MUSLIM PEJUANG ITU TIDAK BERSEDIH HATI

Kajian Subuh di Masjid At Taufiq Srondol Wetan Banyumanik Semarang. Ngaji Kitab AL HIKAM bersama Ustaz RIYAD AHMAD
Selasa, 4 Mei 2021.

Pejuang Muslim itu Tidak Bersedih

Ditulis kembali oleh Prof. Suteki
(Digabung dengan beberapa artikel)

MUSLIM PEJUANG ITU TIDAK BERSEDIH HATI

Kalam Hikam hari ini:

مَا تَجِدُهُ الْقُلُوْ بُ مِنَ الْهُمُوْ مِ وَالْأَحْزَا نِ فَلِأَجْلِ مَا مُنِعَتْ مِنْ وُجُوْدِ الْعِيَا نِ.

Terjemahan:
“Semua yang dirasakan oleh hati (perasaan atau pikiran) dari berbagai macam kerisauan itu, maka semata-mata karena masih tertahan belum dapat melihat musyahadah kepada Allah swt.”

Dikisahkan bahwa ketika Abu Bakar As Sidiq ra. bersama Rasulullah di gua Tsur, dimana Abu Bakar risau dan sedih hati, langsung oleh Rasulullah diingatkan, “Jangan bersedih sesungguhnya Allah beserta kami”. Asysyibly berkata : Siapa yang benar-benar mengenal Allah tidak akan risau atau berduka cita untuk selama-lamanya. Firman Allah : “Ingatlah, sesungguhnya para waliyullah itu tidak merasa takut dan tidak merasa duka cita.” Sabda Rasulullah saw. kepada Abu Bakar As Sidiq ketika di gua Tsur, “Ya Abu Bakar ma dhannuka bi isnain Allahu tsalitsu huma. Bagaimanakah perasaanmu hai Abu Bakar terhadap dua orang yang ditigai oleh Allah (disertai/dilindungi oleh Allah).”

Secara prinsip dapat dikatakan bahwa dibalik kenikmatan ada Allah dan azab itu ada karena terhalangnya dari Allah. Hal yang membedakan adalah level keimanan. Tidak pernah akan terasa sedih apabila seseorang itu kenal dan tersambung kepada Allah.

Kesedihan dan kepedihan lahir karena terhalang oleh Allah. Sepedih apa pun asal ada Allah di dalam hatinya, maka tidak terlalu terasa kepedihan itu. Jadi, kalau seseorang sering khawatirdan  sedih, itu karena kita jauh dari Allah. Sebagaimana disebutkan di muka, “Jangan bersedih karena Allah bersama kita.”

Kalau kita ingin mengurangi sedih, maka latihlah mendekat kepada Allah. Mengapa orang khawatir atas masa depan sedang dirinya tidak punya sedikit pun kekuasaan atas masa depan. Orang hanya mengira-ngira seolah dia punya pengetahuan penuh atas masa depan tersebut. Ingatlah Allah, maka hati akan menjadi tenang. Keyakinan kita terhadap Allah harus terus ditingkatkan.

Kisah sahabat Rasul bernama Hudhair dalam ekspedisi bersama Rasulullah. Intinya, Hudhair tidak kebagian jatah makanan namun ia bersabar dan dia terus berzikir hingga mengusik penduduk langit dan Jibril atas perintah Alloh pun turun mengingatkan Rasulullah bahwa ada satu sahabat yang terlewat saat pembagian makanan. Hudhair sepanjang hari berdzikir. Dzikirnya adalah: “Subhanallah Walhamdulillah walaailaahaillallahu Allahu akbar walaahaula walaaquwata illabilahil’aliyil’adziim.” Hudhair mendapat keistimewaan di hadapan Allah atas kesabarannya. Meskipun dalam keadaan lapar dahaga yang mestinya menyusahkannya, ia menghibur diri atas pembagian Allah.

Dengan demikian, kita mengambil pelajaran dari kisah Hudhair ini bahwa tidak mungkin ada susah sedih kecuali terhijab dari Allah. Ketika terputus terhijab dari Allah, maka nikmat Allah pun bisa terasa sedih, apalagi sebuah kepedihan.

Kisah Syekh Abu Usman Al Ari bersama Istrinya bernama Maryam juga menunjukkan betapa rida atas keputusan Allah membuat hati tetap tentram. Syekh Abu Usman adalah seorang duda. Istrinya bertanya kepada Abu Usman, kira-kira amal apa yang bisa dibanggakan di hadapan Allah.

Abu Usman bercerita masa lalunya kepada istrinya. Intinya, dahulu Abu Usman dilamar oleh seorang wanita, dan diterima begitu saja tanpa meneliti bagaimana keadaan wanita yang melamarnya tersebut. Ternyata istrinya itu kaki dan tangannya hanya satu dan matanya buta. Hal ini diterima Abu Usman dan menyembunyikannya selama 15 tahun. Abu Usman menyadari bahwa Ini adalah ketentuan terbaik Allah untuk dirinya. Ia menjaga perasaan istrinya. Wajahnya tidak pernah kecewa atas ketentuan Allah. Inikah amal yang mungkin bisa dibanggakan di hadapan Allah di akhirat nanti?

Kisah di atas menunjukkan ketika seseorang terhubung kepada Allah, kepedihan, kekurangan apa pun tidak membuat seseorang bersedih hati, melainkan rida dan bersyukur atas keputusan Allah.

Ada sebuah Hadis Qudsi dimana Allah berfirman kepada Nabi Musa yang artinya:

Nabi Muhammad saw. bersabda bahwa Allah swt. berfirman kepada Nabi Musa A.s.: “Wahai Musa, barang siapa yang tidak sabar terhadap cobaan-Ku, tidak mensyukuri nikmat-Ku, maka keluarlah dari bumi dan langit-Ku dan carilah tuhan selain-Ku.”

Dari pada sambat, lebih baik menghibur diri dengan janji Allah. Rasa sakit dan pedih yang diderita seorang hamba tidak lain Allah akan mengampuni dosa makhluk-Nya tersebut.

Wallohu a’lam bishowab…
Wassalamu’alaikum wr. wb.

Tabik…!!!

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi