PEMBUNUHAN KARAKTER TERHADAP ULAMA & STRATEGI RAND CORPORATION


#BelaMUI #Spirit212

Oleh,
Chandra Purna Irawan.,S.H.,M.H.

(Ketua LBH PELITA UMAT)

Ketika ulama ditangkap, ditahan dan dibunuh karakternya dengan berbagai macam tuduhan misalnya preman berjubah, ustadz keras, radikal, tuduhan chat mesum, extremis, militan, pembuat gaduh, teroris, dll. Untuk saat ini saya kira bukan lah hal yang baru.

Sebagai seorang muslim yang mengaji, saya sering mendengar ustadz menyampaikan hadits “Jihad yang paling utama ialah mengatakan kebenaran di hadapan penguasa yang zalim.” Dan hadist “Pemimpin para syuhada adalah Hamzah bin Abdul Muthalib, dan orang yang melawan penguasa, ia melarang dan memerintah, namun akhirnya ia mati terbunuh.”

Keberanian ulama menyampaikan kebenaran dihadapan penguasa, banyak ditulis dan diabadikan dalam berbagai literatur. Dalam literatur sejarah kita sering juga sering mendengar ulama yang juga berani memotivasi rakyat dan mengangkat senjata melawan Pemerintah Hindia Belanda, tak sedikit diantara mereka dibunuh, di penjara dan di fitnah dengan berbagai tuduhan.

Hampir di seluruh dunia, melakukan hal serupa terhadap ulama. Mengutip pendapat Cheryl Bernard yang merupakan peneliti dari Rand Corporation, suatu lembaga think-tank dan konsultan militer Amerika Serikat, yang dituangkan dalam dokumen penting “Civil Democratic Islam: Partners, Resources, And Strategy”

Cheryl Bernard menyarankan beberapa hal, diantaranya:

PERTAMA, “Delegitimize individuals and positions associated with extremist Islam.” serangan terhadap individu atau karakter dari tokoh-tokohnya. upaya ini dilakukan agar meminimalisir dukungan publik terhadap tokoh-tokoh (yang dituduh) fundamentalis, keras, radikal tersebut.

KEDUA, “challenging and exposing the inaccuracies in their views on questions of Islamic interpretation” seperti contoh ini ketika terdapat ulama yang menjelaskan keharaman mengangkat pemimpin kafir, syariah dan khilafah. Mereka akan mengadu (challenging) tafsiran tersebut dengan berbagai tafsiran, dimunculkanlah tokoh-tokoh yang sependapat dengan mereka.

KETIGA, “exposing their relationships with illegal groups and activities.” memunculkan kehadapan publik untuk mengaitkan ulama dengan kelompok yang dicap teroris, radikal, extremis. tujuannya apa? tidak lain supaya agar dijauhi masyarakat.

KEEMPAT “encouraging journalists to investigate issues of corruption, hypocrisy, and immorality in fundamentalist and terrorist circles.” Media didorong untuk mencari-cari kesalahan dan kelemahan para tokoh yang dituduh fundamentalis radikal, extremis, seperti korupsinya, kemunafikannya dan tindakan-tindakan tidak bermoral lainnya.

Demikian

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi