Lahir di Tengah Puing Bangunan

Oleh. K.H.  M Ali Moeslim

Bismillahirrahmaanirrahiim

Jika diibaratkan Islam ini sebuah bangunan yang berdiri sempurna. Generasi manusia umumnya dan umat Islam khususnya saat ini lahir di tengah puing-puing bangunan Islam yang sudah roboh porak-poranda. Padahal, Allah Swt. telah mengabarkan tentang kesempurnaan ajaran Islam dan aturannya mengatur segala aspek kehidupan secara menyeluruh.

…ٱلْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِى وَرَضِيتُ لَكُمُ ٱلْإِسْلَٰمَ دِينًا ۚ فَمَنِ ٱضْطُرَّ فِى مَخْمَصَةٍ غَيْرَ مُتَجَانِفٍ لِّإِثْمٍ ۙ فَإِنَّ ٱللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

“….Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka, barangsiapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

…وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتٰبَ تِبْيَانًا لِّكُلِّ شَيْءٍ وَّهُدًى وَّرَحْمَةً وَّبُشْرٰى لِلْمُسْلِمِيْنَ

“…Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.” (QS. An-Nahl: 89)

Di tengah keterbatasan itu, masih banyak komponen umat ini tidak mau tahu, sebagian malas mempelajari, tidak mau bersikap seperti “gelas terbuka”, tidak mau terbuka hati dan aqalnya, seperti istilah sekumpulan orang buta dan gajah.

Padahal, dalam beberapa penelitian, para ulama menyatakan bahwa salah satu faktor yang menyebabkan umat Islam jatuh dalam keterpurukan adalah lemahnya pemahaman mereka sendiri terhadap ajaran Islam yang benar. Mereka memahami Islam sekadar sebagai agama ritual, bukan agama yang mengatur seluruh aspek kehidupan.

Mereka menganggap bahwa aktivitas politik itu najis dan kotor karena melihat gambaran aktivitas saat ini yang liberal itu, sekalipun mereka itu adalah muslim dan dari partai yang mengaku Islam.

Akibatnya, mereka semakin jauh dari Islam walaupun di hati kecil mereka ada keinginan untuk memperjuangkan Islam. Awamnya, mereka terhadap Islam berakibat mudah sekali mencerap ide-ide kufur yang dilabeli Islam seperti menyamakan demokrasi dengan syura’ dalam Islam.

Hilang kemampuan mereka dalam membedakan mana yang benar dan salah menurut standar Islam. Akhirnya, mereka cenderung tidak peduli dengan ajaran agamanya sendiri. Parahnya, ada yang memusuhi ajaran agamanya sendiri

Faktor eksternal yang juga tidak bisa diabaikan adalah musuh-musuh Islam berkepentingan untuk tetap mempertahankan “keawaman” umat Islam terhadap ajaran Islam. Penyebaran ide-ide kufur untuk memberangus keberadaan Islam ideologis seperti pluralisme, sinkretisme, sekularisme, liberalisme, HAM, dan memalingkan umat dari ajaran Islam yang benar dan kaffah. Allah Swt. berfirman;

لِّكُلِّ أُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنسَكًا هُمْ نَاسِكُوهُ ۖ فَلَا يُنَٰزِعُنَّكَ فِى ٱلْأَمْرِ ۚ وَٱدْعُ إِلَىٰ رَبِّكَ ۖ إِنَّكَ لَعَلَىٰ هُدًى مُّسْتَقِيمٍ

“Bagi tiap-tiap umat telah Kami tetapkan syari’at tertentu yang mereka lakukan, maka janganlah sekali-kali mereka membantah kamu dalam urusan (syari’at) ini dan serulah kepada (agama) Tuhanmu. Sesungguhnya kamu benar-benar berada pada jalan yang lurus.” (QS. Al-Hajj: 67)

Perlu dipahami bahwa dalam tataran praktis, hukum Islam ada yang harus dilaksanakan oleh individu-individu, ada yang bisa terlaksana oleh jemaah serta ada juga yang harus dilaksanakan oleh negara seperti persanksian (jinayat, hudud, mukhalafah, dan ta’zir), pengelolaan pendidikan, kesehatan, dan keamanan umum, pengelolaan sumber daya alam milik umum dan lain lain.

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا ادْخُلُوْا فِى السِّلْمِ كَاۤفَّةً ۖوَّلَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِۗ اِنَّهٗ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ

“Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu.”(QS Al Baqarah ayat 208).

Kemudian komponen umat yang sadar akan keterpurukan ini semestinya menjawab tantangan, berkorban secara ikhlas, dan terus menerus untuk membangun kesadaran umat, berpegang kepada empat kunci penting sebagai faktor penentu perubahan hakiki. Empat kunci tersebut adalah:

Pertama, kesadaran tentang realita yang buruk. Umat Islam yang memiliki ghirah untuk melakukan perubahan tentu karena menyadari buruknya realita yang terjadi saat ini. Hingga akhir tahun 2020, kondisi negeri-negeri Islam masih terpuruk di bawah hegemoni negara-negara penjajah. Baik penjajahan secara fisik melalui kekuatan militer maupun penjajahan secara ekonomi dan politik.

Kedua, kesadaran tentang realita ideal. Kesadaran tentang realita ideal yang ingin diwujudkan akan mendorong umat Islam untuk meraihnya. Agar tercapai realita ideal, perubahan yang dilakukan haruslah mengarah pada pelenyapan akar krisis yang menyebabkan realita buruk itu terjadi. Artinya, perubahan yang dikehendaki harus mampu melenyapkan hegemoni negara penjajah dan ideologi kapitalismenya di negeri-negeri Islam. Kalau dulu negara penjajah mampu melakukan hegemoninya setelah Khilafah runtuh, tentu akan berlaku pula sebaliknya. Hegemoni itu akan runtuh jika Khilafah tegak kembali.

Ketiga, kesadaran tentang thariqah, perubahan yang sahih. Perubahan yang dilakukan oleh umat Islam haruslah mengacu pada metode (thariqah) yang sahih, yakni metode perubahan yang telah dicontohkan oleh Rasulullah saw. Bagi umat Islam, tentu hanya Rasulullah saw. yang patut dijadikan teladan dalam segala hal, termasuk dalam hal perjuangan mewujudkan perubahan.

Keempat, adanya kelompok/partai pengusung perubahan yang sahih. Kelompok atau jamaah itu mesti politis dan istiqamah pada manhaj kenabian. Perjuangan mewujudkan kembali Khilafah tentu penuh rintangan dan tantangan. Negara-negara penjajah bersama para agennya akan berusaha menghalangi upaya ini. Mereka tentu sadar bahwa Khilafah itulah satu-satunya kekuatan yang akan mampu menumbangkan hegemoni mereka.

Wallahu a’lam bishawab.

Dibaca

 70 total views,  2 views today

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi