Nestapa Dunia Tanpa Khilafah

Setiap memasuki bulan Maret, sebagian kaum Muslim akan teringat dengan salah satu peristiwa besar yang pernah terjadi pada bulan tersebut. Sebuah peristiwa yang dengan kejadiannya kemudian menjadi penyebab utama dari segala macam bentuk malapetaka yang menimpa umat Islam di seluruh dunia. Peristiwa tersebut adalah penghapusan sistem Kekhilafahan Islam Turki Ustmaniyah pada tanggal 3 Maret 1924 oleh Mustafa Kemal Ataturk, seorang Freemason, keturunan dari etnis Yahudi Dunama, yang juga merupakan antek Inggris.

Penghapusan sistem Khilafah yang dilakukan oleh Mustafa Kemal Ataturk merupakan sebuah pengkhianatan total terhadap Islam itu sendiri. Pasalnya, Islam tegak secara sempurna dengan Khilafah. Para ulama menyebut Khilafah sebagai taj al-furudh (mahkota kewajiban). Dengan Khilafah, semua kewajiban di dalam agama Islam akan tertunaikan. Tanpa Khilafah, syariah Islam tak bias diterapkan secara kaffah. Tanpa Khilafah, bahkan penyebaran risalah Islam ke seluruh dunia dengan dakwah dan jihad fi sabilillah terhenti.

 

Hidup Tanpa Penjaga

Imam al-Ghazali mengungkapkan pentingnya kekuasaan dan negara. Beliau mengungkapkan:

اَلدِّيْ نُ وَالسُّلْطَانُ تَوْأَمَانِ، اَلدِّيْنُ أُسٌّ وَالسُّلْطَانُ حَارِسٌ وَمَا لاَ أُسَّ لَهُ فَمَهْدُوْمٌ وَمَا لَا حَارِسَ لَه فَضَائِعٌ

Agama dan kekuasaan (ibarat) saudara kembar. Agama adalah pondasi dan kekuasaan adalah penjaga. Sesuatu yang tanpa pondasi niscaya runtuh dan sesuatu tanpa penjaga niscaya lenyap (Al-Ghazali, Al-Iqtishâd fî al-I’tiqâd).

Imam Ahmad ra. dalam riwayat Muhammad bin ‘Auf bin Sufyan al-Hamshi berkata:

اَلْفِتْنَةُ اِذَا لَمْ يَكُنْ اِمَامٌ يَقُوْمُ بِأَمْرِ النَّاسِ

(Akan terjadi) fitnah (kekacauan) jika tidak ada seorang imam yang mengurusi urusan manusia (Al-Imam al-Qadhi Abi  Ya’la Muhammad bin Husain al-Farra’ al-Hambali, Al-Ahkamus Sulthaniyyah, hlm. 23).

Berikut beberapa akibat yang menimpa umat Islam di seluruh dunia akibat ketiadaan Imam atau Khalifah, sebagai penjaga bagi Umat Islam.

 

  1. Umat Islam terpecah-belah.

Setelah Daulah Khilafah Ustmaniyah diruntuhkan, umat Islam hidup terpecah-belah. Negeri-negeri Muslim terpisah-pisah atas dasar nasionalisme di lebih dari 50 negara. Akibatnya, kaum Muslim menjadi lemah walaupun secara jumlah sangat besar. Dengan begitu, mereka menjadi santapan empuk negara-negara imperialis Barat. Demikianlah yang menimpa saudara-saudara kita di Palestina, Kashmir, Afghanistan, Irak, Muslim Rohingnya, dan wilayah lainnya. Walaupun berjumlah banyak, umat Islam tampak tidak berdaya menghadapi Barat. Sebabnya, mereka tidak bersatu; hidup terpisah-pisah oleh batas-batas nasionalisme dan nation-state.

Ini persis seperti yang digambarkan oleh Rasulullah saw.:

يُوشِكُ الْأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى الْأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا فَقَالَ قَائِلٌ وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ قَالَ بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ وَلَيَنْزَعَنَّ اللهُ مِنْ صُدُورِ عَدُوِّكُمْ الْمَهَابَة مِنْكُمْ  وَلَيَقْذِفَنَّ اللهُ فِي قُلُوْبِكُمْ الْوَهْنَ فَقَالَ قَائِلٌ  رَسُوْلَ اللهِ وَمَا الْوَهْنُ قَالَ حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَة الْمَوْتِ

“Telah berkumpul umat-umat  mengelilingi kalian sebagaimana orang-orang yang makan berkumpul mengelilingi piring mereka.” Mereka bertanya, “Apakah pada saat itu kami sedikit, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Tidak. Pada saat itu kalian banyak, tetapi kalian seperti buih di lautan. Allah menghilangkan rasa takut dari dada-dada musuh kalian kepada kalian. Allah pun  menimpakan pada kalbu-kalbukalian penyakit Al-Wahn.” Mereka bertanya, “Apakah penyakit Al-Wahn itu, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Cinta dunia dan takut akan mati.” (HR Abu Dawud dan Ahmad).

 

  1. Terjadi ragam penindasan.

Sampai saat ini kita masih menyaksikan bagaimana Umat Islam di Uighur mengalami penindasan. Para pemimpin negeri Muslim hanya bisa mengutuk tanpa melakukan usaha untuk membebaskan umat Islam di sana. Bukankah umat Islam itu bersaudara?

Sebagaimana firman Allah SWT:

إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ إِخۡوَةٞ

Sungguh kaum Mukmin itu bersaudara (QS al-Hujurat [49]: 10).

Bukankah Rasulullah saw. juga telah meumpamakan umat Islam itu ibarat satu tubuh? Sebagaimana sabda beliau:

مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ في تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى

“Perumpamaan kaum Mukmin dalam berkasih-sayang itu bagaikan satu tubuh. Jika satu anggota badan merintih kesakitan maka sekujur badan akan merasakan panas dan demam.” (HR Muslim).

Hal yang sama juga dialami oleh umat Muslim Rohingya di Myanmar yang sampai sekarang terus dibantai oleh rezim di sana. Mereka terusir dari tanah yang sudah ratusan tahun mereka tempati. Muslim di Kashmir pun mengalami penganiayaan dan penyiksaan.

Penderitaan umat Islam di Suriah pun sampai sekarang masih terjadi. Sudah ratusan ribu korban lebih yang meninggal. Kota-kota di Suriah pun luluh-lantak. Rusia membantu rezim Bashar al-Assad dalam membantai umat Islam di sana.

 

  1. Kekayaan alam negeri-negeri Muslim dirampok.

Negeri-negeri Muslim adalah negeri yang kaya akan sumberdaya alam (SDA). Namun sayang, kekayaan alam tersebut tidak dinikmati oleh umat Islam sebagai pemilik seluruh sumberdaya alam tersebut. Rasulullah saw. bersabda:

اَلْمُسْلِمُونَ شُرَكَاءٌ فِي ثلَاَثٍ فِي الْكَلإ وَالْمَاءِ وَالنَّارِ

“Kaum Muslim bersekutu dalam tiga perkara: padang rumput, air dan api.” (HR Abu Dawud, Ahmad, al-Baihaqi dan Ibn Abi Syaibah).

Jika ada Khilafah, Khilafah akan mengelola sumberdaya alam tersebut. Kemudian hasilnya akan dikembalikan kepada rakyat baik dalam bentuk fasilitas atau pelayanan berupa pendidikan dan kesehatan, serta hal lainnya yang menjadi kebutuhan pokok rakyat.

Namun, hal itu kemudian tidak terjadi saat Khilafah tidak ada. Kekayaan alam tersebut diambil-alih oleh Negara atau oleh perusahaan-perusahaan swasta baik dari dalam maupun luar negeri. Negara kafir Barat pun melalu perusahaan-perusahaannya menjarah kekayaan alam di negeri-negeri Muslim atas nama investasi.

 

  1. Muncul penguasa ruwaybidhah dan sufaha’ (dungu).

Saat ini kita juga menyaksikan para pemimpin dengan karakter ruwaybidhah dan sufaha’ (bodoh/dungu) terus bermunculan. Rasulullah saw. bersabda:

سَيَأْتِي عَلَى الناَّسِ سَنَوَاتٌ خَدَّاعَاتٌ يُصَدَّقُ فِيْهَا الْكَاذِبُ وَيُكَذَّبُ فِيْهَا الصَّادِقُ وَيُؤْتَمَنُ فِيْهَا الْخاَئِنُ وَيُخَوَّنُ فِيْهَا الْأَمِيْنُ وَيَنْطِقُ فِيْهَا الرُّوَيْبِضَةُ قِيْلَ وَمَا الرُّوَيْبِضَةُ قَالَ الرَّجُلُ التَّافِهُ فِي أَمْرِ الْعَامَّةِ

 “Akan tiba pada manusia tahun-tahun penuh kebohongan. Saat itu para pendusta dianggap jujur. Orang jujur dianggap pendusta. Pengkhianat dianggap amanah. Orang amanah dianggap pengkhianat. Ketika itu yang banyak bicara adalah ruwaybidhah.” Ada yang bertanya, “Siapa ruwaybidhah itu?” Nabi saw. menjawab, “Orang bodoh yang mengurusi urusan orang banyak.” (HR al-Hakim).

Dalam riwayat lain juga disebutkan  bahwa rasul saw. pernah bersabda kepada Kaab bin ‘Ujrah, “Semoga Allah melindungi kamu dari kepemimpinan orang-orang bodoh.” Kaab bertanya, “Siapakah yang dimaksud pemimpin bodoh?” Beliau menjawab:

أُمَرَاءُ يَكُونُونَ بَعْدِي لَا يَقْتَدُونَ بِهَدْيي وَلَا يَسْتَنُّوْنَ بِسُنَّتِي

 “Mereka adalah para pemimpin sesudahku yang tidak mengikuti petunjukku dan tidak pula berjalan dengan sunnahku.” (HR Ahmad).

 

  1. Umat Islam kehilangan kewibawaan.

Allah SWT menyebut umat Islam dengan sebutan khyairu ummah (umat terbaik):

كُنتُمۡ خَيۡرَ أُمَّةٍ أُخۡرِجَتۡ لِلنَّاسِ تَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَتَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِ وَتُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِۗ …

Kalian adalah umat terbaik yang diutus untuk manusia, melakukan amar makruf nahi mungkar dan mengimani Allah… (QS Ali ‘Imran [3]: 110).

Namun faktanya, saat ini umat Islam bukanlah terbaik, bahkan menjadi umat yang terbelakang. Jika dulu saat Khilafah ada, Islam dan kaum Muslim menjadi mercusuar peradaban. Barat bahkan mengirimkan anak-anak mereka untuk belajar di Negara Khilafah. Sebaliknya, sekarang mayoritas umat Islam malah menjadikan Barat sebagai kiblat peradabannya.

Umat Islam pun kehilangan wibawa. Dihinakan oleh Barat. Penindasan terjadi di beberapa negeri Muslim seperti di Palestina, Myanmar, Uighur, Suriah dan di belahan negeri Muslim lainnya.

 

  1. Tempat suci umat Islam ternoda.

Al-Ustadz Fauzi Sinnuqarth, penulis buku At-Taqarrub ilalLah, Thariq at-Tawfiq, menyatakan:

Saya ingat, pada tahun 1924 di kota al-Khalil (Palestina), ada salah seorang Yahudi berkata kepada tetangganya yang Muslim, “Umatmu kemarin benar-benar telah mati.” Orang (Muslim) tersebut tidak paham apa makna kalimat ini, kecuali setelah beberapa hari kemudian. Setelah dia tahu bahwa negara Khilafah telah dihancurkan. Yahudi yang busuk itu sudah memahami makna kehancuran Khilafah, bahwa ia bagaikan ibu (induk) yang mengumpulkan anak-anaknya. Khilafahlah yang menyatukan kaum Muslim dalam satu negara, satu kepemimpinan, satu tentara dan satu tujuan.

Akhirnya, Masjid Al-Aqsa yang merupakan salah satu dari tiga masjid yang disucikan oleh umat dinodai oleh Zionis Israel hingga hari ini. Umat Islam di Palestina pun mengalami penderitaan. Mereka diusir keluar dari tanah-tanah mereka, yang kemudian di tanah tersebut didirikan pemukiman untuk Yahudi.

 

  1. Umat Islam terasing dari Islam, bahkan memusuhi Islam.

Dengan tiadanya lagi kehidupan Islam yang diatur dengan hukum syariah di dalam sistem Khilafah, yang kemudian digantikan dengan kehidupan yang diatur dengan nilai-nilai Barat sekular, maka umat Islam kemudian semakin terasing dengan ajaran agamanya sendiri. Mereka menganggap syariah Islam sudah tidak sesuai dengan kondisi dan tuntunan zaman. Mereka sampai pada tahap memusuhi ajaran agamanya sendiri, seperti Khilafah. Inilah akibat dari proses sekularisasi yang telah sekian lama merasuki pikiran umat Islam.

 

  1. Al-Quran dan Rasulullah saw. Dihinakan.

Kita juga tidak lupa dengan penghinaan dan pelecehan yang dilakukan Barat terhadap al-Quran, juga Rasulullah saw.

Di Amerika Serikat ada Pastor Terry Jones asal Florida mengajak seluruh warga AS membakar al-Quran dalam peringatan Tragedi 9/11. Di Denmark, Koran Jyllands-Posten menerbitkan kartun-kartun Nabi Muhammad saw. Lalu Januari 2006 kartun-kartun itu dimuat di media massa Norwegia. Bahkan karikatur-karikatur tersebut muncul di berbagai koran harian Prancis, seperti France Soir. Februari 2008, kartun-kartun tersebut dimuat kembali oleh sebelas media massa terkemuka di Denmark dan televisi nasional. Sedikitnya tiga harian di Eropa, yaitu Swedia, Belanda dan Spanyol juga mencetak karikatur penuh kebencian itu.

 

Khatimah

Al-Imam al-Jalil Syaikh Izzuddin bin ‘Abdissalam yang dikenal dengan julukan Sulthân al-Ulamâ’ pernah mengatakan:

لولا الخلافة لم تأمن لنا سبلٌ # وكان أضعفُنا لأقوا

“Andai bukan sebab Khilafah, jalan-jalan tak aman bagi kita. Orang lemah jadi santapan orang kuat di antara kita.”

Jauh sebelumnya, Handzalah bin ar-Rabi’ ra. (dijuluki Al-Katib karena beliau adalah salah satu sekretaris Rasulullah saw.) bertutur dalam syairnya:

عجبت لما يخوض الناس فيه # يرومون الخلافة أن تزولا

ولو زالت لزال الخير عنهم # ولاقوا بعدها ذلا ذليلا

وكانواكاليهود أو النصارى # سواء كلهم ضلوا السبيلا

Aku heran atas apa yang sedang digandrungi oleh manusia,  mereka berharap agar Khilafah lenyap.

Jika  Khilafah lenyap, lenyap pula kebaikan yang ada pada mereka. Segera mereka pun ditimpa kehinaan sehina-hinanya.

Mereka akan menjadi seperti kaum Yahudi atau Nasrani. Sama-sama berada di jalan yang sesat (Ath-Thabari, Tarikh ar Rusul wal Mulûk, 4/386).

 

WalLâhu a’lam bi ash-shawâb. []

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi