Oleh. K.H. M Ali Moeslim
Bismillahirrahmanirrahim
Setelah sembilan jam kami di angkasa, terbang bersama Saudia, take off dari Bandara III Ultimate Soekarno Hatta, kami mendarat di Bandara King Abdul Aziz Jeddah. Tak lupa, kami sujud syukur di Bandara, lalu mengucap do’a; “Allahumma Inna nasaluka khoiroha wa Khaira ahliha wa Khaira maa fiha, wa inni naidzubika Min syariah wa syar’i ahliha.” setelah lebih dari dua tahun kami tidak menginjakkan kaki di tanah Saudi Arabia, karena wabah virus Corona melanda dunia.
Jeddah dahulu adalah kota pelabuhan yang sangat ramai, mengingat tempat jamaah haji berlabuh menggunakan kapal laut, sebelum ramai jamaah haji atau umroh menggunakan pesawat udara. Bisa dikatakan, Jeddah adalah pintu gerbang ke dua kota suci, yakni Makkah dan Madinah.
Di antara nama-nama itu adalah Jidda, Jiddah, Jaddah, dan Juddah. Meski penyebutannya berbeda, namun banyak orang sepakat bahwa Jeddah, yang diambil dari kata Jaddah, memiliki arti βnenek.β
Mengapa demikian? Sebabnya tak lain karena ada keyakinan bahwa Hawa, nenek moyangnya seluruh umat manusia, turun di sini dari surga. Makam Hawa pun dipercaya ada di Jeddah.
Kami sudah berihram sejak di pesawat saat melintasi angkasa Miqat Yalamlam, setelah mengucap niat umroh “labaikallahumma umroh.” Kurang lebih menempuh jarak 70 km menuju kota Makkah ditempuh selama satu jam kami menggunakan bis. Sambil membaca talbiyah, “Labaikallahumma labaik, labaika laa syarika laka labaik, innal hamda wanikmata laka wal mulk, laa syariikalaka.” Kiri kanan hanya gunung batu yang kering, diselingi pada rerumputan yang hijau yang menjadi tempat gembala domba dan unta.
Menjelang memasuki batas tanah haram Makkah, terlihat samar dua kubah kembar masjid Aisiyah atau Tan’im yang menjadi miqat penduduk Makkah yang terdekat, kami berdoa, “Allahuma hadza haromuka wa amnuka.”
Degup jantung semakin kencang, terkadang air mata mulai menetes tanpa bisa ditahan, terikat bagaimana Rasulullah saw. dan para sahabat mempertahankan agama agar terus bertahan dan berkembang, bagaimana pembinaan intensif (Taskif murakazah) dimulai dari rumah sahabat Al Arqam bin Al Arqam di samping Ka’bah, di bukit Jabal Qubaish.
Bayangan kita akan di hadapkan dengan sejarah panjang dari riwayat para nabi: dari Nabi Adam, Nabi Ibrahim, Nabi Muhammad, dan banyak lagi nabi yang diriwayatkan lainnya di sana. Makkah (Ka’bah) sebagai kiblat umat Islam. Tempat mereka yang ingin menjalani ibadah rukun Islam.
Ada yang menyebut bahwa disebut Makkah karena kota itu mampu menghapus dosa-dosa para peziarahnya dan kezaliman. Makkah juga disebut “Ummul Quraa” atau kota tertua di dunia diperkuat dengan keterangan Al-Qur’an yang menyebut kota ini sebagai induknya seluruh kota, terdapat beberapa alasan yang menjadikan Kota Makkah dijuluki sebagai kota tertua di dunia.
Ummu Al-Qura berasal dari bahasa Arab, yakni umm yang berarti ibu atau induk, sedang qura adalah jamak dari qaryah yang berarti kampung, desa, kota, atau negeri. Kata Ummu Al-Qura disebutkan Al-Qur’an sebanyak dua kali, yakni pada surah Al-An’am ayat 92 di atas dan surah Asy-Syuura ayat 7.
Kota Makkah dikenal sebagai kota yang teramat istimewa dalam dada setiap muslim. Karena dari kota inilah lahir pembawa risalah Islam, Rasulullah Muhammad saw. Cahaya Islam memancar hingga ke seluruh penjuru dunia hingga sekarang ini.
Kota Makkah dijuluki dengan Al-Mukarramah karena ia merupakan kota yang dimuliakan oleh Allah SWT. Sebab, di sini Allah memerintahkan Nabi Ibrahim dan Ismail as untuk mendirikan Bayt Allah (Ka’bah).
Julukan lainnya yang diberikan kepada Kota Makkah adalah Haramun Aamin atau kota suci yang aman (QS Al-Qashash: 57). Ia juga diberi nama Kota Haram (suci) karena di sini terdapat tapal batas yang melingkari Makkah. Dengan pembatas ini, orang kafir tidak diperkenankan memasuki kawasan Tanah Haram ini.
Wallahu a’lam bishawab
Jeddah, 18 Oktober 2022