Oleh : Zulia Ilmawati , S.Psi.
Rasulullah SAW bersabda: “Belajar di waktu kecil ibarat mengukir di atas batu”, akan terus berbekas sampai dewasa nanti. Kita tentu masih ingat, bacaan-bacaan shalat yang masih kita hafal sampai sekarang, bukankah itu diajarkan dan dihafalkan waktu kita masih kecil? Usia dini merupakan masa-masa emas (golden age). Pada masa ini terjadi perkembangan syaraf otak yang luar biasa. Anak akan mudah sekali menerima informasi dan menyerap fakta yang diinderanya. Dengan begitu jangan pernah melewatkan masa-masa emas ini karena tidak akan pernah kembali. Mengajarkan Islam pada anak usia dini sangat mungkin dilakukan, tentu dengan cara dan bahasa yang yang tepat sesuai dengan tahap perkembangannya.
Langkah pertama yang semestinya dilakukan adalah mengenalkan Allah melalui kalimat-kalimat tauhid.
Ibnu Abbas ra menceritakan bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Jadikanlah kata-kata pertama kali yang diucapkan seorang anak adalah kalimat Laa ilaaha illallaah. Dan bacakan padanya ketika menjelang maut kalimat Laa ilaaha illallaah”. (HR. Al-Hakim).
Tujuan dari memperdengarkan dan mengajarkan kalimat tauhid ini agar pertama kali yang didengar anak yang baru lahir adalah kalimat tauhid, pengetahuan tentang Allah, dan keesaanNya. Biasakanlah mengucapkan kalimat-kalimat thoyibbah seperti Subhanallah, Alhamdulillah, Allahu Akbar dan sebagainya. Jangan lupa kaitkan antara kalimat yang diucapkan dengan aktivitas anak. Misalnya, Alhamdulillah diucapkan sebagai wujud rasa syukur ketika selesai melakukan aktivitas tertentu. Subhanallah dilafadzkan jika melihat ciptaan Allah yang menakjubkan dan sebagainya. Tentang siapa Allah, ajarkan Surat Al-Ikhlas dengan artinya, atau nyanyikan lagu-lagu yang syairnya dapat mengenalkan anak pada Allah SWT.
Gunakan kesukaan anak melakukan eksplorasi di usia ini, dengan mengenalkan alam dan ciptaanNya. Ajaklah anak melakukan pengamatan yang lebih mendalam. Misalnya, anak diminta melakukan eksplorasi dan pengamatan melaui praktek menanam biji-bijian, mengajaknya ke kebun binatang, taman bunga dan sebagainya. Tumbuhkan kesadaran dan kepekaan pada mereka, bahwa segala sesuatu yang ada di sekelilingnya adalah ciptaan Allah. Diharapkan akan muncul kekaguman anak kepada Allah, sehingga tergerak untuk tunduk kepada-Nya dan menjalankan syariat-syriatNya. Ajaklah anak untuk mengenali dirinya dan mensyukuri nikmat yang melekat pada anggota tubuhnya. Dari sini kita ajak mereka menyadari bahwa Allah Yang Menciptakan semua itu. Perlahan-lahan kita rangsang mereka untuk menemukan amanah di balik kesempurnaan penciptaan anggota tubuhnya. Katakan, pada anak yang menjelang usia dua tahun, “Mana matanya? Mana hidungnya? Mana mulutnya? Wow, matanya dua, ya? Berbinar-binar. Alhamdulillah, Allah ciptakan mata yang bagus untuk kita. Matanya buat apa, Nak?” sehingga akan muncul rasa syukur pada anak.
Rasulullah SAW bersabda:
“Didiklah anak-anakmu pada tiga perkara: mencintai nabi kamu, mencintai ahli baitnya dan membaca Al-Qur’an. Sebab orang-orang yang memelihara Al-Qur’an itu berada dalam lindungan singasana Allah pada hari tidak ada perlindungan selain dari pada perlindunganNya beserta para NabiNya dan orang-orang yang suci” (HR. Ath-Thabrani)
Para sahabat dan ulama salaf sangat suka menceritakan sejarah kehidupan Nabi Muhammad SAW terhadap anak-anak mereka, dengan diselingi materi pelajaran Al-Qur’an. Pemahaman terhadap sejarah kehidupan Nabi diyakini akan memberikan pengaruh kepada pendidikan dan perkembangan jiwa anak. Karena pemahaman yang baik terhadap kepribadian Nabi SAW, secara tidak disadari akan menumbuhkan rasa cinta anak terhadap pribadi beliau. Bacakan buku-buku cerita tentang Rasulullah, agar anak mengenal nabinya sekaligus menjadikannya sebagai idola. Membacakan buku cerita disamping akan mendekatkan kita dengan si kecil juga sangat membantu mengasah perkembangan bahasanya.
Untuk menanamkan rasa kepeduliannya terhadap orang lain, ajaklah anak untuk beramal, misalnya dengan memberikan sedekah kepada peminta-minta atau biarkan anak yang memasukkan uang di kotak infak ketika mengikuti kajian-kajian keIslaman. Ajaklah anak berdiri disamping kita setiap akan melakukan shalat lima waktu. Pakaikan mukena atau sarung kecil yang nyaman, biar anak juga tahu bahwa aurat harus ditutup ketika melakukan shalat. Biarkan dia mengerakkan badan sebisanya, dan sangat mungkin belum sampai salam si kecil sudah berlari. Dengarkan ayat-ayat Al-Qur’an setiap saat. Ajaklah dia duduk disamping kita saat membaca Al-Qur’an. Mulailah mendengarkan dan mengajarkan terus menerus ayat-ayat pendek. Jangan kaget, kalau tiba-tiba si kecil lancar membaca Surat Al-Fatihah walau mungkin mahrojnya belum sempurna. Biasakan mengucapkan doa sebelum dan sesudah makan, sebelum dan setelah bangun tidur, dan juga doa-doa lain yang biasa kita ucapkan. Sering-seringlah diajak ke tempat-tempat pengajian agar anak terbiasa dalam majlis-majlis ilmu. Jangan lupa, jika anak kita perempuan biasakan menutup aurat dengan busana muslimah yang mungil. Pilihlah bahan yang enak dipakai agar anak merasa nyaman.
Anak yang shalih adalah investasi yang tak ternilai buat orang tua. Bukankah hanya doa anak shalih yang akan terus mengalir walau kedua orang tuanya sudah meninggal?