KHUTBAH PERTAMA
إنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ.
أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مَّقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا،
وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا محَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُتَّصِفُ بِالْمَكَارِمِ كِبَارًا وَصَبِيًّا.
اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلاً نَبِيًّا،
وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يُحْسِنُوْنَ إِسْلاَمَهُمْ وَلَمْ يَفْعَلُوْا شَيْئًا فَرِيًّا.
أَمَّا بَعْدُ؛ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.
قَالَ اللهُ تَعَالَى :
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَّلَا مُؤْمِنَةٍ اِذَا قَضَى اللّٰهُ وَرَسُوْلُهٗٓ اَمْرًا اَنْ يَّكُوْنَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ اَمْرِهِمْ ۗوَمَنْ يَّعْصِ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ فَقَدْ ضَلَّ ضَلٰلًا مُّبِيْنًاۗ
Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin, Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah menganugerahkan kita nikmat iman dan Islam, serta mempertemukan kita di tempat yang diberkahi ini. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beserta keluarga, sahabat, dan seluruh umatnya hingga akhir zaman.
Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,
Beberapa hari lalu kita diperlihatkan praktek suap di negeri ini. Tiga hakim di Surabaya ditangkap karena menerima suap senilai 20 miliar dalam vonis bebas seorang tersangka pembunuhan seorang wanita muda. Selain tiga hakim tersebut, dugaan praktik mafia peradilan juga menyeret seorang mantan pejabat Mahkamah Agung. Di rumahnya ditemukan uang tunai lebih dari Rp 920 miliar dan emas seberat 51 kg. Penemuan ini memicu desakan berbagai pihak untuk memberantas mafia peradilan yang menggerogoti sistem hukum Indonesia.
Fenomena mafia peradilan telah lama menjadi sorotan, dengan hakim tercatat sebagai aparat hukum paling rentan terjerat kasus korupsi. Data Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menyebutkan bahwa per Oktober 2022 terdapat 25 hakim dan 11 jaksa terlibat kasus korupsi. Penelitian Indonesia Corruption Watch (ICW) pada 2001-2002 juga mencatat bahwa mafia peradilan melibatkan berbagai pihak, mulai dari hakim, pengacara, jaksa, polisi, hingga staf pengadilan. Temuan besar-besaran ini menguatkan anggapan bahwa mencari keadilan di Indonesia kerap bergantung pada perhatian media sosial, hingga muncul sindiran “no viral, no justice” bagi rakyat biasa yang sulit mendapatkan perlindungan hukum tanpa perhatian publik.
Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,
Ketahuilah, mafia peradilan sesungguhnya hanya bisa ditumpas dengan sistem Islam. Sebabnya antara lain:
Pertama, Islam mengutamakan iman dan takwa sebagai landasan integritas aparat penegak hukum. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Hakim itu ada tiga macam: dua di neraka dan satu masuk surga. Seorang hakim yang mengetahui kebenaran, lalu menetapkan keputusan dengan benar, ia di surga. Seorang hakim yang mengadili manusia dengan kebodohannya, ia di neraka. Seorang hakim yang menyimpang dalam memutuskan hukuman, ia pun di neraka (HR Abu Dawud). Dengan iman dan takwa, seorang hakim menjaga amanah dan keadilan, bukan karena materi atau fasilitas, tetapi karena kesadaran akan balasan akhirat.
Kedua, para hakim dalam peradilan Islam hanya memberlakukan hukum Islam dalam semua kasus peradilan yang mereka hadapi. Kekuatan hukum Islam itu pasti, jelas dan dapat dipahami oleh setiap Muslim, terutama para fuqaha. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَمَنْ لَّمْ يَحْكُمْ بِمَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْكٰفِرُوْنَ
Siapa saja yang tidak memutuskan hukum menurut wahyu yang telah Allah turunkan, maka mereka itu adalah kaum kafir (TQS al-Maidah [5]: 44).
Sebaliknya, hukum yang diwarisi dari peradilan kolonial kerap mengandung banyak interpretasi dan membuka peluang manipulasi.
Ketiga, para hakim dan aparat negara dalam peradilan Islam dijamin kebutuhan dasarnya melalui gaji dan fasilitas yang mencukupi. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menegaskan bahwa aparat yang bekerja untuk umat berhak mendapatkan rumah, istri jika belum menikah, pembantu, dan kendaraan yang memadai, namun harta tambahan di luar itu dianggap kecurangan (HR Ahmad). Dengan gaji yang memadai, potensi gratifikasi dapat diminimalisir.
Keempat, vonis hakim dalam satu pengadilan mengikat semua pihak yang terlibat di dalamnya secara mutlak. Tidak ada proses naik banding, kasasi, atau Peninjauan Kasus (PK), remisi, grasi, dan sebagainya. Dengan begitu peluang terjadinya suap-menyuap atau mafia peradilan semakin berkurang. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَّلَا مُؤْمِنَةٍ اِذَا قَضَى اللّٰهُ وَرَسُوْلُهٗٓ اَمْرًا اَنْ يَّكُوْنَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ اَمْرِهِمْ
Tidaklah patut bagi laki-laki Mukmin dan perempuan Mukmin, jika Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka (TQS al-Ahzab [33]: 36).
Kelima, sistem Islam menerapkan sanksi keras bagi aparat yang terlibat gratifikasi. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Laknat Allah atas pemberi suap dan penerimanya” (HR Ahmad). Khalifah Umar bin al-Khaththab ra. bahkan melakukan audit dan menyita harta pejabat yang dianggap berlebihan, seperti yang dilakukan kepada Abu Hurairah ra. dan Abu Sufyan.
Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,
Kegagalan mendasar sistem hukum saat ini berakar pada asas sekulerisme, di mana hukum dibuat oleh manusia dan kerap disesuaikan dengan kepentingan serta hawa nafsu. Pengadilan yang tidak dilandasi iman dan takwa membuat aparat penegak hukum rentan terhadap kecurangan, karena mereka tidak merasa takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Islam mengingatkan bahwa tidak ada yang aman dari hisab Allah bagi mereka yang berkhianat dan menyimpang, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
اَفَاَمِنُوْا مَكْرَ اللّٰهِۚ فَلَا يَأْمَنُ مَكْرَ اللّٰهِ اِلَّا الْقَوْمُ الْخٰسِرُوْنَ
Apakah mereka merasa aman dari siksaan Allah (yang tidak terduga)? Tidak ada yang merasa aman dari siksaan Allah selain kaum yang rugi (TQS al-A’raf [7]: 99).
Islam menekankan keadilan dalam peradilan yang hanya dapat terwujud jika syariah ditegakkan secara menyeluruh. Kisah Qadhi Syuraikh yang memutuskan perkara adil, bahkan terhadap Khalifah Ali bin Abi Thalib ra., menunjukkan bahwa hukum Allah tidak pandang bulu. Jika kaum Muslim merindukan pengadilan bersih yang mewujudkan keadilan hakiki, maka itu hanya akan terwujud dalam penerapan syariah Islam secara kaaffah dalam sistem Khilafah.
WalLaahu a’lam bi ash-shawaab.
[]
بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ، وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم
KHUTBAH II
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ، وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. وَعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا
أَمَّا بَعْدُ؛ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَّى بِمَلآ ئِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ، وَقَالَ تَعاَلَى:
إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ، وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ، وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ، أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلي، وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ، وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآء مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ، اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ، وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيْنَ، وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ، وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ، وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ، وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ
عِبَادَاللهِ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُبِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ