Dakwah itu Bukan Lari Estafet


Oleh: Abu Zaid

Dakwah itu, pangkalnya jauh ujungnya belum tiba.
Jika kita tengok ke belakang sudah tak kelihatan tempat kita berangkat. Sementara melihat ke depan ujungnya pun belum terbayang.

Seolah sudah jauh melangkah, namun tujuan belum tercapai. Bagi para senior atau orang yang sudah memulai dakwah sejak awal, mungkin akan terpengaruh oleh rasa ini.

Rasa seolah sudah lama dakwah. Sehingga muncul ilusi bahwa dirinya tidak terlalu perlu pahala dakwah. Hingga akhirnya merasa sudah waktunya melimpahkan tugas dakwah kepada junior.

Seolah sudah pantas untuk berleha-leha menikmati masa tua. Andai ada sikap seperti ini, maka akan berbahaya dari dua aspek:

Pertama, bagi Diri Sendiri

Sikap seolah sudah cukup berjuang all out untuk dakwah sehingga pantas mengurangi aktivitas dakwah dan melimpahkan kepada yang lebih muda merupakan sikap yang sembrono.

Sikap ini merupakan tipuan setan. Karena, amal dakwah yang sudah dilakukan belum tentu diterima oleh Allah. Kalaupun diterima belum tentu cukup untuk menutupi dosa-dosa.

Lagipula, hamba Allah itu makin tua waktu makin sempit. Mestinya semakin semangat dan serius dakwah.

Ibarat pelari sprint semakin dekat garis finis maka akan makin pol-polan berlari, bukan malah melambat.

Maka, mestinya aktivis dakwah makin tua harus makin semangat. Makin berusaha pol-polan dalam berkorban untuk dakwah.

Kedua, teladan bagi Jemaah

Keberadaan para senior dalam dakwah ibarat mercusuar bagi kapal- kapal yang berlayar.
Mercusuarlah yang menjadi penanda ke mana kapal harus diarahkan agar selamat sampai tujuan.

Para senior dakwah menjadi rujukan dan teladan, rujukan dalam ilmu, rujukan dalam menyelesaikan problem dakwah juga problem pribadi. Teladan bagi keikhlasan, kesungguhan, pengorbanan, dan kesetiaan pada perjuangan.

Bahkan, akhirnya keberadaan para senior menjadi jaminan rasa aman dan qonaah bagi para peneru
Jika para senior ini melemah dan tak muncul lagi, maka pengaruh buruknya tidak hanya fisik, tetapi juga bisa melemahkan ruh perjuangan.

Ibarat mercusuar yang lampunya melemah dan menggelap, maka akan berakibat kapal kehilangan arah dan akhirnya bisa celaka.

Maka dakwah itu bukan seperti lari estafet. Lari sekencang-kencangnya menuju pelari berikutnya untuk menyerahkan tongkat kemudian istirahat.

Allah berfirman dalam surat Al-Ahzab Ayat 23,

مِّنَ ٱلْمُؤْمِنِينَ رِجَالٌ صَدَقُوا۟ مَا عَٰهَدُوا۟ ٱللَّهَ عَلَيْهِ ۖ فَمِنْهُم مَّن قَضَىٰ نَحْبَهُۥ وَمِنْهُم مَّن يَنتَظِرُ ۖ وَمَا بَدَّلُوا۟ تَبْدِيلًا

“Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka tidak merubah (janjinya).”

Wahai kawan, keberadaanmu di medan juang bagaikan mercusuar. Meski secara fisik sudah banyak keterbatasan sekalipun, tetapi selama lampu semangat berkorbanmu masih kuat menyala, maka kapal-kapal akan tetap bisa berlayar dengan aman.

So, tetaplah di tempatmu, jangan bergeser hingga Allah panggil pulang. Wallahu alam.

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi