Ketika fokus kita sedang terkonsentrasi ke Gaza, tiba-tiba kita disentakkan dengan gelombang kedatangan pengungsi Rohingya sepanjang November dengan angka mencapai lebih dari 1.000 orang. Sebagaimana yang kita ketahui, kedatangan mereka sebulanan ini di Aceh memicu penolakan sebagian warga.
Terlepas dari berbagai alasannya, tahukah kita kalau orang-orang Rohingya yang diusir dari kampung halamannya di Arakan, Myanmar, juga korban dari kepanjangan tangan Zionis?
Bagaimana pembersihan etnis Rohingya oleh junta militer Myanmar terhubung dengan Zionisme?
Gerakan Zionis dapat mendirikan entitas negaranya pada tahun 1948. Myanmar, yang dulu bernama Burma, juga meraih kemerdekaan di tahun yang sama. Keduanya juga dapat mendirikan negara, sama-sama karena sikap politik Inggris.
Sosok yang paling bertanggungjawab mengantarkan Burma menuju hubungan mesra dengan Zionis adalah U Nu, aktivis sosialis-religius Buddha yang menjadi Perdana Menteri pertama Burma. Dalam buku The River of Lost Footsteps karya Thant Myint-U, disebutkan kalau U Nu jatuh cinta dengan gerakan Zionis karena peristiwa H locaust dan U Nu merasa memiliki banyak kesamaan dengan pandangan HaAvoda, partai buruh Zionis beraliran sosdem.
Karena itulah, Myanmar menjadi salah satu negara Asia pertama yang mengakui entitas Zionis. Penelitian Jacob Abadi dalam Israel’s Quest for Recognition and Acceptance in Asia menyebutkan, saking ngefansnya dengan Zionis, U Nu sempat ngancam ke panitia Konferensi Asia-Afrika di Bandung pada 1955 kalau dia tidak akan datang ke Bandung sebelum panitia juga mengundang entitas Zionis.
Tidak berhenti di pengakuan belaka, U Nu juga meminta Zionis untuk membangun sistem pertahanan model kibbutz di daerah-daerah minoritas Muslim dan Kristen di Myanmar.
Sejak itu, hubungan antara pemerintah junta militer Myanmar dengan Zionis terus saja berlangsung. IDF secara rutin melatih dan mempersenjatai Tatmadaw atau angkatan tentara Myanmar. Tatmadaw menjadi pelanggan setia dari bisnis senjata Zionis.
Ketika Myanmar membantai warga Muslim Rohingya pada 2017 lalu (menewaskan 6700 orang hanya dalam waktu sebulan), sesungguhnya bukan hanya tangan tentara Myanmar yang berlumuran darah, tapi tangan-tangan Zionis juga turut basah. Karena Zionis secara tak langsung juga turut membantai orang Rohingya, lewat senjatanya yang dipakai tentara Myanmar.[]