Sebuah Refleksi, antara Merajalelanya Kejahatan dan Ilusi Kesejahteraan

Oleh. Afiyah Rasyad

Tinggal menghitung hari, tahun baru sudah siap menanti. Namun, permasalahan demi permasalahan masih setia menemani. Meski pandemi telah terlewati, kondisi masyarakat masih tampak setia berada di level terendah. Kejahatan pun kian mumtaz. Dari level jelata hingga pejabat seakan hobi berlaku jahat.

Layar kaca dan jagat media berhias berita kriminal. Apalagi sidang pembunuhan FS, mantan oknum aparat yang tak kunjung usai. Bak sinetron stripping, kasus kejahatan pembunuhan yang dilakukan FS merambat pada hal-hal lain. Lain FS, lain pula kasus korupsi. Hakordia yang baru-baru ini diperingati justru tercoreng karena ulah pejabat yang terkena OTT.

Pulau Garam gempar tepat sebulan sebelum diperingati Hakordia. Bupati Bangkalan R Abdul Latif Amin Imron ditetapkan sebagai tersangka suap lelang jabatan oleh KPK. Penetapan tersangka ini seolah mengingatkan terkait usulan Pilkada dikembalikan ke DPRD (detik.com, 1/12/2022). Sebulan sebelumnya, Gubernur Papua Lukas Enembe pun ditetapkan sebagai tersangka tipikor oleh KPK (kompas.com, 7/10/2022).

Meski KPK sudah rajin OTT dan sidak, gurita korupsi seakan tak mau surut. Walau Hakordia sudah diperingati tiap tahun, tetapi tak mampu menjadi alarm bagi para pemilik jabatan, baik di instansi pemerintahan ataupun di perusahaan. Pengerukan kekayaan pribadi kian menjadi-jadi.

Sementara itu, di sisi lain, ada sebuah potret mengenaskan. Yakni, kehidupan rakyat yang berkubang penderitaan. Sebut saja kenaikan harga BBM di bulan September menjadi kado super pahit yang harus dinikmati rakyat. Sebab, kenaikan BBM ini diikuti kenaikan harga komoditas kebutuhan pokok rakyat. Berbagai insta story menyuguhkan makanan pokok alternatif selain nasi. Bahkan, sebagian besar rakyat harus berdamai dengan rasa lapar yang melilit sampai berhari-hari.

Terlebih menjelang nataru, harga kebutuhan pokok melambung. Sebut saja telur, bawang merah, beras, dan minyak curah, semuanya mengalami kenaikan harga. Memasuki Desember 2022, sejumlah bahan pangan termasuk telur mengalami kenaikan harga (kompas.com, 2/12/2022).

Tanpa kenaikan harga kebutuhan pokok saja rakyat sudah Senin Kamis bernapas, apalagi ditambah adanya kenaikan harga barang kebutuhan pokok. Sebentar lagi, kaum muslim akan memasuki momen Rajab hingga Ramadan. Secara tradisi, di bulan-bulan ini harga barang juga akan senang bertengger di level atas. Jika demikian adanya, maka kesejahteraan akan menjadi ilusi.

Faktor Penyebab Merjalelanya Kejahatan dan Ilusi Kesejahteraan

Tak ada asap kalau tak ada api. Begitulah pribahasa yang cocok dalam menelusuri asbab kejahatan dan buruknya kesejahteraan. Berbagai tindak kriminal yang terjadi dan terus meninggi tentu bukan tanpa sebab. Mulai kejahatan bullying, penipuan, pencurian, korupsi, begal, kejahatan seksual, dan lainnya menunjukkan betapa sakitnya negeri ini. Pelakunya pun menyentuh segala strata dan usia, pejabat, rakyat biasa, profesi elite, profesi biasa, tua hingga pemuda, bahkan anak-anak juga tak lepas dari kasus kejahatan.

Berbagai motif kejahatan terpampang secara nyata, tetapi semua motif mengerucut pada urusan leher ke bawah. Yakni, perkara pemenuhan kebutuhan pokok individu yang tak lepas dari tatanan ekonomi. Namun demikian, sistem pendidikan yang berakidah sekuler pun turut andil dalam menyempurnakan kejahatan tersebab fokus pembelajaran bukan pada konsekuensi pertanggungjawaban di keabadian, melainkan sebatas transfer ilmu dan mencetak generasi pekerja. Sistem pemerintahan pun mendukung adanya pejabat yang berlomba-lomba memperkaya diri. Mengingat sistem pemilihan yang berbiaya mahal ditambah gaya hidup mewah yang menuntut banyaknya finansial.

Di samping itu, sistem peradilan yang tebang pilih dan diliputi inkonsistensi dalam menegakkan keadilan. Publik bisa melihat betapa dramanya kasus FS dan perjalanan sidang yang tak kunjung usai. Publik juga banyak menyaksikan pejabat atau pengusaha tipikor masih tersenyum lebar meski mengenakan rompi orange. Bahkan, tak jarang di antara mereka yang menggunakan ilmu seribu bayangan dan menghilang dari peredaran.

Adapun kesejahteraan masih menjadi ilusi yang tak teratasi. Meski jumlah kemiskinan dikabarkan menurun, tetapi kesejahteraan belum jua muncul dan dirasakan rakyat secara merata hingga ke suku pedalaman. Daerah termiskin, terbelakang, dan tertinggal masih jauh dari kesejahteran. Jangankan daerah 3T, di wilayah Jawa saja, taraf hidup mapan tidaklah merata.

Masih banyak putra daerah eksodus mencari kehidupan lebih layak dari sisi finansial. Ditambah kenaikan harga barang yang musiman dan susah turunnya, menambah deretan penderitaan yang dirasakan. Pemerataan ekonomi dan kesejahteraan yang dicanangkan seakan hanya menjadi slogan saat meraih hati rakyat saat kampanye. Sementara, pelayanan utama negara dalam menjamin kebutuhan asasi manusia telah tercerai sempurna dengan kehiduoan rakyat.

Tentu saja, semua sistem itu mengacu pada satu paradigma yang jelas. Yakni, sistem kapitalisme yang berasaskan manfaat. Di mana segala sesuatu ditimbang dan diukur berdasarkan keuntungan materi. Sementara akidah yang dikenakan adalah sekularisme yang memishkan agama dari kehidupan. Hal ini menyebabkan ketakwaan dan fitrah kebaikan lepas dari jiwa-jiwa yang tenang. Sistem kapitalisme inilah yang menyebabkan mumtaznya kejahatan dan ilusi kesejahteraan.

Dampak Negatif Adanya Kejahatan yang Merajalela dan Lenyapnya Kesejahteraan

Begitu pelik permasalahan di negeri ini, bahkan di dunia. Apalagi setelah pandemi covid-19. Alarm kejahatan semakin nyaring, sedangkan kesejahteraan kian menghilang. Apabila kondisi ini dibiarkan dan tak dicarikan jalan keluar, maka beberapa dampak negatif akan dituai. Dampak negatif itu antara lain:

1. Penderitaan
Penderitaan menjadi sebuah keniscayaan saat kejahatan merajalela dan kesejahteraan tiada. Bagaimana mungkin tidak menderita, jika kejahatan terus saja mengintai bahkan ke pelosok, sementara kesejahteraan tercerai dari kehidupan.

2. Keterbelakangan dan keterpurukan
Meski tinggal di kota besar, saat kejahatan merjalela dan kesejahteraan tiada, sejatinya rakyat berada dalam kondisi terbelakang dan terpuruk. Betapa tidak, pemikiran rakyat hanya akan diliputi kekhawatiran, kecemasan, ketakutan tidak terpenuhinya kebutuhan pokok dan rasa aman. Angka putus sekolah kian tinggi. Pengangguran dan tunawisma semakin ramai di perkotaan.

3. Kemiskinan dan Ketimpangan Menganga Lebar
Sangat tampak kemiskinan kian merata di berbagai wilayah. Meski ada catatan data orang miskin turun, tetapi di lapangan tidak demikian. Segelintir orang saja yang bergelimang harta. Ketimpangan ekonomi semakin menganga lebar.

4. Mengikis rasa empati
Saat kejahatan merajalela dna kesejahteraan tiada, rakyat cenderung bersikap individualistik. Nafsi-nafsi menjadi pilihan tepat dengan dalih tidak ingin ikut campur. Empati kian menepi dan tak kembali ke relung hati.

5. Hedonis dan liberal
Saat kejahatan menjadi hal yang biasa, dan kesejahteraan tiada, sikap hedonis dan liberal akan semakin mudah merasuk dalam jiwa. Saat ini, betapa banyak rakyat menggadaikan keimanannya demi memenuhi keinginannya beradasarkan paradigma yang mengungkungnya, yakni kapitalisme.

Selama sistem kapitalisme berkibar, maka cara pandang kehidupan akan tetap sama dengan meniadakan peran Allah dalam mengatur kehidupan. Tindak kriminalitas akan tetap menjamur meski kemarau panjang karena kebijakan yang ditegakkan juga menihilkan kesejahteraan.

Solusi Komprehensif Melenyapkan Kejahatan dan Mewujudkan Kesejahteraan

Rakyat dan kehidupan ini butuh sistem yang mampu memberikan perlindungan hakiki. Bukan regulasi semu tak bertaji yang tegak di atas asas sekularisme dan melegalisasi liberalisasi perilaku. Hanya tatanan kehidupan yang berasaskan akidah Islam yang akan mampu secara nyata mewujudkan perlindungan sejati, menciptakan keamanan yang kondusif, dan menyejahterakan seluruh rakyat.

Akidah ini akan membentuk ketakwaan individu yang mendorong untuk berperilaku baik terhadap sesama, termasuk ketakwaan masyarakat dan negara. Suasana keimanan akan terpelihara, negaralah pelaksananya. Berlaku baik adalah perintah Allah Taala. Salah satunya dalam QS Al-Baqarah ayat 195:

“Dan berbuat baiklah. Sungguh Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik.”

Rakyat membutuhkan pemimpin negara yang akan menjadi perisai. Pemimpin yang amanah dan bertakwa akan mewujudkan pelindungan secara nyata. Pemimpin ini akan melahirkan kebijakan yang bersumber dari Ilahi dan mampu menutup semua celah yang bisa memicu kejahatan di segala bidang, dari kota hingga pelosok negeri secara menyeluruh dan komprehensif.

Gambaran penjagaan keamanan dan pemenuhan kebutuhan pokok bisa kita kaji dari khalifah kedua dalam Khulafaur Rasyidin. Khalifah Umar bin Khattab sangat memperhatikan kelayakan jalan hanya karena khawatir keledai terperosok dalam lubang. Perhatian kepada rakyatnya lebih besar lagi. Beliau juga sangat perhatian dan rela berpatroli sendiri meninjau kondisi rakyat, khawatir ada yang kelaparan. Bahkan, saat paceklik, beliau rela memakan minyak dan roti saja, lebih sering beliau tidak makan sesuap pun jika rakyatnya belum makan.

Seorang pemimpin memang laksana penggembala dan kelak akan dimintai pertanggungjawaban atas gembalaannya. Konsekuensi keimanan akan selalu meliputi pemimpin yang paham bahwa dirinya adalah pelayan rakyat, pemelihara urusan rakyat. Seorang pemimpin akan berlaku adil dan akan memberi sanksi sesuai syariat Islam apabila terjadi kejahatan yang menimpa rakyatnya. Sanksi itu akan diberikan tanpa pandang bulu.

Satu-satunya solusi komprehensif melenyapkan kejahatan dan mewujudkan kesejahteraan adalah dengan kembali menerapkan syariat Islam dalam seluruh aspek kehidupan. Syariat Islam yang diterapkan oleh pemimpin yang amanah. Keberadaan pemimpin yang amanah dan pengayom umat tidak akan dijumpai dalam sistem yang ada saat ini. Semua itu hanya akan terwujud dengan tegaknya Kh1l4f4h Islamiah ‘ala minhajin nubuwwah.

Dibaca

 64 total views,  2 views today

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi