Bukan Sekadar Kebersihan dan Keindahan Semata


Oleh. Muthmainnah Kurdi

Kebersihan dan keindahan merupakan perpaduan pemandangan yang menentramkan dan menyejukkan, siapa pun pasti menyukainya. Sejak tegaknya sistem pemerintahan Islam, kebersihan dan keindahan itu telah melekat kuat dalam diri umat Islam dan telah menjadi peradaban, bersanding dengan kemuliian sistem pemerintahannya, Khilafah. Sebagaimana sabda Baginda Rasulullah saw.:

“Allah itu indah dan menyukai keindahan.” (HR. Muslim no 131)

Karena itu, tidak benar jika ada asumsi bahwa kebersihan dan keindahan ada dalam kehidupan modern dan masyarakat perkotaan saja. Bahkan, saat bangsa Eropa masih terkungkung dalam hidup kotor, bau, tidak mengenal alat kebersihan dan mandi. Kebersihan dan keindahan sudah menjadi rutinitas wajib bagi umat Islam. Hai ini terlihat dalam syariat wudhu.

Wudhu merupakan aktivitas yang disyariatkan bagi setiap muslim sebelum menunaikan ibadah shalat. Wudhu pada jamaknya, menggunakan air yang suci lagi mensucikan, yang dialirkan secara khusus pada empat (4) tempat anggota wudhu. Yaitu, muka, tangan hingga siku-siku, sebagian rambut kepala, dan kedua kaki hingga mata kaki. Karena itu, bagi muslim menjaga kebersihan sangat urgen bahkan wajib.

Tercatat dalam jejak peradaban Islam pada abad ke-13 H, saat masyarakat muslim berada pada puncak peradaban teknologi pengetahuan. Ada seorang insinyur mesin muslim ternama bernama Al-Jazari. Beliau menyumbangkan pengetahuannya untuk kemaslahatan umat yaitu, dengan membuat mesin wudhu robotik. Tujuannya untuk memudahkan umat Islam berwudhu.

Rangkain mesin tersebut terbilang rumit. Pada bagiannya, ada yang berbentuk burung merak. Saat kepala burung diketuk, muncul semburan air pendek yang cukup untuk berwudhu. Bahkan, pada bagian mesin yang lainnya bisa memberikan handuk.

Masa itu juga, kaum muslim sudah bisa membuat sabun. Terbuat dari campuran minyak zaitun dan alkali atau zat semacam garam. Kemudian untuk mencapai titik konsistensi yang tepat bahan ini direbus dan dibiarkan mengeras. Lalu. sabun-sabun ini diletakkan di Hamas atau pemandian umum.

Masa itu, kaum muslim juga sangat memperhatikan penampilan. Salah seorang Ilmuwan yang memberikan sumbangsihnya adalah Al -Zahrawi. Beliau seorang dr dan ahli bedah. Dalam kitab At-Tarif, terdapat bagian bab yang khusus membahas tentang kosmetik berjudul The Medicine of Beauty.

Kitab tersebut menguraikan cara merawat kecantikan rambut dan kulit, pemutihan gigi dan penguatan gusi. Semuanya berada dalam batas-batas yang dibolehkan syara’. Diilustrasikan juga, pembuatan semprotan hidung, obat kumur, dan krim tangan, serta praktik pembuatan tongkat wangi digulung dan ditekan dalam cetakan khusus. Kini, benda itu kita kenal dengan deodoran.

Ilmuwan lain yang juga menyumbangkan ilmu pengetahuan dalam perawatan tubuh adalah Al-Kindi. Secara khusus beliau menulis buku tentang parfum yang berjudul Book of the Chemistry of Barfield and Destilations.

Al-Kindi menulis 100 resep minyak wangi, air aromatik dan bahan pengganti (tiruan) dari bahan parfum yang mahal. Hingga kini, dunia bisa mengakses tulisan beliau. Selain itu, ahli-ahli kimia muslim juga menyuling bunga dan tanaman untuk membuat parfum dan zat untuk Farmasi Terapiotik. Masyaallah.

Pada saat perluasan dakwah Islam masuk ke benua Eropa, ilmu pengetahuan tentang parfum juga masuk ke sana. Saat itulah, masyarakat Eropa mulai mengenal kebersihan. Dokumenter BBC World Islamic World mengatakan bahwa, akhirnya pengetahuan Muslim sampai ke tanah subur di selatan Perancis di Out Profan. Daratan inilah yang digunakan untuk industri parfum, dan terus berkembang hingga 700 tahun kemudian.

Bagi kaum muslim, kebersihan itu adalah syari’at, bukan sekadar keindahan semata. Karenanya, kebersihan senantiasa terjaga, melekat kuat dalam diri setiap muslim. Berbeda dengan masyarakat kapitalis saat ini. Kebersihan dan kenyamanan hanya bisa dinikmati oleh segelintir elit saja.

Oleh sebab itu, muncul fenomena kawasan kumuh di pinggiran, kotor dan dihuni masyarakat tak berpunya yang dekil dengan kawasan elit perkotaan, dipenuhi rumah-rumah mewah, bersih, dan indah dengan penghuni berdasi, stylish, dan wangi.

Begitulah sistem ini menghegemoni setiap inci hidup kita, pun hingga ke ranah kebersihan dan keindahan. Karena kebersihan dan keindahan dalam sistem kapitalis lahir dari ideologinya, yakni materi.

Sedangkan masyarakat Islam, telah mengenal kebersihan dan keindahan sejak tegaknya sistem agung Khilafah. Bahkan yang menganut kepercayaan lain. Semua hidup dalam aturan indahnya.

Kebersihan dan keindahan lahir dari ideologinya. Jadi bukan sekedar kebersihan dan keindahan fisik semata. Lebih dari itu untuk kebersihan ruhani, dan menjadi syarat sahnya ibadah (shalat).

Wallahu a’lam.

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi