Memahami Kawan dan Musuh

Oleh. H. M Ali Moeslim

Bismillahirrahmanirriim

“Kalian wahai para mahasiswa menuntut kebebasan dan HAM! Di bawah Kekhilafahan kita, siapa pun bebas beraktivitas di masjid mana pun, dan gereja terbesar pun ada bagi siapa saja, adakah bangsa yang termarjinalkan oleh kekhalifahan? Mereka dengan sengaja merusak pemikiran para pemuda Muslim! Untuk melakukan pembangkangan dan kekacauan! Mereka hendak menghancurkan negara khilafah! Mereka berupaya agar kalian para mahasiswa tidak belajar demi kejayaan ummat! Akan mendorong kalian berceceran di jalanan, hati kalian telah teracuni! Kalian jangan teracuni oleh ide pemikiran barat! Jangan teracuni oleh pemikiran liberal!” ucapnya ketika para mahasiswa menuntut kebebasan sebagaimana dikutip dari serial Televisi Turki Payitaht Abdul Hamid II.

Demikian seharusnya seorang pemimpin tertinggi ummat Islam, yakni khalifah memahamkan kepada rakyatnya termasuk mahasiswa. Bagai seorang ayah kepada anaknya, mengasuh dan menjaganya dari marabahaya.

Memahami siapa kawan dan musuh nyata itu sangat penting. Memahami pemahaman Islam dan pemahaman kufur itu penting. Memahami isme-isme yang bertentangan dengan Islam dengan siapa pengembannya itu sangat penting. Dengan itu, ummat diharapkan bersatu —dalam ikatan akidah— merumuskan perjuangan untuk menghadapi musuh nyata yang terus menggerogoti mereka.

Musuh ummat Islam jelas bukan sesama kaum Muslim yang mengemban syariat Islam yang kaffah. Mereka ummat Islam yang berusaha terikat dan terkait seluruh aspek kehidupannya dengan syariat Islam, yang menyuarakan agar memerintah dengan dan untuk islam, karena itu adalah kewajiban sebagai seorang Muslim.

Musuh kaum Muslim saat ini adalah idelogi kapitalisme-liberal dan para pengembannya. Ideologi destruktif inilah yang terbukti menimbulkan kekacauan kehidupan ummat manusia, tidak saja di negeri ini, namun di seluruh negeri-negeri Muslim lainnya, di belahan dunia.

Perlu untuk dipahami bahwa landasan kapitalisme-liberal adalah sekularisme (pemisahan agama dari kehidupan). Penganutnya berpendapat bahwa manusia sendirilah yang berhak membuat peraturan hidupnya, pisahkan agama (baca : Islam) dari kehidupan, pisahkan negara dengan sistem dan tata aturannya dari syariat Islam. Ideologi ini menetapkan adanya pemeliharaan kebebasan manusia yang terdiri dari kebebasan berakidah, berpendapat, hak milik, dan kebebasan pribadi.

Dari kebebasan hak milik ini dihasilkan sistem ekonomi kapitalisme. Inilah yang paling menonjol dalam ideologi ini. Oleh karena itu, ideologi tersebut dinamakan ideologi kapitalisme; diambil dari aspek yang paling menonjol dalam ideologi itu.

Kapitalisme-liberal saat ini masih bisa tegak karena ditopang oleh negara. AS, Barat, dan sekutunya telah menjaga ideologi ini siang-malam. Mereka pun mengekspor ideologi mereka ke negeri-negeri kaum Muslim. Tujuannya:

Pertama, memalingkan ummat Islam dari syariah kâffah. Kedua, menghegemoni dan menyedot sumber daya alam negeri kaum Muslim. Ketiga, memalingkan ummat Islam dari musuh mereka yang nyata. Keempat, menghalangi kebangkitan Islam dengan menghalangi ummat untuk menegakkan institusi penegak syariah secara kaffah, yakni Khilafah.

Mengapa kita memusuhi ideologi ini dan menyadarkannya jika hal itu diemban oleh sebagian umat Islam? Terdapat beberapa alasan:

Pertama, kapitalisme-liberal adalah ideologi penjajah. Ideologi ini telah mendorong pengemban utamanya —AS dan Barat— melakukan penjajahan di seluruh dunia. Karena itu, ideologi ini merupakan ideologi penjajah. Ideologi penjajah inilah yang menjadikan AS dan Barat menjadi rakus, sombong, dan banyak melakukan intervensi ke berbagai negara di dunia.

Fakta sejarah telah menunjukkan bahwa selama Perang Dunia I dan II tidak ada rasa aman. Huru-hara, pertumpahan darah, penghilangan nyawa, dan bencana kemanusian tak terkira. Indonesia pun pernah menjadi korban penjajahan negara-negara imperialis.

Kedua, kapitalisme-liberal terus disebarkan secara paksa ke seluruh dunia melalui penjajahan. Cara baku negara pengemban japitalisme-liberal untuk mengimplementasikan ideologi mereka adalah melalui penjajahan (imprealisme). Penjajahan itu bisa dalam bentuk pemaksaan dominasi politik, militer, budaya, dan ekonomi terhadap negara-negara jajahan. Jalan imprealisme ini tetap meskipun rezim dan UU di negara jajahan berubah. Alhasil, penjajahan adalah bagian integral dari kapitalisme-kiberal.

Imperialisme adalah anak kapitalisme. Imperialisme tua dilahirkan oleh kapitalisme tua. Imperialisme modern dilahirkan oleh kapitalisme modern. Watak kuno imperialisme tua itu menghantam ke kanan dan ke kiri. Menjalankan stelsel monopoli dengan kekerasan dan kekejaman. Mengadakan sistem paksa. Membinasakan ribuan jiwa manusia. Menghancurkan kerajaan-kerajaan. Membasmi miliunan cengkeh dan pala. Ia melahirkan aturan contigenten (pajak berupa hasil bumi) dan levarantien (hak monopoli hasil bumi) yang sangat berat dipikul oleh rakyat (Ir. Soekarno, Mencapai Indonesia Merdeka, hlm 10-11).

Ketiga, kapitalisme-liberal menjadi biang persoalan di dunia. Kapitalisme-kiberal pada masa sekarang mengubah bentuk penjajahannya menjadi penjajahan gaya baru (neo-imprealisme). Pada awalnya, dominasi AS lebih bertumpu pada aspek militer. Berikutnya, AS bertumpu pada aspek ekonomi semisal utang luar negeri, tekanan politik, dan embargo. Lewat banyak perusahaan multinasional, AS melakukan eksploitasi sumber daya alam Indonesia dan negeri lainnya.

Keempat, kapitalisme-kiberal mendukung rezim represif di Dunia Islam. AS, Barat, dan sekutunya telah berhasil menancapkan kukunya di negeri-negeri kaum Muslim. Pemimpin di negeri-negri Muslim yang diangkat sesungguhnya telah mendapatkan mandat dan restu mereka. Karena itu, para pemimpin di negeri kaum Muslim itu rela menekan dan mendzalimi rakyatnya sendiri demi memuaskan tuan mereka. Bukankah ini merupakan kejahatan kemanusiaan dan pertanggungjawabannya begitu berat di akhirat kelak?

Wallahu a’lam bishawab.

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi