HATI-HATI! PERINGATI MAULID NABI TAPI MALAH ABU LAHAB YANG DITELADANI

© Kholid Mawardi

 

Bulan Rabiul Awal merupakan bulan yang istimewa. Ada salah satu peristiwa penting sebagai titik awal perubahan dunia. Ya! Lahirnya manusia pilihan yang kelak mengemban risalah mulia. Islam.

 

12 Rabiul Awal tahun Gajah, terlahir seorang bayi dari pasangan Abdullah dan Aminah yang bernama Muhammad, yang kelak mendobrak kebiasaan jahiliah kaumnya.

 

Dalam perjalanan kehidupannya, Muhammad menjadi sosok yang sangat disegani dan dibanggakan oleh kaumnya karena kejujuran dan kebaikannya. Al Amin gelar yang disematkan kepadanya. Orang yang dipercaya. Apa pun yang disampaikan Muhammad, pasti akan dibenarkan oleh kaumnya.

 

Di usia 40 tahun, Muhammad pun akhirnya diangkat oleh Allah SWT sebagai Rasulullah SAW pengemban risalah Islam. Agama yang mengatur urusan spiritual sekaligus politik. Agama yang mengatur seluruh kehidupan manusia. Mengatur ibadah kepada Allah dan juga muamalah dengan sesama. Semua diatur di dalam Islam. Tidak ada pemisahan agama dengan kehidupan layaknya paham sekularisme. Apa pun masalahnya, Islam punya solusinya.

 

Nah, pasca diangkatnya Muhammad SAW sebagai Rasul, berubahlah sikap kaumnya. Banyak yang menolak, membenci, mempersekusi bahkan hendak membunuhnya.

 

Begitu pula pamannya, Abu Lahab. Dulu bersuka cita ketika kelahiran Muhammad SAW. Bahkan saking gembiranya, Abu Lahab memerdekakan seorang budak ketika menyambut kelahiran keponakannya. Tapi sikapnya berubah menjadi benci bahkan menghalang-halangi ketika Muhammad SAW berdakwah mengemban risalah Islam.

 

Coba sekarang kita tengok kondisi masa kini. Di hari kelahiran Nabi Muhammad SAW, banyak kaum Muslim semarak memperingatinya. Maulid Nabi. Kalau di Jawa dikenal dengan istilah Muludan. Banyak gelaran kegiatan yang dilakukan. Pembacaan Barzanji, pengajian dan perayaan lainnya. Bersuka cita. Semarak.

 

Sayangnya, semarak peringatan kelahiran manusia mulia, Rasulullah Muhammad SAW, masih belum diiringi dengan semarak mengikuti syariah yang diembannya. Syariah Islam.

 

Bahkan ada sebagian kaum Muslim yang justru benci dan menuduh kepada mereka yang berkeinginan untuk menjadikan syariah Islam sebagai aturan yang harus diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan, termasuk urusan politik pemerintahan, dengan tuduhan radikal, intoleran dan tuduhan buruk lainnya. Miris!

.

Padahal jelas Rasulullah SAW mengemban risalah Islam. Bukan yang lain. Bukan risalah sekuler kapitalisme, apalagi sosialisme komunisme. Bukan! Rasulullah SAW hanya mendakwahkan Islam!

 

Rasulullah SAW mengatur kehidupan keluarga, masyarakat bahkan negara dengan syariah Islam. Sempurna. Peradaban Islam pun bangkit dan berjaya.

 

Wajar kalau kecintaan kita kepada Rasulullah SAW juga meliputi kecintaan kepada risalah yang diembannya. Pun cinta dan rindu tegaknya tatanan kehidupan sesuai dengan yang diteladankannya.

 

Justru menjadi aneh, ketika kita bersuka cita dengan lahirnya manusia pilihan, Rasulullah Muhammad SAW, dan mengaku cinta kepadanya, tapi malah benci dengan risalah yang diembannya. Enggak nyambung! Cintamu cinta palsu!

 

Atau malah jangan-jangan secara enggak sadar, bukannya teladani Nabi, tapi malah Abu Lahab yang diteladani. Wah bahaya!

 

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi