Berkumpul Bersama Manusia Terbaik, Siapa Mau?

Oleh. Widya Astuti

“Siapa yang menaati Allah dan Rasul (Nabi Muhammad), mereka itulah orang-orang yang (akan dikumpulkan) bersama orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, (yaitu) para nabi, para pncinta kebenaran, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang shaleh. Mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.” ( QS An-nisa’: 69)

Ayat ini begitu berkesan bagiku, sekaligus menjadi motivasi agar aku bisa masuk ke dalam kategori yang bisa berkumpul bersama manusia terbaik pilihan Allah. Masyaallah, betapa bahagianya diriku ini jika aku menjadi bagian dari mereka yang terbaik yang dikumpulkan di surga-Nya. Surga yang penuh akan kenikmatan yang tiada bandingannya dengan sesuatu apa pun.

Jika ditanya, siapa sih yang tidak mau berkumpul di surga bersama Rasulullah, para sahabat beliau, dan orang-orang yang terbaik pilihan Allah? Tentunya ingin bukan sahabat? Nah, bagaimana caranya supaya kita bisa dikumpulkan bersama beliau nanti di akhirat?

Surah An-nisa’ ayat 69 ini sudah menjawabnya dengan jelas. Bahwasanya bagi siapa yang menaati Allah dan Rasul, maka mereka akan dikumpulkan bersama para nabi, para pecinta kebenaran, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang shaleh. Wah, luar biasa ya sahabat. Jadi, kuncinya yaitu taat kepada Allah dan Rasul. Artinya, apa pun yang Allah perintahkan kepada kita, maka kita lakukan, dan sebaliknya apa pun yang Allah larang, maka kita tinggalkan. Begitu juga kepada Rasul kita. Apa saja yang beliau perintahkan dan contohkan, ya kita lakukan, kita ikuti. Kemudian yang beliau larang atau beliau haramkan untuk kita, maka kita tinggalkan. Karena, Rasulullah adalah manusia terbaik pilihan Allah. Semua yang datang dari beliau dituntun oleh wahyu Allah. Maka, sudah sepantasnya beliau menjadi teladan kita.

Menaati perintah Allah bukan hanya soal ibadah mahdhah saja sahabat, seperti sholat, puasa, berzakat, berhaji. Tapi, semua perintah Allah kita harus lakukan. Kemudian juga apa-apa yang sudah dicontohkan oleh Rasulullah, maka kita tinggal mengikuti jejak beliau.

Dalam hubungan manusia dengan manusia seperti bermuamalah, maka lakukan sesuai yang diperintahkan oleh Allah, tak boleh curang, tak boleh ada unsur riba, dan lain sebagainya. Dalam berpolitik juga seperti itu, sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh Allah. Politik harus mengutamakan kepentingan umat, bukan kepentingan kelompok atau suatu golongan, harus amanah, jujur, dan adil.

Dalam pergaulan atau interaksi sesama manusia juga seperti itu sahabat, harus sesuai dengan tuntunan syariat, saling menyambung silaturahmi, menjaga pandangan terhadap lawan jenis, saling tolong menolong dalam kebaikan, tak lupa menyayangi sesama muslim karena Allah, menjaga aibnya, saling memberi hadiah, dan masih banyak lagi.

Mengenai persanksian, jelas Allah sampaikan dalam Al-Qur’an, di antaranya sanksi terhadap orang yang mencuri, orang yang berzina, orang yang membunuh. Jika ada permasalahan yang tidak kita temukan solusinya dalam Al-Qur’an, bisa kita gali dalam As-Sunah. Kemudian bisa dilakukan ijtihad terhadap permasalahan yang belum disebutkan hukumnya dalam Al-Qur’an dan As-sunah.

Zaman boleh berubah, sarana dan prasarana juga boleh berubah, tapi hukum syarak tidak akan berubah. Walaupun zaman skrg sudah modern, tapi yang perintah menutup aurat bagi perempuan dan laki-laki secara sempurna hukumnya tetaplah wajib. Perintah solat, puasa, zakat, tetaplah wajib. Perintah memutuskan perkara dengan apa yang Allah turunkan tetaplah wajib. Larangan memakan bangkai, darah, dan babi tetaplah haram. Riba tetaplah dihukumi haram walaupun hanya sedikit, dan lain sebagainya.

Nah sahabat, jika kita mengaku cinta kepada Allah dan Rasul, maka buktikanlah cinta kita dengan menjalankan ketaatan kepada-Nya. Jangan lagi kita mencari-cari alasan agar kita tidak taat akan perintah-Nya. Jika kita ikhlas, sabar menjalani ketaatan kepada Allah dan Rasul, memperbanyak amal shaleh, insyaallah kita akan mendapatkan pahala dan balasan yang setimpal, yaitu surga. Kita juga akan dikumpulkan bersama manusia terbaik pilihan Allah. Masyaallah.

Wallahu a’lam.

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi