Ilmu Sebagai Salah Satu Fondasi Peradaban: Mampukan Umat Islam Mengejar Ketertinggalannya?

Oleh. Christiono

Sejarah umat manusia ditandai dengan jatuh bangunnya beberapa peradaban yang silih berganti. Salah satu faktor penting tegak, bertahan dan jatuhnya sebuah peradaban adalah ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan berperan sangat vital dalam menciptakan ide-ide untuk pengeloalaan sumber daya manusia agar dilahirkan sosok-sosok handal, juga dalam pengelolaan sumber daya alam yang akan sangat menentukan keberlangsungan dan kenyamanan manusia untuk hidup dan menetap di dalamnya.

Tuhan telah menciptakan manusia memang dengan tujuan sebagai wakil-Nya di bumi untuk merawat dan mengelolanya demi hidup manusia itu sendiri. Tentu Tuhan tidak memberikan amanat tersebut begitu saja, melainkan sudah dibekali dengan pengetahuan akan ”nama-nama” yang dimaksudkan adalah ilmu pengetahuan tentang segala sesuatu yang bisa dipelajari dengan bantuan akal pikiran. Dengan ilmu pengetahuan tersebut, manusia diharapkan bisa mengemban amanat yang sangat berat di bawah panduan Al-Qur’an sebagai sumber segala ilmu pengetahuan.

Umat Islam pernah memiliki penguasaan yang sangat tinggi akan ilmu pengetahuan yang menjadikan peradaban Islam sebagai peradaban yang paling unggul dan menjadi pemimpin dunia. Bahkan berbagai penemuannya masih terus dinikmati oleh peradaban modern saat ini. Tetapi sejak abad ke-12 penguasaan akan ilmu pengetahuan tersebut mulai mengalami kemunduran sampai runtuhnya peradaban Islam hingga saat ini. Umat Islam sekarang mengalami ketertinggalan yang sangat jauh terhadap masyarakat Barat yang mengakibatkan terpuruknya posisi umat Islam di segala bidang kehidupan.

Kondisi yang sangat memprihatinkan tersebut seharusnya menyadarkan umat Islam secara keseluruhan untuk bangkit guna meraih kembali kejayaannya sebagaimana pernah dinikmati dalam waktu yang panjang. Oleh karena itu, diperlukan strategi yang benar-benar jitu agar maksud dan tujuan perjuangan untuk menegakkan kembali keunggulan dalam penguasaan ilmu pengetahuan seperti pada zaman keemasannya dahulu bisa terwujud.

Peran Ilmu Sehingga Dikatakan Sebagai Salah Satu Pondasi Dari Suatu Peradaban

”Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya …” (QS. Al-Baqarah: 31)

Meskipun banyak interpretasi yang berbeda-beda tentang arti dari nama-nama tersebut, tetapi yang jelas itu menunjuk pada gagasan tentang pengajaran dan pendidikan. Kita tahu bahwa buah dari pengajaran dan pendidikan ialah ”ilmu pengetahuan.” Itu yang tidak dimiliki oleh para malaikat sekaligus yang menjadi kelebihan manusia. Pengajaran dan pendidikan inilah yang kemudian dilanjutkan oleh manusia kepada keturunan dan manusia lainnya sehingga hakikat dari ”nama-nama” yang diajarkan Tuhan itu bisa terus berlanjut untuk membangun sebuah peradaban dan mengantisipasi adanya perubahan dan kemajuan peradaban. Hal ini tidak dilakukan oleh makhluk selain manusia.

Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa ilmu pengetahuan merupakan salah satu fondasi paling penting dalam membangun dan mempertahankan sebuah peradaban. Dan peradaban hanyalah milik manusia, bukan makhluk yang lain, karena memang manusialah yang diberi amanat oleh Tuhan sebagai wakil-Nya untuk mengelola dan menjaga keseimbangan di alam semesta. Berikut ini adalah beberapa peran yang dilakukan oleh ilmu pengetahuan dalam kontribusinya untuk menjadi salah satu fondasi peradaban.

1. Untuk mentadabburi ayat Al-Qur’an sebagai ayat qauliyah

Tadabbur Al-Qur’an dapat diartikan memahami ayat-ayat Al-Qur’an tidak sebatas pada baris-baris teksnya. Tapi juga menemukan apa yang ada di balik dan di seberang teks (behind dan beyond the texts). Dengan tadabbur, akan ditemukan hakikat makna teks, intisari, hikmah, pelajaran, dan nasihat untuk diterapkan dalam kehidupan nyata. (Drs. Ahmad Fuad Effendy, M.A., 2020).

Tadabbur Al-Qur’an tidak akan bisa dilakukan tanpa dimilikinya ilmu pengetahuan dalam berbagai bidang kehidupan karena kandungan Al-Qur’an sendiri meliputi seluruh aspek kehidupan umat manusia. Oleh karena begitu kayanya kandungan dari Al-Qur’an tersebut, ada seorang ulama yang mengibaratkan Al-Qur’an sebagai sebuah intan yang memiliki kemilau berbeda pada setiap sudutnya. Artinya setiap orang bisa memandang dan menikmati pesona yang berbeda dari Al-Qur’an melalui sudut pandang ilmu pengetahuan yang dimilikinya.

2. Untuk mempelajari fenomena alam semesta sebagai ayat Kauniyah.

“Alam takambang jadi guru!” adalah sebuah pepatah Minang yang berarti bahwa ilmu pengetahuan tidak hanya bisa didapatkan melalui pendidikan formal, melainkan juga bisa didapat dari memahami fenomena yang terjadi di alam semesta. Ini sangat sesuai dengan pernyataan bahwa alam semesta merupakan sebuah ayat kauniyah atau Kitab Besar Tuhan yang berisi ayat-ayat (tanda-tanda) yang diberikan oleh Sang Pencipta untuk dibaca dan dipahami. Dalam Surah Ali Imran ayat 190, Allah berfirman:

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda (ayat) bagi orang-orang yang berakal.”

Manusia hidup bersama alam dan keberadaan alam mutlak diperlukan bagi keberlangsungan hidup manusia, tanpa alam mustahil manusia bisa bertahan hidup. Oleh karena itu manusia tidak boleh memperlakukan alam semaunya sendiri, dia harus pula bisa memahami kemauan alam. Sejarah mengajarkan manusia mengenai akibat yang ditimbulkan ketika dia memperlakukan alam secara semena-mena yang menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan alam dan akhirnya merusak alam itu sehingga alam yang seharusnya menjadi penentu keberlangsungan hidup manusia berubah menjadi musuh utamanya.

3. Sebagai alat untuk menjawab tantangan zaman dan untuk mengelola sumber daya manusia serta sumber daya alam.

Arnold Joseph Toynbee melalui bukunya yang bertitel A Study of History, mengemukakan sebuah konsep yang dinamakan ”Creative Minority” yaitu mengenai sekelompok kecil masyarakat yang memiliki kelebihan dan mampu menjawab tantangan-tantangan yang dihadapi oleh suatu peradaban. Kelompok kecil tersebut bisa diartikan sebagai sebagian kecil masyarakat yang menguasai berbagai bidang keilmuan sehingga diyakini akan mampu menjawab tantangan-tantangan yang dihadapi oleh sebuah peradaban.

Toynbee mengemukakan bahwa lahirnya suatu peradaban tidak terlepas dari adanya tantangan-tantangan tertentu yang dihadapi suatu masyarakat atau society – sebagai cikal bakal peradaban – dan respon masyarakat tersebut terhadap tantangan-tantangan itu. Tantangan yang dimaksud dapat berupa cuaca ekstrim, penaklukan wilayah baru, konfrontasi militer dan sebagainya. Apabila masyarakat berhasil mengatasi tantangan tersebut, maka keberhasilan itu akan membawa masyarakat untuk berhadapan dengan tantangan baru lainnya. Dari keberhasilan dalam menghadapi tantangan itulah akan muncul suatu peradaban.

Ilmu pengetahuan juga sangat dibutuhkan perannya untuk mengelola sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki sebuah masyarakat agar tercipta insan-insan unggul sebagai penyokong utama dari peradaban yang dibangun. Selain itu ilmu pengetahuan juga berperan sangat vital dalam pengelolaan sumber daya alam (SDA) agar tercapai suatu keseimbangan alam yang berfungsi sebagai mitra manusia dalam mempertahankan eksistensi sebuah peradaban.

Kondisi Perkembangan ilmu Pengetahuan di Dunia Hingga Saat Ini

Saat ini semua manusia di seluruh dunia bisa menyaksikan adanya perkembangan ilmu pengetahuan yang sangat luar biasa pesatnya. Teknologi yang diciptakan sebagai hasil dari ilmu pengetahuan tersebut terbukti sangat berpengaruh terhadap seluruh sendi kehidupan manusia sekaligus juga sangat berpengaruh terhadap keseimbangan alam dan lingkungannya. Dalam materi kuliah kali ini penulis ingin membahas mengenai perkembangan ilmu pengetahuan yang terjadi pada umat Islam dan pada masyarakat Barat.

1. Perkembangan ilmu pengetahuan di dunia Islam.

Sejarah mencatat adanya pasang surut perkembangan ilmu pengetahuan yang terjadi di dunia Islam dalam rentang waktu sejak zaman kekhalifahan, keruntuhannya hingga zaman sekarang.

a. Zaman kejayaan Islam.

Pada abad ke-8 hingga dengan abad 12 M, umat Islam berada pada zaman keemasan, zaman dimana ilmu pengetahuan dan peradaban Islam berkembang pesat mencapai puncaknya. Pada saat itu umat Islam menjadi pemimpin dunia karena perhatiannya yang sangat besar tidak hanya dari sisi ilmu-ilmu agama, tetapi juga ilmu-ilmu umum, dan ilmu-ilmu murni. Pada masa ini bermunculan tokoh-tokoh dan ilmuwan yang sangat cerdas, aktif dan handal, sebut saja misalnya: Al-Kindi (185 H /807 M – 260 H /873 M), Al-Khawarizmi (w. 249 H /863 M), Al-Razi (2551 H /865 M – 313 H /925 M), Al-Farabi (258 H /870 M – 339 H /950 M), Ibn Sina (370 H /980M – 428 H /1037 M), Al-Biruni (362 H /973 M – 442 H /1051 M), Al-Ghazali (450 H /1058 M – 505 H /1111 M) dan masih banyak sederetan ilmuwan yang ide pikirannya mewarnai peradaban dunia.

Adanya perkembangan ilmu pengetahuan yang luar biasa pesatnya tersebut tidak terlepas dari dukungan yang sangat besar khalifah Harun Ar-Rasyid yang begitu menghargai ilmu pengetahuan. Selama memerintah, ia sangat memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan dan budaya. Khalifah Harun Ar-Rasyid (786 M – 803 M) mengumpulkan para ulama dan ilmuwan guna terlibat langsung dalam jalannya pemerintahan Abbasiyah. Semasa kepemimpinannya, banyak kegiatan penerjemahan kitab-kitab berbahasa asing ke dalam bahasa Arab. Kegiatan penerjemahan tersebut membuat Kota Bagdad menjadi pusat perkembangan ilmu pengetahuan. Ia juga membangun perpustakaan negara yang digunakan sebagai pusat keilmuan dan pendidikan Abbasiyah. Khalifah Harun Ar-Rasyid mendirikan pusat riset dan pengembangan ilmu pengetahuan yang dinamakan Baitul Hikmah di Bagdad.

b. Pasca mundurnya peradaban Islam hingga saat ini

Muhammad Umar Chapra dalam bukunya ”Muslim Civilization: The Causes of Decline and the Need for Reform” menyebutkan bahwa faktor terpenting dari kemunduran umat Islam adalah kemerosotan moral dan hilangnya sikap dinamis di tengah komunitas. Hal tersebut diperparah dengan meluasnya sikap dogmatis dan kekakuan (rigidity). Beberapa juga menilai faktor-faktor yang lebih bersifat fisik, semisal munculnya peperangan dan invasi atas banyak wilayah umat Islam. Dugaan lainnya adalah menurunnya aktivitas intelektual dan sains, sedangkan golongan-golongan non-Islam justru berpacu melakukannya. Kebanyakan peneliti, menurut dia, menjadikan abad ke-12 sebagai patokan. Artinya, sebelum kurun waktu tersebut umat Islam pada umumnya belum begitu tertinggal (Hasanul Rizqa, republika.co.id, 2020).

Sementara kondisi penguasaan ilmu pengetahuan umat Islam saat ini sungguh sangat memprihatinkan. Banyak indikasi yang memperlihatkan dengan terang akan ketertinggalan umat Islam terhadap ilmu pengetahuan yang semakin jauh bila dibandingkan dengan masyarakat Barat. Hal ini antara lain diakibatkan oleh rendahnya tingkat literasi umat Islam pada umumnya. Menurut data UNESCO pada tahun 2016, minat baca masyarakat Indonesia, sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar, hanya 0,001%. Artinya, dari 1,000 orang Indonesia, cuma 1 orang yang rajin membaca! Sedangkan hasil riset dari Central Connecticut State Univesity pada Maret 2016 lalu, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca.

Selain dari rendahnya tingkat literasi umat Islam saat ini, kemunduran penguasaan atas ilmu pengetahuan pada umat Islam juga disebabkan oleh sistem pendidikan yang dianut oleh sebagian besar negara Muslim. Sistem pendidikan yang dipakai adalah sistem pendidikan sekuler dari Barat yang berusaha memisahkan ilmu pengetahuan dari agama. Para sarjana Muslim diberi ’hadiah’ bea siswa untuk mengkaji ilmu-ilmu Islam justru ke negeri-negeri Barat yang mempergunakan sistem pendidikan yang bersifat sekuler.

2. Perkembangan ilmu pengetahuan di dunia Barat

a. Barat pada zaman kegelapan (dark ages)

Zaman Kegelapan di Eropa berlangsung selama kurang lebih 1.000 tahun, yakni dari abad ke-5 hingga abad ke-15. Awal Abad Pertengahan dimulai setelah jatuhnya Romawi Kuno pada 476 Masehi. Puncak Abad Pertengahan dimulai pada awal abad ke-11. Pada periode inilah terjadi berbagai peristiwa penting. Contohnya, pengaruh besar dari agama Katolik terhadap kekaisaran dan perkembangan kebudayaan pada saat itu. Orang Romawi kala itu lebih sibuk dengan masalah keagamaan, sedangkan ilmu pengetahuan kurang diperhatikan.

Istilah Zaman Kegelapan muncul setelah perkembangan peradaban dan ilmu pengetahuan di kawasan Eropa mengalami stagnasi atau bahkan kemunduran akibat dari kuatnya posisi gereja di segala bidang kehidupan masyarakat Eropa saat itu. Tidak ada satupun masyarakat yang diperbolehkan menyebarkan pengaruhnya melebihi pengaruh gereja. Oleh karenanya pada masa ini tidak banyak menghasilkan tokoh-tokoh berpengaruh, terutama untuk perkembangan ilmu pengetahuan modern.

b. Barat pasca renaisance hingga saat ini

Zaman Renaissance yang terjadi pada abad XIV-XVI disebut sebagai abad keemasan (Golden Age) dalam sejarah peradaban bangsa barat. Zaman ini merupakan fase transisi yang menjembatani antara zaman kegelapan (Dark Ages) dengan zaman pencerahan (Enlightenment Age). Dengan lahirnya Renaissance ini juga cahaya peradaban barat mulai bersinar sehingga bisa menapaki abad abad modern dengan cepat.

Pengaruh ilmu pengetahuan Islam atas Eropa yang sudah berlangsung sejak abad ke-12 M menimbulkan gerakan kebangkitan kembali (renaisance) pusaka Yunani di Eropa pada abad ke-14 M. Berkembangnya pemikiran Yunani di Eropa kali ini adalah melalui terjemahan-terjemahan Arab yang dipelajari dan kemudian diterjemahkan kembali ke dalam bahasa latin. Selain itu, Perang Salib yang berlangsung dari abad 11 sampai abad 13 berdampak signifikan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan Barat akibat seringnya terjadi interaksi dengan dunia Islam.

Pada saat ini, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dihasilkannya, terlihat sangat luar biasa dan berdampak sangat luas terhadap kehidupan manusia modern. Tetapi di sisi lain, akibat sistem Kapitalisme yang menomorsatukan keuntungan pribadi menjadikan teknologi yang berkembang saat ini bukannya mempermudah dan mensejahterakan kehidupan manusia tetapi justru menghasilkan banyak masalah dan semakin menjauhkan manusia dari kemanusiaannya, belum lagi hubungannya dengan alam dan lingkungannya yang semakin tidak harmonis.

Strategi yang Harus Diterapkan Oleh Umat Islam Untuk Mengejar Ketertinggalannya Pada Ilmu Pengetahuan

1. Menempatkan adab sebagai pondasi utama peradaban dan sebagai dasar bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Di dalam Islam kedudukan adab lebih tinggi daripada ilmu dan dia merupakan pondasi utama dari sebuah peradaban. Seperti yang disampaikan Imam Darul Hijrah, Imam Malik rahimahullah yang pernah berkata pada seorang pemuda Quraisy: “Pelajarilah adab sebelum mempelajari suatu ilmu.”

Kenapa para ulama berpesan untuk mendahulukan mempelajari adab? Yusuf bin Al Husain berkata: “Dengan mempelajari adab, maka engkau jadi mudah memahami ilmu.”

Bahkan adab butuh waktu lebih banyak untuk dipelajari dibandingkan ilmu. Ibnul Mubarok berkata:
“Kami mempelajari masalah adab itu selama 30 tahun sedangkan kami mempelajari ilmu selama 20 tahun.”

Tanpa adab, ilmu pengetahuan akan terjebak dalam lingkaran nafsu manusia yang tiada berujung karena tidak memiliki pagar sebagai pengaman agar ilmu pengetahuan tidak mengembara ke mana dia suka yang akhirnya akan berbalik melawan dirinya sendiri. Terbukti dengan kondisi saat ini di mana perkembangan ilmu pengetahuan dan penggunaan teknologi sebagai hasilnya bukannya membuat kehidupan manusia modern menjadi lebih mudah, nyaman dan sejahtera tetapi sebaliknya malah menimbulkan berbagai masalah kemanusiaan baik di antara manusia sendiri maupun antara manusia dengan alam. Ilmu pengetahuan yang seharusnya menjadi salah satu pondasi penting bagi peradaban justru menyebabkan terancamnya peradaban itu sendiri menuju pada keruntuhannya.

Adab Islam mengharuskan pengembangan ilmu pengetahuan yang dilakukan manusia untuk menjadikan Al Qur’an sebagai panduan atau rujukan agar berjalan pada jalur yang benar dan sesuai dengan fitrah manusia sehingga akan menghasilkan teknologi yang berguna bagi manusia sekaligus keharmonisan dengan alam lingkungannya. Adab Islam juga sebagai pagar pengaman agar ilmu pengetahuan dan teknologi yang dihasilkan tidak menyebabkan rusaknya keseimbangan alam yang bisa menjadikan bencana bagi kehidupan manusia.

2. Mentadabburi Al Qur’an dan menelurkan gagasan-gagasan dari kandungan ayat-ayatnya untuk menjawab tantangan-tantangan peradaban.

Kitab Suci Al Qur’an mengandung pelajaran yang sangat komprehensif bagi umat manusia dalam mengarungi kehidupan dengan segala seluk beluk dan misterinya, tetapi ternyata sampai hari ini hanya sedikit sekali pelajaran tersebut yang mampu dimengerti, dicerna dan dipahami apalagi diimplementasikan oleh manusia. Oleh karena itu umat Islam harus senantiasa setiap saat mentadabburi Al-Qur’an dan berupaya dengan segala kemampuan intelektualnya untuk memahami setiap ayat di dalamnya dan mengungkap maksud sebenarnya dari Kalam Allah tersebut yang merupakan sumber ilmu pengetahuan yang tidak akan pernah habis dipelajari.

Setiap permasalahan yang ada pada manusia maupun alam semesta ini akan bisa dicarikan solusinya di dalam Al-Qur’an karena dia adalah Kitab yang berisikan Ilmu Allah yang menciptakan alam semesta beserta semua makhluk yang hidup di dalamnya. Sedangkan Ilmu Allah itu sangat luas bahkan seandainya lautan menjadi tinta dan pepohonan menjadi pena, tetap tidak akan cukup untuk menuliskannya. Umat Islam dengan segala kemampuan intektual dan penguasaannya terhadap ilmu pengetahuan seharusnya bisa menggali sebanyak mungkin kandungan ilmu di dalam Al-Qur’an tersebut guna kemaslahatan umat manusia serta alam lingkungannya dan untuk menjawab berbagai tantangan yang dihadapi manusia.

3. Menggali kembali khazanah pendidikan Islam pada zaman keemasan untuk merumuskan sistem pendidikan Islam.

Bertahannya peradaban Islam sekian lamanya membuktikan bahwa sistem Islam yang diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan umat saat itu memang tidak bertentangan denga fitrah kemanusiaan dan selaras dengan tata kelola alam yang benar. Selain kesejahteraan yang berhasil didapatkan oleh masyarakat, juga berhasil dikembangkannya ilmu pengetahuan yang luar biasa dan dihasilkannya teknologi maju yang memudahkan dan membuat nyaman kehidupan manusia tetapi tidak merusak alam dan lingkungan. Pendidikan Islam benar-benar mampu menjadi fondasi penting yang kokoh bagi tegaknya peradaban saat itu.

Oleh karena itu, umat Islam saat sekarang harus menengok kembali ke belakang untuk menggali lagi khazanah pendidikan saat zaman keemasan Islam untuk juga menjadikannya sebagai salah satu fondasi penting bagi ditegakkannya kembali peradaban Islam. Sistem pendidikan Islam saat itu digali, dipelajari untuk dipahami dan dipergunakan sebagai referensi dalam perumusan sistem pendidikan umat saat ini. Hasilnya diterapkan dalam institusi-institusi pendidikan Islam yang lepas dari sistem sekuler yang ada saat ini.

4. Membentuk komunitas sebagai wadah untuk mengimplementasikan hasil perumusan sistem pendidikan Islam.

Sistem pendidikan Islam yang telah dirumuskan tentu memerlukan lahan sebagai tempat persemaiannya agar bisa tumbuh berkembang dan menghasilkan buah yang lebat yang memberikan manfaat yang sebesar-besarnya kepada umat Islam khususnya dan umat manusia secara keseluruhan. Sistem pendidikan Islam yang merupakan hasil kristalisasi dari khazanah keilmuan Islam di zaman keemasannya dan dikontekstualisasikan dengan perubahan zaman yang terjadi tersebut pasti akan berbeda dengan sistem pendidikan modern ala Barat yang saat ini dianut oleh hampir semua masyarakat dunia yang justru menjauhkan dan memisahkannya dari nilai-nilai dan norma agama. Oleh karena itu, sistem pendidikan Islam tersebut tidak akan bisa tumbuh dengan subur apabila ditanam di lahan yang tidak cocok, yaitu sistem pendidikan Barat.

Komunitas yang dibentuk berguna sebagai wadah pendidikan bagi generasi muda Islam untuk kemudian diimplementasikan di dalam kehidupan kesehariannya. Masyarakat luas akan dengan mudah bisa menyaksikan hasil dari sistem pendidikan Islam tersebut dalam semua aspek kehidupan sehingga akan tertarik dan bersedia menjadikannya contoh untuk diterapkan dalam lingkungan masyarakatnya masing-masing. Dengan demikian diharapkan komunitas tersebut semakin hari akan semakin besar sehingga pengaruhnya menjadi semakin signifikan dalam percaturan masyarakat dunia dan bisa dijadikan sebagai salah satu fondasi penting bagi ditegakkannya kembali peradaban Islam.

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi