Demokrasi adalah Sistem Politik Saling Mencela, Ghibah, Fitnah dan Adu Domba

Barli Ibnu Syahlan Al-Hasyim

Islam adalah Dien yang sempurna, semua perkara telah diantur secara detil dan tuntas, terlebih lagi urusan POLITIK/Siyasah.

Pemimpin yang berdiri ditengah-tengah ummat harus ajeg, berlatar belakang pasti, tujuan kepemimpinannya dipahami semua lapisan masyarakat [kalangan rakyat Muslim bahkan Kafir sekalipun].

Sikap rakyat pendukung dan pengusungnya pun diikat dengan mitsaq dan bai’at untuk menjaga kehormatan penguasa, bukan budaya menghina, bukan kultur mencela, bukan tabi’at ghibah dan juga bukan membiasakan fitnah, apalagi terhibur dengan adu domba.

Para pegiat politik harus berulang kali membaca :

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَىٰ أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ ۚ إِنَّ اللَّهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ سَمِيعًا بَصِيرًا﴿٥٨﴾
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ ۖ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا

“Sesungguhnya Allâh menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allâh memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allâh adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allâh dan taatilah Rasûl-Nya, dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allâh (al-Qur’an) dan Rasûl (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allâh dan hari kemudian. Yang demikian itu adalah lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” [An-Nisâ:58-59].

Tafsir Lafazh :
إِنَّ ٱللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَن تُؤَدُّوا۟ ٱلْأَمَٰنَٰتِ إِلَىٰٓ أَهْلِهَا
1. Wajib menitipkan amanat kepemimpinan pada ahlinya.

إِنَّ ٱللَّهَ نِعِمَّا يَعِظُكُم بِهِۦٓ
2. Difahami implementasinya menjadi konsep kepemimpinan Islam dan tata cara pemilihannya sudah sangat jelas yaitu Al-Intikhab oleh para Ahli Dunia dan Ahli Hukum Syari’at, yang kemudian bila sudah terseleksi/terpilih ketat minimal Hapal Qur’an 30 Juz, minimal 10.000 Hadits dan memguasai Bidang Ilmu Dunia, maka dilanjutkan dengan Bai’atul Khilafah atau Bai’atul Imamah. [Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Al-Maraghi, Tafsir Jalalain, Tafsir As-Sa’di, Aisrut Tafasir, Tafsir Al-Qurthuby dan An-Nafahat Al-Makkiyah]

وَأُو۟لِى ٱلْأَمْرِ مِنكُمْ ۖ
3. Keimanan Pemimpin yang akan diseleksi, dipilih dan dibai’at terejawantah pada kesiapan menerapkan syari’at secara kaaffah dan meninggalkan sistem Kufur.

Kesimpulan :
1. Pemimpin dipilih rakyat maka akan saling mencela dan fenomenanya selalu begitu.
2. Pemimpin dipilih oleh Ahlul Haali wal Aqdi berdasarkan mufakat dan saling menonjolkan kelebihan dan keutamaan calon Pemimpin.

Masjid Al-Irsyad Kota Baru Parahyangan, 28/11/23 : Barli Ibnu Syahlan Al-Hasyim

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi