Oleh : Ahmad Syahrin Thoriq
Berikut ini adalah nasehat singkat dari ayat, hadits dan sebagian qaul ulama tentang keutamaan memaafkan dan berlapang dada terhadap gangguan atau kesalahan orang lain.
Allah taโala berfirman :
ุฎูุฐู ุงููุนููููู ููุฃูู
ูุฑู ุจูุงููุนูุฑููู ููุงูุนูุฑูุถู ุนููู ุงููุฌูฐูููููููู
โ๐๐ข๐ฅ๐ช๐ญ๐ข๐ฉ ๐ฑ๐ฆ๐ฎ๐ข๐ข๐ง ๐ฅ๐ข๐ฏ ๐ด๐ถ๐ณ๐ถ๐ฉ๐ญ๐ข๐ฉ ๐ฐ๐ณ๐ข๐ฏ๐จ ๐ฎ๐ฆ๐ฏ๐จ๐ฆ๐ณ๐ซ๐ข๐ฌ๐ข๐ฏ ๐บ๐ข๐ฏ๐จ ๐ฎ๐ข’๐ณ๐ถ๐ง, ๐ด๐ฆ๐ณ๐ต๐ข ๐ซ๐ข๐ฏ๐จ๐ข๐ฏ ๐ฑ๐ฆ๐ฅ๐ถ๐ญ๐ช๐ฌ๐ข๐ฏ ๐ฐ๐ณ๐ข๐ฏ๐จ-๐ฐ๐ณ๐ข๐ฏ๐จ ๐บ๐ข๐ฏ๐จ ๐ฃ๐ฐ๐ฅ๐ฐ๐ฉ.โ(๐๐. ๐๐ญ ๐โ๐ณ๐ข๐ง : 199)
Nabi ๏ทบ bersabda :
โููู
ูุง โุฒูุงุฏู โุงูููููู โุนูุจูุฏูุง โุจูุนููููู โุฅููููุง โุนูุฒููุงุ ููู
ูุง ุชูููุงุถูุนู ุนูุจูุฏู ุฅููููุง ุฑูููุนููู ุงูููููู
“Tidaklah seseorang memberi maaf kepada orang lain, melainkan Allah akan menambah kemuliaannya. Dan tidaklah seseorang rendah hati karena Allah kecuali Allah akan mengangkat derajatnya.” (HR. Ahmad)
Sayyidina Umar bin Abdul Aziz rahimahullah berkata :
ุฃุญุจ ุงูุฃู
ูุฑ ุฅูู ุงููู ุซูุงุซุฉ: ุงูุนูู ุนูุฏ ุงูู
ูุฏุฑุฉุ ูุงููุตุฏ ูู ุงูุฌุฏุฉุ ูุงูุฑูู ุจุงูุนุจุฏุฉ
“Tiga hal yang paling dicintai Allah: memaafkan saat mampu untuk membalas, bersikap sederhana ketika kaya, dan berlemah lembut kepada hamba sahaya.”[1]
Al imam Fudhail bin Iyadh rahimahullah berkata :
ุงุญุชู
ู ูุฃุฎูู ุฅูู ุณุจุนูู ุฒูุฉ ููู ูู ูููู ุฐูู ูุง ุฃุจุง ุนูู ูุงู ูุฃู ุงูุฃุฎ ุงูุฐู ุขุฎูุชู ูู ุงููู ููุณ ูุฒู ุณุจุนูู ุฒูุฉ
โSabarlah dalam menanggung kesalahan saudaramu hingga tujuh puluh kesalahan.” Dikatakan kepadanya: “Kenapa harus begitu ?” Beliau menjawab: “Karena seseorang yang engkau jadikan sebagai saudara karena Allah, ia akan senantiasa berbuat salah hingga tujuh puluh kali.”[2]
Al Imam Syafiโi rahimahullah berkata :
ูู
ุง ุนููุช ููู
ุฃุญูุฏ ุนูู ุฃุญุฏ ุฃุฑุญุช ููุณู ู
ู ุธูู
ุงูุนุฏุงูุงุช
“Ketika aku memaafkan dan tidak menyimpan dendam terhadap siapapun, Aku pun mengistirahatkan diriku dari buruknya permusuhan.”[3]
Al imam Ibnu Hibban rahimahullah berkata :
ุชูุทูู ููุณู ุนูู ูุฒูู
ุงูุนูู ุนู ุงููุงุณ ูุงูุฉุ ูุชุฑู ุงูุฎุฑูุฌ ูู
ุฌุงุฒุงุฉ ุงูุฅุณุงุกุฉุ ุฅุฐ ูุง ุณุจุจ ูุชุณููู ุงูุฅุณุงุกุฉ ุฃุญุณู ู
ู ุงูุฅุญุณุงูุ ููุง ุณุจุจ ููู
ุงุก ุงูุฅุณุงุกุฉ ูุชูููุฌูุง ุฃุดุฏ ู
ู ุงูุงุณุชุนู
ุงู ุจู
ุซููุง
“Selayaknya orang yang berakal untuk menanamkan dalam dirinya sifat senantiasa memaafkan kesalahan orang lain dan meninggalkan pembalasan atas keburukan yang diterimanya. Karena tidak ada cara yang lebih baik untuk meredam kejahatan daripada berbuat baik, dan tidak ada yang lebih memperparah kejahatan daripada membalas dengan kejahatan yang serupa.”[4]
Al imam Ayyub as Sikhtiyani rahimahullah berkata :
ูุง ููุจู ุงูุฑุฌู ุญุชู ูููู ููู ุฎุตูุชุงู: ุงูุนูุฉ ุนู
ุง ูู ุฃูุฏู ุงููุงุณ ูุงูุชุฌุงูุฒ ุนููู
“Seseorang tidak akan mencapai kemuliaan sejati sampai ia memiliki dua sifat : Menjaga diri dari berharap apa yang ada di tangan manusia, dan berlapang dada terhadap sikap mereka.โ[5]
Semoga bermanfaat
_____________
[1] Raudhah al Uqalaโ hlm. 131
[2] Raudhah al Uqala hlm. 168
[3] Diwan asy Syafiโi hlm. 111
[4] Raudhah al Uqalaโ hlm. 131
[5] Ittihaf al Maharah (18/456)