Kembali ke Fitrah, Kembali ke Syariah Kaffah

Afiyah Rasyad
(Aktivis Peduli Ummat)

Amboi, puasa genap 30 hari adalah nikmat tiada terkira. Sesaat lagi, fajar ied akan segera tiba. Patutlah kaum muslim bergembira menyambut hari raya, hari kemenangan yang disertai meningkatnya iman dan taqwa. Seringkali ada ungkapan, idul fitri adalah hari dimana manusia kembali ke fitrah, saling memaafkan, bahkan kaum muslim berkomitmen akan menjngkatkan ketaqwaan.

Keadaan fitrah seperti manusia dilahirkan oleh ibunya, ia tidak terlumuri oleh dosa. Akan tetapi, ia lahir di atas fitrah, sebagaimana sabda Nabi saw.:

“Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah, orang tuanyalah yang menjadikannya Nasrani, Yahudi, dan Majusi.”

Orang yang menunaikan shaum dengan benar selama Ramadhan akan terlahir kembali layaknya bayi yang tidak berdosa, kembali suci. Pasalnya, Allah Swt. mengampuni dosa-dosa yang telah lalu. Kaum muslim keluar dari dosanya laksana ia baru dilahirkan oleh ibunya. Allah Swt. berfirman:

“Hadapkanlah wajahmu dengan lurus pada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus. Tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”
(TQS. Ar-Rum:30)

Kembali pada fitrah afalah tanggung jawab kaum muslim dalam menjalankan perintah Allah, yakni dengan menetapi karakteristik penciptaan manusia dan potensi insaniah untuk siap menerima kebenaran. Jadi, kembali pada fitrah adalah kesipan dalam menerima kebenaran.

Puasa dan serangkaian ibadah Ramadhan seharusnya mampu melatih kaum muslim untuk senantiasa taqwa tanpa tapi dan tanpa nanti. Kembali ke fitrah adalah jalan ketaqwaan yang sesungguhnya sebagai komsekuensi keimanan seorang muslim. Terlebih di bulan puasa, maka nuansa kebenaran spiritual akan lebih terhujam. Sehingga, hal itu akan menempa kaum muslim senantiasa fokus ibadah pada Allah dengan idrak shillah billah.

Segala aktivitas saat kembali fitrah adalah menjadikan segala dimensi hubungan bernilai ibadah. Kaum muslim dengan penuh kesadaran akan masuk Islam secara kafah. Artinya, kaum muslim akan menjadikan Islam sebagai kepemimpinan berpikir. Sehingga, Islam benar-benar diterapkan dalam kehidupan sebagai mabda’ atau ideologi kehidupan. Islam adalah agama sekaligus Ideologi yang sesuai dengan fitrah manusia.

Oleh karena itu, kembali pada fitrah nyatanya adalah kembali pada syariah kafah (menyeluruh). Hal itu akan terwujud jika institusi negara yang melaksanakannya dalam satu kepemimpinan. Institusi itu tak lain adalah Khilafah Islamiyah. Kembali ke syariah kafah perlu perjuangan ekstra sebagaimana aktivitas Baginda Nabi yang mulia, dakwah Islam agar terwujud kembali kehidupan Islam dalam naungan Khilafah. Sabda Nabi yang mulia:

“Kemudian akan muncul kembali masa Kekhilafahan yang mengikuti manhaj kenabian. Kemudian beliau diam.”
(HR. Ahmad)

Wallahu a’lam bishowab

Dibaca

 167 total views,  2 views today

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi