Paket Cinta Valentine

Oleh. Naura Afkarina

Valentine atau hari berkasih sayang menjadi momen yang tak asing lagi di tanggal 14 Februari. Perayaan yang sarat dengan tukar kado atau paket ini tidak hanya milik kaum millenials, para orang tua lanjut usia pun juga ikut meramaikan. Termasuk bocah tengil ingusan, tak ketinggalan untuk merayakan hari kasih sayangnya bersama ayank atau gebetan.

Seakan menjadi hal yang wajar, bahkan toko-toko penjual cokrlat, bunga, boneka pun memanfaatkan momen ini dengan membuka diskon besar-besaran. Perburuan menggiurkan bagi para buciners. Sangat rugi rasanya jika di hari valentine masih dengan status jomlo.

Sejarah Valentine
Dikutip dari penjelasan kak Sabikha di dalam event bulanan, berjudul “Paket Cinta, Jangan Salah Kirim yaa.” Ahad, 13 Februari 2022. insta @ngafe.id_
Valentine pada awalnya adalah perayaan Romawi yang bernama “Lupercalia”. Acara itu dilangsungkan mulai tanggal 13-18 Februari. Dimana mereka mempersembahkan hari itu untuk mengagungkan Dewi Kesuburan “Juno Februata” dan Dewa Kesuburan “Pan”.

Hari itu dirayakan dengan mengumpulkan seluruh kaum laki-laki dan perempuan. Para perempuan diminta untuk menuliskan nama mereka, lalu kertas itu diundi oleh para lelaki. Setelah membacanya, nama yang didapati itu menjadi teman selama satu malam.

Pada tahun 496 M, Romawi mengambil agama kristen sebagai agama
negara. Paus Gelasius meresmikan perayaan tersebut sebagai perayaan gereja. Dan pada tahun
498 M, perayaan tersebut dianulir karena mereka menyadari buruknya perayaan tersebut.
Hingga saat ini, di Amerika, satu Minggu sebelum dan sesudah tanggal 14 Februari diperingati sebagai pekan kondom nasional. Inggris pun memperingatinya sebagai The National Important Day.

Kak Sabikha menjelaskan, bahwa Valentine adalah wujud dari rasa cinta yang setiap orang pasti memilikinya. Namun sayangnya, saat ini pemuasan cinta tidak lagi berlandas aturan. Maka, tak heran jika banyak sekali masalah yang muncul pasca hari kasih sayang ini. Seperti Hamil di luar nikah, aborsi, oral sexs, dan sejenisnya.
Jika sudah begini, ini bukan lagi masalah kecil. Melainkan masalah serius yang butuh penanganan, bagaimana nasib generasi ke depan.

Seorang anak yang lahir dari hasil perzinaan. Juga nyawa bayi tak bersalah yang dibunuh hidup-hidup dari dalam rahim. Belum lagi kemuliaan wanita yang jelas tertindas jauh di bawah telapak kaki. Ini sungguh kedzaliman yang nyata.

Padahal jika kita telusuri, hakikatnya rasa cinta itu tidak akan muncul jika tidak ada rangsangan dari luar. Seperti interaksi lawan jenis, film ,dan novel porno, bahkan hanya dari tatapan empat mata pun bisa saja memunculkan rasa cinta. Artinya, ada yang lebih akar dari sekedar yang tampak.

We’re Muslim

Sebagaimana dipaparkan di atas, budaya Valentine adalah budaya milik kafir Barat. Tidak sepantasnya seorang Muslim ikut dalam merayakannya.
Bagi Muslim, berkasih sayang adalah hal yang fitrah. Allah meminta manusia satu dengan yang lain untuk saling berkasih sayang. Allah menggambarkan ummat Muslim seperti satu tubuh, yang apabila sakit satu, maka akan ikut sakit bagian tubuh lainnya.

Lebih dari sekadar berkasih sayang, namun juga persatuan. Maka bagi Muslim, tidak perlu lagi dikhususkan satu hari untuk merayakannya. Sebab, setiap hari adalah hari berkasih sayang. Hal itu adalah perintah Allah.

Perihal Cinta pada ayank pun islam telah mengaturnya. Islam tidak mengharamkan rasa cinta. Namun dalam Islam, cinta itu haruslah jelas, jelas visi dan misinya. Tujuan dari cinta tak lain adalah untuk melestarikan keturunan. Satu-satunya jalan hanyalah dengan pernikahan. Di luar itu adalah Haram. Sekalipun pria dan wanitanya saling ridho, namun haram tetap haram.

Lalu bagaimana dengan bocah bau kencur yang belum siap menikah? Maka, Islam memberikan solusi untuk berpuasa, menahan rasa cinta itu hingga saatnya tiba. Hingga mereka siap untuk menapaki jenjang pernikahan. Tak cukup dari individunya, peran masyarakat dan negara pun sangat diperlukan. Masyarakat yang nantinya akan saling mengingatkan jika tampak di depannya kemungkaran. Negara pun juga akan menertibkan peraturan tegas untuk rakyatnya.

Negara siap dengan hukuman menjerakan bagi siapa yang melanggar aturan. Memang begitulah seharusnya keberadaan negara. Bukan malah memfasilitasi masyarakat. Jika sudah demikian, Kesejahteraan, ketentraman, dan kebahagiaan sudah pasti terwujud di tengah negeri kita. Menjadi tugas kita untuk terus mengkaji Islam lebih dalam. Juga menyebarkannya pada sesama. Sebab, kita tak mampu sendiri. Yassarallah.

Wallahu a’lam bish-shawab

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi