Insan Kamil Terwujud dengan Sistem Pendidikan Islam

Oleh: Nur Rahmawati, S.H.
(Penulis dan Pemerhati Generasi)

Potret buram generasi Z saat ini seolah membuka lembaran buram masa depan. Kompleksnya persoalan membelit generasi. Sebut saja narkoba, tawuran, kekerasan seksual, miras, pergaulan bebas, aborsi, prostitusi, dan bermacam tindakan kriminal membingkai negeri, menempatkan pelaku terbanyak pada para pemuda.

Berdasarkan data BPS (Badan Pusat Statistik), selama tahun 2011-2018 jumlah desa/kelurahan yang menjadi ajang konflik massal cenderung meningkat, dari sekitar 2.500 desa pada tahun 2011 menjadi sekitar 2.700 desa/kelurahan pada tahun 2014, dan kembali meningkat menjadi sekitar 3.100 desa/kelurahan pada tahun 2018 (Bps.go.id, qx312/12/2019).

Permasalahan tersebut tidak hanya terjadi di perkotaan, bahkan merambah hingga di pedesaan. Sayangnya, banyak di antara kita walau mampu melihat permasalan ini, namun tak mampu memahami apa penyebab mendasarnya. Selalu saja kebanyakan dari kita berkutat pada analisa penyebab bersifat parsial. Sehingga, tidak menghasilkan solusi tuntas. Bahkan, sebagian pihak menuding kesalahan penyebab kerusakan generasi karena rusaknya keluarga, kesalahan sekolah. Akhirnya, muncul ide fullday school dengan menyisipkan pendidikan budi pekerti, akhlak, pendidikan karakter, dan sebagainya.

Solusi demi solusi dirumuskan, didiskusikan, dan dilempar ke kalangan akademisi dan pakar. Hasilnya? Dari tahun ke tahun, permasalahan generasi muda terus mengalami peningkatan, bahkan moral makin rusak. Semua persoalan yang melanda generasi muda ini butuh solusi tuntas, tentunya bukan dengan mengandalkan solusi parsial yang terbukti gagal. Cara berpikir seperti ini harus dibongkar dan dibabat hingga akarnya, kemudian mencari kunci pemecahan masalah yang tepat.

Pendidikan adalah salah satu jawaban bagi pembentukan dan perbaikan generasi, sehingga perlu tiga pilar yang saling mendukung, yaitu pendidikan di dalam keluarga, masyarakat (edukasi publik), dan institusi pendidikan. Tiga pilar ini wajib kuat, jika salah satunya saja rapuh, maka berimbas pada kerapuhan secara keseluruhan dalam sistem pendidikan. Sayangnya, saat ini yang kita hadapi adalah kerapuhan di semua pilar. Lantas, untuk dapat memperbaikinya tentu tidak cukup hanya tambal sulam. Melainkan harus membongkar dan membangun ulang dari dasarnya.

Kerusakan Generasi sebab Persoalan Sistemik

Kerusakan hakiki pada generasi muda disebabkan beberapa faktor. Dimana faktor satu dengan yang lain saling bertautan tak terpisahkan, yaitu faktor keluarga, ekonomi, pendidikan, budaya, politik, dan hukum. Maka, dapat dikatakan bahwa persoalan generasi Z adalah persoalan sistemik, jika dicermati dari tiga pilar pendidikan, nampak benang merah sebagai penghubung. Ketiga pilar tersebut adalah:

Pertama, Keluarga. Sistem hidup masyarakat saat ini didominasi paham kapitalis yang menempatkan materi sebagai standar bahagia. Akibatnya, keluarga miskin visi pendidikan.

Kondisi ini ditambah dengan kondisi kultur sosial yang rusak, didominasi liberalisme, bebas berekspresi, bertingkah laku, berpendapat, beragama, dan sebagainya. Akhirnya, berdampak pada ketidakpatuhan anak pada orang tua sulit dihindari. Ditambah lagi jika nilai-nilai agama kurang didapatkan, maka anak tak memahami peran agama sebagai penyelamat hidupnya. Dengan kondisi seperti ini, ketahanan keluarga menjadi rapuh. Lantas bagaimana bisa melahirkan generasi berkualitas, cemerlang, dan tangguh?

Kedua, Edukasi publik. Memahamkan masyarakat dapat dijalankan melalui media massa dan sosial media. Edukasi publik memiliki peran yang cukup vital, karena dari sini mampu mengcover pemahaman yang tidak didapat di lingkungan keluarga dan institusi pendidikan, atau bahkan memperkuat fakta-fakta kehidupan riil.

Bagaimana kaum kapitalis memainkan perannya untuk merekayasa melalui edukasi publik, seperti gadget, fashion, food, dan diciptakannya kontes-kontes kecantikan bakat dan lain sebagainya agar terlena dengan aturan agamanya. Masalahnya, konsumen edukasi publik mayoritas adalah pemuda. Jika mereka melahap semua informasi tanpa memfilter, maka berdampak pada kenakalan remaja yang berbuah kriminalitas.

Ketiga, Institusi pendidikan.
Sistem pendidikan saat ini adalah sekuler yang memisahkan agama dari pengaturan kehidupan. Memahami bahwa agama hanya seputar ibadah ritual saja akan berdampak pada pemahaman yang keliru bahwa agama sebatas gagasan kebaikan, sebagaimana pandangan Barat terhadap konsep ketuhanan.

Kurikulum pendidikan pun turut menjadi sasaran untuk memasukkan paham-paham sesat dan menyesatkan, seperti pluralisme dan liberalisme. Para pemuda ditanamkan pemikiran bahwa semua agama itu sama sebagai wujud toleransi yang keliru. Jika pemahaman ini sudah ter-install dalam pikiran mereka, maka akan mudah bagi Barat untuk menancapkan hegemoni ideologinya di negeri muslim.

Dari pemahaman di atas tampak betapa tiga pilar pendidikan menjadi rapuh karena masuknya ideologi kapitalisme sekularisme. Dimana dalam ideologi tersebut, semua persoalan kerusakan generasi tidak akan terselesaikan dengan tuntas.

Sudah saatnya kita campakkan sistem penghancur generasi dan kembali pada Islam yang telah Allah pilih sebagai solusi tuntas permasalahan kaum muslimin. Sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah Swt. yang artinya:

“Kami telah menurunkan kepadamu (Muhammad) Al-Qur’an sebagai penjelas segala sesuatu; juga sebagai petunjuk, rahmat, dan kabar gembira bagi orang-orang Muslim.” (TQS. An-Nahl ayat 89)

Wallahu’alam bishawab

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi