Ramadan 1444 H: Mampukah Umat Islam Menjadikannya Sebagai Momentum untuk Sebuah Perbaikan?

Oleh. Christiono

Pertengahan bulan Sya’ban (nisfu Sya’ban) baru saja lewat, maka kedatangan bulan mulia Ramadhan 1444 H tidak lama lagi akan tiba. Pada bulan itu, seorang muslim yang beriman telah diwajibkan untuk melaksanakan perintah berpuasa selama satu bulan penuh dengan menahan diri dari makan, minum dan berhubungan suami istri mulai terbit fajar hingga terbenamnya matahari. Di dalam kewajiban berpuasa tersebut, terkandung hikmah yang luar biasa yang apabila dijalankan secara benar akan mampu memperbaiki keimanan dan ketakwaan serta meningkatkan potensi diri.

Hal di atas bisa disaksikan dalam sejarah peradaban di mana terjadi banyak peristiwa penting yang terjadi justru pada bulan Ramadan di mana menurut logika seharusnya itu adalah saat fisik berada dalam kondisi lemah. Kenyataan membuktikan bahwa dengan ketakwaan yang tinggi, kendala lemahnya fisik karena berpuasa bisa diatasi, bahkan bisa menimbulkan kekuatan mental yang sangat besar yang lebih bermanfaat dalam meningkatkan potensi diri. Semua itu bisa terjadi karena banyaknya hikmah yang terdapat di dalam prosesi ibadah puasa, khususnya puasa wajib di bulan Ramadan.

Kandungan hikmah yang sedemikian besarnya tersebut harus bisa diraih sebanyak-banyaknya oleh setiap diri muslim sebagai awal untuk memperbaiki kondisi umat Islam saat ini yang masih terpuruk, kalah dalam segala bidang kehidupan dan mengalami tekanan di mana-mana. Sementara itu di dalam kalangan umat Islam sendiri terlihat adanya penurunan keimanan dan berkurangnya adab serta akhlak mulia yang antara lain ditandai dengan penolakan sebagian muslim terhadap ajaran agamanya dan juga saling serang antarumat Islam sendiri dengan kalimat-kalimat yang kasar bahkan kotor yang menunjukkan kurangnya adab. Bulan suci Ramadan seharusnya bisa dimanfaatkan sebagai momentum untuk menahan diri dari laku yang negatif tersebut sekaligus menjadi ajang perbaikan diri yang berlanjut pada perbaikan keluarga, lingkungan, negara dan umat secara keseluruhan sehingga peradaban mulia yang pernah diraih akan bisa segera terwujud kembali.

Alasan sehingga Bulan Ramadan Harus Dijadikan Sebagai Momentum Perbaikan Umat

Beberapa hal di bawah ini adalah sebagian alasan mengapa bulan Ramadan harus dijadikan sebagai momentum perbaikan umat. Karena, di dalam Ramadhan terkandung banyak pelajaran untuk menempa diri seorang mukmin agar memiliki karakter mulia sehingga mereka akan bisa meningkatkan kualitas diri, menaikkan kadar keimanan dan memperbaiki adab dan akhlak sesuai dengan nilai-nilai dan norma Islam.

1. Kurangnya kualitas diri sebagian besar umat Islam

Kondisi umat Islam yang masih sangat memprihatinkan saat ini sama sekali bukan disebabkan karena kurang sempurnanya ajaran Islam, tetapi semata-mata karena menurunnya kualitas diri dari sebagian besar umat Islam sendiri. Dalam keterangan tertulisnya ketika menyambut bulan Ramadhan 1443 H yang lalu, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengatakan bahwa Ramadan adalah momen untuk menata dan memperbaiki kualitas diri. Beliau juga menekankan perlunya kepatuhan terhadap perintah Allah dan untuk membangun solidaritas dengan sesama.

2. Menurunnya keimanan

Menurunnya keimanan sebagian umat Islam antara lain ditandai dengan kurangnya kepatuhan terhadap perintah Allah Swt. yang disampaikan melalui Al-Qur’an maupun Al Hadits. Sebagian umat Islam menjadikan ajaran Islam laksana hidangan prasmanan, di mana yang sesuai dengan seleranya diambil sedangkan sebagian lagi yang tidak sesuai ditinggalkan bahkan dicelanya. Padahal, ajaran Islam itu sangat sempurna meliputi segala aspek kehidupan mulai dari adab, ritual ibadah, ilmu pengetahuan hingga politik dan ketatanegaraan.

3. Kurangnya adab

Polarisasi yang terjadi khususnya pada diri umat Islam sebagai warga negara mayoritas di Indonesia, semakin hari terlihat semakin mengkhawatirkan. Kita semua bisa menyaksikannya dari media massa dalam berbagai bentuk layanannya seperti WhatsApp, Facebook, Twitter, dll. betapa parah terjadinya keterbelahan masyarakat tersebut. Dari status maupun komentar-komentar yang menyertainya, banyak yang sudah tidak lagi memperlihatkan adab dan akhlak mulia sebagai seorang yang beriman, baik dalam hal perkataan, sikap dan pernyataan. Terhadap saudara seiman saja mereka tega berkata kasar bahkan kotor, menyebarkan hoaks, memfitnah dan melakukan penghinaan pribadi.

4. Banyaknya hikmah dan janji pahala di bulan Ramadhan

Selain alasan di atas, pentingnya bulan Ramadan dijadikan sebagai momentum perbaikan diri adalah karena demikian banyaknya fadhilah, hikmah dan berlimpahnya pahala yang dijanjikan oleh Allah bagi seorang mukmin yang mengerjakan ibadah di bulan mulia tersebut. Semua itu bisa menjadi motivasi untuk meningkatkan kadar keimanan, memperbanyak ibadah, menahan diri dari perilaku yang kurang beradab dan untuk mempererat tali silaturahmi dengan saudara seiman. Waktu sebulan penuh itu sudah seharusnya dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk meningkatkan kualitas diri untuk memperbaiki kondisi umat Islam agar keluar dari jurang keterpurukan yang semakin dalam.

5. Sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah agar pertolongan-Nya segera datang

Umat Islam membutuhkan pertolongan Allah untuk bisa mendapatkan kemenangan dan meraih kembali peradaban mulia yang pernah dirasakan selama kurun waktu yang amat panjang. Tetapi pertolongan tersebut tidak akan pernah kita terima apabila tidak ada upaya dari umat Islam sendiri untuk memperbaiki diri, menambal kekurangan-kekurangan yang ada dan memperkuat setiap kelemahan yang dimiliki. Momentum ibadah puasa di bulan Ramadhan itu harus dimanfaatkan untuk menyempurnakan ibadah wajib serta menambahnya dengan amalan-amalan sunah lainnya sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah sehingga pertolongan itu akan segera datang.

Peristiwa Penting yang Terjadi Pada Bulan Ramadhan yang Bisa Dijadikan sebagai Motivasi Umat untuk Menyempurnakan Ibadah Puasanya

Setiap manusia memerlukan contoh suri tauladan sebagai motivasi untuk melakukan suatu kebaikan. Contoh tersebut bisa diambil dari sejarah peradaban yang pernah ada yang berkaitan dengan kebaikan yang akan dilakukan. Motivasi seorang mukmin untuk melaksanakan dengan sempurna ibadah puasanya antara lain bisa dipelajari dari beberapa peristiwa penting yang menandai suatu keberhasilan maupun dengan meneladani sikap yang ditunjukkan oleh para pendahulu ketika menghadapi ujian yang terjadi pada bulan Ramadan

1. Turunnya Al-Qur’an sebagai dari wahyu Allah Swt. kepada Nabi Muhammad saw.

Selain sebagai kitab suci terakhir, Al-Qur’an yang diturunkan pada 17 Ramadan di tahun 610 M, juga membawa fungsi sebagai petunjuk bagi umat manusia hingga akhir zaman, penyempurna kitab-kitab suci sebelumnya, dan sumber pokok ajaran agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. Dengan Al-Qur’an tersebut, umat Islam menyandarkan setiap pebuatan yang dilakukannya karena tanpa bimbingan dari Sang Pencipta, manusia hanya bisa menduga-duga sebatas ilmu pengetahuan yang dimiliknya padahal ilmu yang dimiliki manusia tersebut hanyalan laksana setetes air di antara samudera. Turunnya Al-Qur’an pada bulan Ramadan tersebut menjadi tonggak bagi sejarah umat manusia untuk mampu menjalankan fungsinya sebagai khalifah fil ardh, mewakili Tuhan dalam mengelola dan menjaga alam semesta.

2. Kemenangan umat Islam dalam Perang Badar

Perang Badar atau biasa disebut Ghazwah Badr Al-Kubra adalah perang yang menjadi pembeda, menandai awal kejayaan kaum muslim dan terjadi pada tanggal 17 Ramadan tahun 2 H, yaitu tahun pertama umat Islam diwajibkan berpuasa. Dalam peperangan ini, Nabi membawa 313 pasukan muslim, menghadapi 950 pasukan kafir. Perbedaan jumlah pasukan yang mencolok tersebut tidak lantas mengecilkan nyali tentara Muslim. Dengan tekad yang kuat membela Nabi, kaum muslim berhasil memporak-porandakan pasukan kafir, Allah menguatkan mereka dengan malaikat-malaikat.

3. Fathu Makkah atau penaklukan Kota Makkah

Fathu Makkah merupakan peristiwa yang terjadi pada tahun 630 M tepatnya pada tanggal 20 Ramadhan 8 H, di mana Nabi Muhammad beserta 10.000 pasukan bergerak dari Madinah menuju Makkah, dan kemudian menguasai Makkah secara keseluruhan sekaligus menghancurkan berhala yang ditempatkan di dalam dan sekitar Ka’bah. Peperangan tersebut dipicu oleh perlakuan orang Quraisy yang merusak satu perjanjian dari beberapa perjanjian Hudaibiyyah. Orang Quraisy bersekongkol dengan kabilah lainnya untuk memerangi orang-orang yang berdamai dengan Rasul.

4. Diraihnya kemerdekaan Indonesia dari penjajahan kaum kolonial

Salah satu peristiwa penting di bulan Ramadan pada era modern adalah hari kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 yang bertepatan dengan 9 Ramadan 1364 H. Umat Islam Indonesia sudah seharusnya mensyukuri nikmat kemerdekaan tersebut, yaitu bebasnya rakyat Indonesia yang sebagian besarnya adalah umat Islam, dari penjajahan yang sangat menyengsarakan dan menghinakan. Dengan diraihnya kemerdekaan tersebut, umat Islam Indonesia seharusnya bisa memiliki keleluasaan yang lebih besar dalam mengamalkan ajarannya.

Beberapa Hal yang Bisa Dilakukan agar Umat Islam Bisa Menjadikan Bulan Ramadhan 1444 H Sebagai Momentum Perbaikan

Perbaikan harus segera mulai dilakukan oleh umat Islam agar mampu keluar dari kondisi yang dialami saat ini, dan bulan Ramadhan sangat tepat dijadikan momentum untuk perbaikan yang dimaksud. Perbaikan yang dilakukan akan bisa menghasilkan pribadi-pribadi yang berkarakter handal yang amat dibutuhkan dalam sebuah perjuangan panjang menegakkan Syari’at Islam hingga terciptanya suatu peradaban agung yang diidam-idamkan:

1. Melakukan muhasabah diri

Waktu satu bulan penuh Ramadhan seharusnya cukup untuk melakukan muhasabah diri, melihat ke dalam diri sendiri apa yang selama ini telah dilakukan untuk sedikit banyak berkontribusi di dalam upaya perbaikan umat. Di dalam melakukan muhasabah diri, diperlukan niat yang kuat dan kejujuran dalam menilai diri sendiri dalam hal kelemahan dan kekurangan yang dimiliki. Dengan mengetahui kelemahan dan kekurangan diri sendiri, maka seseorang akan bisa melakukan perbaikan ke dalam diri sendiri untuk kemudian meningkat kepada perbaikan untuk keluarga, lingkungan masyarakat, negara dan umat Islam secara keseluruhan.

2. Mengambil pelajaran dari apa yang telah dilakukan para pendahulu dalam menyikapi setiap ujian dan tantangan yang terjadi di bulan Ramadhan sehingga mampu meraih berbagai kemenangan.

Peristiwa-peristiwa penting yang telah diuraikan di atas bisa diambil pelajaran dan diteladani tentang apa dan bagaimana para pendahulu tersebut bersikap dalam menghadapi segala bentuk ujian dan tantangan agar mampu meraih kemenangan. Kondisi fisik seseorang yang secara logika akan mengalami penurunan, ternyata dengan mengamalkan puasa Ramadan secara paripurna justru akan menimbulkan kekuatan moral yang amat besar melebihi kekuatan fisik sehingga mampu menjawab setiap ujian dan tantangan untuk meraih kemenangan. Apa yang didapat dari hikmah Ramadan tersebut akan bisa dipakai sebagai modal yang sangat berharga dalam menapaki jalan perjuangan pada bulan-bulan berikutnya hingga bertemu lagi kepada bulan Ramadan sehingga insyaallah kemenangan demi kemenangan bisa diraih.

3. Memperkuat akidah

Kesempatan yang ada pada bulan Ramadan bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk memperkuat akidah, karena kuatnya akidah berkorelasi langsung terhadap kuatnya keimanan seseorang. Semakin kuat pemahaman akidah dan keimanan seorang muslim, semakin kuat dan teguh dia dalam menghadapi segala bentuk serangan khususnya serangan secara ideologis yang bermaksud untuk menggoyahkan keimanan. Kuatnya keimanan seorang muslim juga akan memberi keyakinan pada dirinya akan diraihnya pertolongan Allah dan kemenangan.

4. Memperdalam ilmu

Setiap segala sesuatu pasti membutuhkan ilmu agar bisa dipahami dan diamalkan secara benar dan tepat. Momentum Ramadan sangat tepat untuk memperdalam ilmu, khususnya yang berkaitan dengan peningkatan kualitas diri seorang mukmin yang amat dibutuhkan dalam rangka perjuangan untuk memperbaiki kondisi umat Islam. Sebuah perjuangan membutuhkan perencanaan yang matang agar bisa mencapai hasil yang optimal dan itu bisa dihasilkan dengan memperdalam ilmu tentang manajemen strategi, ilmu ekonomi sangat dibutuhkan untuk memperbaiki kondisi perekonomian umat, teknologi atau ilmu terapan diperlukan untuk mengelola sumber daya alam yang berlimpah, dan lain sebagainya.

5. Memperbanyak ibadah

Pada bulan Ramadhan, pahala ibadah akan dilipatgandakan sehingga akan amat merugi seorang muslim yang menyia-nyiakan kesempatan tersebut dengan mengerjakan sesuatu yang kurang bermanfaat atau bahkan melakukan sesuatu yang bertentangan dengan syari’at Islam. Selain pahala yang akan didapat, kuatnya ibadah seseorang akan meningkatkan kualitas diri yang amat dibutuhkan untuk perjuangan dan mempercepat datangnya pertolongan Allah. Semakin banyak ibadah seseorang semakin dekat dia kepada Allah karena hakekat penciptaan manusia itu sendiri adalah untuk beribadah kepada Allah Swt.

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi