Kisah Nabi Ibrahim “mengorbankan” putranya sering disampaikan di moment Idul Adha, yang darinya muncul syariat menyembelih hewan kurban dan lempar jumroh.
Yang masih jarang mengulik kisah beliau “mengorbankan” istri dan putranya tersebut yang kala itu masih bayi.. yang dari kejadian itu muncul syariat sa’ie antara bukit shafa dan marwa, terpancar air mata zam-zam yang tidak pernah berhenti hingga detik ini..
KALAU ITU PERINTAH ALLAH, PASTI TIDAK AKAN DISIA-SIAKAN OLEH-NYA
Begitulah keyakinan yang tertanam di sanubari seorang ibu dengan si bayi mungilnya, saat ditinggal sang suami di tengah gurun pasir yang kering.
Tak ada manusia lain dan suatu apapun, hanya dibekali sekantong kurma dan air.
Berpaling sambil menahan sedih sang suami mulai pergi meninggalkan dua orang kesayangannya.
Si istripun mulai mengikuti, mengejar di belakangnya..
“Suamiku,, hendak pergi kemana? kenapa meninggalkan kami di lembah kosong tanpa ada siapapun dan apapun ini”
Membisu sang suami tak kuasa menjawabnya,, berulangkali si istri bertanya… sang suami tetap diam seribu bahasa. Akhirnya si istri mulai mengerti, dan bertanya:
ﺁﻟﻠﻪ اﻟﺬﻱ ﺃﻣﺮﻙ ﺑﻬﺬا؟
Allah kah yang telah memerintahkanmu untuk begini?
Barulah sang suami menjawab: “iya”
Seketika istri shalihah tersebut berucap dengan perkataan yang sangat hebat, terpancar dari keimanan yang begitu kuat:
ﺇﺫﻥ ﻻ ﻳﻀﻴﻌﻨﺎ
“Kalau begitu, Allah tidak akan menyia-nyiakan kami berdua.”
Maka kembalilah si istri ke lembah tersebut bersama bayinya.. dan pergilah Ibrahim.
Ya, inilah secuil kisah ketaatan keluarga rabbani khalilullah Ibrahim dan istrinya Siti Hajar serta bayi kesayangan Ismail alaihimussalaam.
Begitulah harusnya keyakinan kita terkait semua syariatNya.. Allah tidak akan menyia-nyiakan pelakunya, pendakwahnya, pembelanya, serta pejuangnya..
قد كانت لكم أسوة حسنة في إبراهيم والذين معه
Kisah lengkapnya ada di dalam shahih al Bukhari:
ﻗﺎﻝ اﺑﻦ ﻋﺒﺎﺱ: ﺃﻭﻝ ﻣﺎ اﺗﺨﺬ اﻟﻨﺴﺎء اﻟﻤﻨﻄﻖ ﻣﻦ ﻗﺒﻞ ﺃﻡ ﺇﺳﻤﺎﻋﻴﻞ، اﺗﺨﺬﺕ ﻣﻨﻄﻘﺎ ﻟﺘﻌﻔﻲ ﺃﺛﺮﻫﺎ ﻋﻠﻰ ﺳﺎﺭﺓ، ﺛﻢ ﺟﺎء ﺑﻬﺎ ﺇﺑﺮاﻫﻴﻢ ﻭﺑﺎﺑﻨﻬﺎ ﺇﺳﻤﺎﻋﻴﻞ ﻭﻫﻲ ﺗﺮﺿﻌﻪ، ﺣﺘﻰ ﻭﺿﻌﻬﻤﺎ ﻋﻨﺪ اﻟﺒﻴﺖ ﻋﻨﺪ ﺩﻭﺣﺔ، ﻓﻮﻕ ﺯﻣﺰﻡ ﻓﻲ ﺃﻋﻠﻰ اﻟﻤﺴﺠﺪ، ﻭﻟﻴﺲ ﺑﻤﻜﺔ ﻳﻮﻣﺌﺬ ﺃﺣﺪ، ﻭﻟﻴﺲ ﺑﻬﺎ ﻣﺎء، ﻓﻮﺿﻌﻬﻤﺎ ﻫﻨﺎﻟﻚ، ﻭﻭﺿﻊ ﻋﻨﺪﻫﻤﺎ ﺟﺮاﺑﺎ ﻓﻴﻪ ﺗﻤﺮ، ﻭﺳﻘﺎء ﻓﻴﻪ ﻣﺎء، ﺛﻢ ﻗﻔﻰ ﺇﺑﺮاﻫﻴﻢ ﻣﻨﻄﻠﻘﺎ، ﻓﺘﺒﻌﺘﻪ ﺃﻡ ﺇﺳﻤﺎﻋﻴﻞ ﻓﻘﺎﻟﺖ: ﻳﺎ ﺇﺑﺮاﻫﻴﻢ، ﺃﻳﻦ ﺗﺬﻫﺐ ﻭﺗﺘﺮﻛﻨﺎ ﺑﻬﺬا اﻟﻮاﺩﻱ، اﻟﺬﻱ ﻟﻴﺲ ﻓﻴﻪ ﺇﻧﺲ ﻭﻻ ﺷﻲء؟ ﻓﻘﺎﻟﺖ ﻟﻪ ﺫﻟﻚ ﻣﺮاﺭا، ﻭﺟﻌﻞ ﻻ ﻳﻠﺘﻔﺖ ﺇﻟﻴﻬﺎ، ﻓﻘﺎﻟﺖ ﻟﻪ: ﺁﻟﻠﻪ اﻟﺬﻱ ﺃﻣﺮﻙ ﺑﻬﺬا؟ ﻗﺎﻝ ﻧﻌﻢ، ﻗﺎﻟﺖ: ﺇﺫﻥ ﻻ ﻳﻀﻴﻌﻨﺎ، ﺛﻢ ﺭﺟﻌﺖ، ﻓﺎﻧﻄﻠﻖ ﺇﺑﺮاﻫﻴﻢ ﺣﺘﻰ ﺇﺫا ﻛﺎﻥ ﻋﻨﺪ اﻟﺜﻨﻴﺔ ﺣﻴﺚ ﻻ ﻳﺮﻭﻧﻪ، اﺳﺘﻘﺒﻞ ﺑﻮﺟﻬﻪ اﻟﺒﻴﺖ، ﺛﻢ ﺩﻋﺎ ﺑﻬﺆﻻء اﻟﻜﻠﻤﺎﺕ، ﻭﺭﻓﻊ ﻳﺪﻳﻪ ﻓﻘﺎﻝ: ﺭﺏ {ﺇﻧﻲ ﺃﺳﻜﻨﺖ ﻣﻦ ﺫﺭﻳﺘﻲ ﺑﻮاﺩ ﻏﻴﺮ ﺫﻱ ﺯﺭﻉ ﻋﻨﺪ ﺑﻴﺘﻚ اﻟﻤﺤﺮﻡ} [ ﺇﺑﺮاﻫﻴﻢ: 37] – ﺣﺘﻰ ﺑﻠﻎ – {ﻳﺸﻜﺮﻭﻥ} [ ﺇﺑﺮاﻫﻴﻢ: 37] ” ﻭﺟﻌﻠﺖ ﺃﻡ ﺇﺳﻤﺎﻋﻴﻞ ﺗﺮﺿﻊ ﺇﺳﻤﺎﻋﻴﻞ ﻭﺗﺸﺮﺏ ﻣﻦ ﺫﻟﻚ اﻟﻤﺎء، ﺣﺘﻰ ﺇﺫا ﻧﻔﺪ ﻣﺎ ﻓﻲ اﻟﺴﻘﺎء ﻋﻄﺸﺖ ﻭﻋﻄﺶ اﺑﻨﻬﺎ، ﻭﺟﻌﻠﺖ ﺗﻨﻈﺮ ﺇﻟﻴﻪ ﻳﺘﻠﻮﻯ، ﺃﻭ ﻗﺎﻝ ﻳﺘﻠﺒﻂ، ﻓﺎﻧﻄﻠﻘﺖ ﻛﺮاﻫﻴﺔ ﺃﻥ ﺗﻨﻈﺮ ﺇﻟﻴﻪ، ﻓﻮﺟﺪﺕ اﻟﺼﻔﺎ ﺃﻗﺮﺏ ﺟﺒﻞ ﻓﻲ اﻷﺭﺽ ﻳﻠﻴﻬﺎ، ﻓﻘﺎﻣﺖ ﻋﻠﻴﻪ، ﺛﻢ اﺳﺘﻘﺒﻠﺖ اﻟﻮاﺩﻱ ﺗﻨﻈﺮ ﻫﻞ ﺗﺮﻯ ﺃﺣﺪا ﻓﻠﻢ ﺗﺮ ﺃﺣﺪا، ﻓﻬﺒﻄﺖ ﻣﻦ اﻟﺼﻔﺎ ﺣﺘﻰ ﺇﺫا ﺑﻠﻐﺖ اﻟﻮاﺩﻱ ﺭﻓﻌﺖ ﻃﺮﻑ ﺩﺭﻋﻬﺎ، ﺛﻢ ﺳﻌﺖ ﺳﻌﻲ اﻹﻧﺴﺎﻥ اﻟﻤﺠﻬﻮﺩ ﺣﺘﻰ ﺟﺎﻭﺯﺕ اﻟﻮاﺩﻱ، ﺛﻢ ﺃﺗﺖ اﻟﻤﺮﻭﺓ ﻓﻘﺎﻣﺖ ﻋﻠﻴﻬﺎ ﻭﻧﻈﺮﺕ ﻫﻞ ﺗﺮﻯ ﺃﺣﺪا ﻓﻠﻢ ﺗﺮ ﺃﺣﺪا -، ﻓﻔﻌﻠﺖ ﺫﻟﻚ ﺳﺒﻊ ﻣﺮاﺕ، ﻗﺎﻝ اﺑﻦ ﻋﺒﺎﺱ: ﻗﺎﻝ اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ: «ﻓﺬﻟﻚ ﺳﻌﻲ اﻟﻨﺎﺱ ﺑﻴﻨﻬﻤﺎ» … الخ.