Oleh. KH Hafidz Abdurrahman
Ada nasihat yang menarik dari Syaikh Fauzi Sidi Konate, Ahli Nahwu dan Bahasa Arab yang diberi gelar Syibawaih Afrika, tentang ilmu, dan tujuan kita mencari ilmu.
Tsaqafah Islam, dengan berbagai ragamnya, seperti akidah, fiqih, hadis, tafsir, bahasa, ilmu sharaf, nahwu, balaghah, dan sebagainya pada akhirnya adalah ilmu alat dan sarana untuk menggapai tujuan yang hakiki, yaitu kebahagiaan yang abadi di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Ada sebagian ahli yang membagi ilmu dengan ilmu alat dan tujuan, atau Ulum Alat wa Maqashid, atau dengan istilah lain, Ulum Wasail wa Ghayat, sebenarnya itu hanyalah istilah dan untuk proses pembelajaran saja.
Alasannya, karena yang satu menjadi pintu yang harus dilalui untuk menuju kepada yang lain. Menjadi pembuka yang harus diarungi, sebelum mengarungi samudera ilmu yang lain. Maka, mereka menyebutnya sebagai Ulum Alat [ilmu alat]. Sementara yang menjadi tujuannya, dan target yang hendak mereka raih, mereka sebut sebagai Ulum al-Ghayat [ilmu tujuan], atau Ulum al-Maqashid.
Tetapi, setelah kita buktikan, dalam praktiknya, tujuan hakiki dari apa yang mereka sebut sebagai Ulum Alat [ilmu alat] itu juga merupakan tujuan hakiki yang hendak diraih melalui Ulum al-Ghayat [ilmu tujuan]. Itu tidak lain adalah sukses meraih ridha Allah dan kenikmatan-Nya yang abadi.
al-‘Allamah Syamsuddin ar-Ra’i, radhiya-Llahu ‘anhu, pernah menyatakan tentang tujuan hakiki dari salah satu Ulum al-Alat, setelah mendefinisikan tentang Nahwu, “Telah tampak dari sini, bahwa Ilmu Nahwu itu sebenarnya bukan tujuan. Tetapi, hanya alat untuk mengetahui bahasa Arab. Mengetahui bahasa Arab juga merupakan sarana untuk mengetahui Kitab dan Sunnah. Begitu juga mengetahui Kitab dan Sunnah hanyalah sarana untuk mengetahui amal shalih. Sedangkan amal shalih merupakan sarana untuk mendapatkan ridha Allah ‘Azza wa Jalla dan kenikmatan yang abadi. Semoga Allah menjadikan kita sebagai orang yang mendapatkan kasih sayang-Nya.”
Jadi, jelas, berdasarkan redaksi ini, tujuan hakiki dari semua Ulum Wasilah [ilmu alat], yang melibatkan Ilmu Nahwu untuk mengetahui bahasa Arab, dan tak seorang pun yang bisa membantah, bahwa ini merupakan tujuan hakiki dari apa yang mereka sebut dengan istilah Ulum al-Ghayat. Begitu juga fiqih, tafsir dan hadits, semuanya itu jika tidak bisa mewujudkan amal shalih yang bisa mendatangkan rahmat dan nikmat Allah, maka sia-sia dan tidak ada gunanya bagi pemiliknya.
Jika kita tahu, bahwa tujuan hakiki dari semua ilmu itu ternyata satu, untuk menuju ke sana, maka kita tidak akan menguatkan satu ilmu terhadap ilmu yang lain, atau meremehkan satu ilmu dengan ilmu yang lain, misalnya, guru atau pembelajar Nahwu lebih rendah kedudukannya ketimbang guru atau pembelajar Fiqih.
Begitu juga Ahli Nahwu Bashrah dan Kufah tidak lebih rendah kedudukannya ketimbang Ahli Fiqih, Tafsir dan Hadits. Bagaimana tidak, ilmu-ilmu yang kita sebut sebagai Ulum Alat, dalam naungan al-Kitab dan as-Sunnah, ini telah berjasa besar menjaga bahasa al-Qur’an dan as-Sunnah. Tidak diragukan lagi, mereka dilahirkan untuk berkhidmat kepada Kitab Allah dan Sunah Rasul-Nya. al-‘Allamah Ibn Jinni radhiya-Llahu ‘anhu memberikan pujian yang luar biasa, seraya berkata, “Orang-orang yang kami tidak ragukan sedikitpun, bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala wa Taqaddasat Asma’uhu, telah memberikan bimbingan kepada mereka kepada ilmu yang mulia ini. Allah telah menunjukkan kepada mereka bentuk hikmah, dengan sambutan dan penghormatan kepadanya. Dia telah menjadikannya, dengan keberkahan mereka, melalui tangan-tangan taat mereka sebagai pelayan Kitab suci yang diturunkan, serta kalam Nabi-Nya yang diutus, untuk membantu memahami keduanya, mengetahui apa yang dititahkan-Nya, juga apa yang Dia larang melalui keduanya.”
Iya, semua ilmu dan tsaqafah Islam, termasuk al-Qur’an dan Sunnah itu sendiri, dengan seluruh ilmu turunannya, adalah sarana untuk menuju Allah. Mendapatkan ridha-Nya. Mendapatkan jannah-Nya. Semuanya itu bisa diraih dengan melakukan amal shalih yang sesuai dengan perintah dan larangan-Nya. Karena itulah, satu-satunya yang membuat Dia ridha kepada kita.
Dan, semuanya itu bisa kita ketahui dengan ilmu dan tsaqafah tadi. Maka, belajar dan menguasai tsaqafah bukan tujuan. Hati-hati dengan tipu daya setan, yang membelokkan dari tujuan kita yang sebenarnya, mendapatkan ridha Allah.
Jika tidak, betapapun hebatnya ilmu kita, tak ada gunanya di mata Allah Subhanahu wa Ta’ala.