paham lebih aku sukai daripada menghidupkan Lailatulqadar.” (Al-Mundziri, At-Targhiib wa at-Tarhiib, 1/58).

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi