Hatinya Lebih Busuk dari Bangkai

Oleh. H.M Ali Moeslim

Bismillahirrahmanirrahim

Dikisahkan dalam Al- Qur’an, sebelum datang ke arena pertandingan, para tukang sihir yang sudah dikumpulkan meminta upah kepada Fir’aun jika mereka nanti bisa menang mengalahkan Musa as. Allah Swt. berfirman:

وَجَاۤءَ السَّحَرَةُ فِرْعَوْنَ قَالُوْٓا اِنَّ لَنَا لَاَجْرًا اِنْ كُنَّا نَحْنُ الْغٰلِبِيْنَ

“Dan beberapa ahli sihir itu datang kepada Fir’aun mengatakan: “(Apakah) Sesungguhnya kami akan mendapat upah, jika kamilah yang menang?” (QS Al-A’raf: 113)

Fir’aun menjanjikan upah istimewa yaitu peningkatan status menjadi orang dekat Fir’aun. Allah Swt. berfirman:

قَالَ نَعَمْ وَاِنَّكُمْ لَمِنَ الْمُقَرَّبِيْنَ

“Fir’aun menjawab: “Ya, dan Sesungguhnya kamu benar-benar akan termasuk orang-orang yang dekat (kepadaku) ” (QS Al-A’raf: 114)

Hadiah yang dijanjikan bukan emas, perak, intan, berlian, atau barang-barang berharga lainnya, tetapi lebih dari itu yaitu menjadi orang dekat penguasa. Dekat dengan pusat kekuasaan, di samping akan mendapatkan barang-barang berharga dan segala fasilitas istimewa, tentu juga dan ini yang lebih penting lagi mendapatkan kehormatan dan kebanggaan. Itu sebabnya, di mana saja, dulu sampai sekarang, banyak orang yang berlomba untuk bisa berada di dekat pusat kekuasaan.

Sudah menjadi kebiasaan, sikap terhadap penguasa itu ada dua, ada yang mendukung, ada pula yang menolak. Mestinya sikap itu didasari oleh syariah Islam. Begitu jelas dalam beberapa ayat Al-Qur’an tentang keta’atan pada penguasa “Ulil Amri” jika terkait dengan keta’atan pada Allah Swt. dan Rasulullah. Bahkan, Rasulullah dengan tegas bersabda:

“Tiada keta’atan pada makhluk, jika bermaksiat kepada Allah Swt.” (Al Hadits)

Ada yang mendukung perangai jelek penguasa. Setiap yang penguasa lakukan, dipuji dan dibela padahal yang dilakukan bisa jadi sejelek-jelek perbuatan zalim. Orang yang melakukan seperti ini adalah para penjilat dan pengejar dunia. Rasulullah bersabda:

اسْمَعُوا، هَلْ سَمِعْتُمْ أَنَّهُ سَيَكُونُ بَعْدِي أُمَرَاءُ؟ فَمَنْ دَخَلَ عَلَيْهِمْ فَصَدَّقَهُمْ بِكَذِبِهِمْ وَأَعَانَهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ فَلَيْسَ مِنِّي وَلَسْتُ مِنْهُ وَلَيْسَ بِوَارِدٍ عَلَيَّ الحَوْضَ،َ

“Dengarkanlah, apakah kalian telah mendengar bahwa sepeninggalku akan ada para pemimpin? Siapa yang masuk kepada mereka, lalu membenarkan kedustaan mereka dan menyokong kezaliman mereka, maka dia bukan golonganku, aku juga bukan golongannya. Dia juga tak akan menemuiku di telaga.” (HR. Al-Tirmidzi, Al-Nasai, dan Al-Hakim).

Soal dukung mendukung penguasa yang zalim, Rasulullah saw. sampai mewanti-wanti bahwa “penyakit” berbahaya tersebut dapat melanda para ulama. Yakni Ulama yang menjilat Raja karena mengharapkan harta benda dan Ulama yang bersekutu dengan penguasa di dalam perbuatan yang hina dan kezaliman di dalam urusan maksiat kepada Allah Swt.

Ulama yang bertipe ini berusaha keras bagaimana agar dirinya bisa dekat dengan raja atau sultan atau penguasa agar nanti dirinya mendapatkan jabatan atau kedudukan yang basah atau empuk. Sehingga, dirinya mendapat keuntungan harta kekayaan dunia.

Dirinya sering kasak-kusuk memfitnah sana-sini, melaporkan sana-sini, memberikan informasi kepada atasan tentang segala sesuatu yang kira-kira dapat menguntungkan dirinya. Baik itu hal-hal yang dapat mendekatkan dirinya dengan atasan atau hal-hal yang dapat menghancurkan nama baik orang lain atau dapat menjatuhkan orang lain. Kalau perlu, dirinya berani mengorbankan harta bendanya demi tujuan yang jahat itu atau bahkan mengorbankan agama dan keyakinan Islam sekalipun, demi tercapai tujuannya.

Ulama yang bertipe penjilat adalah mereka menghubungi umaro dengan niat karena harta. Mendekati umaro karena menginginkan pangkat dan jabatan dengan niat semata-mata pangkat dan jabatan untuk kemegahan dunia. Mereka menggunakan agama sebagai alat untuk mencapai harta. Rasulullah saw. telah bersabda:

“Sejelek-jelek ulama itu ialah mereka yang datang kepada para pejabat pemerintahan.” (HR. Ibnu Majah, dari Abu Hurairah ra)

Dalam hadits yang lain disebutkan, “Akan datang di kemudian hari nanti, setelah saya, beberapa pemerintahan (umaro) yang berdusta dan berbuat aniaya. Maka, barang siapa yang membenarkan kedustaan mereka dan menolong atau membantu tindakan mereka yang aniaya itu, ia bukanlah termasuk dari pada umatku, dan bukanlah aku dari padanya, dan ia tidak akan dapat datang di atas telaga yang ada di Surga.” (HR Al-Nasa’i dan Al-Turmudzi)

Dalam hadits yang lain dinyatakan, “Akan datang sesudahku penguasa-penguasa yang memerintahmu. Di atas mimbar mereka memberi petunjuk dan ajaran dengan bijaksana, tetapi bila telah turun mimbar mereka melakukan tipu daya dan pencurian. Hati mereka lebih busuk dari bangkai.” (HR. At-Thabrani)

Tentu makna “mendatangi” kepada penguasa ini adalah datang dengan niat karena demi keuntungan harta benda atau keuntungan pribadi. Terlebih apabila ulama tersebut rela mengorbankan agama.
Imam Al-Ghazali mengatakan, “Kebinasaan rakyat itu adalah akibat dari kerusakan para raja (penguasa), dan kerusakan para penguasa itu dari akibat kerusakan para ulama yang jahat.”

Mendatangi penguasa demi mencari kehormatan, berani memutarbalikkan hukum Allah agar bisa sesuai dengan keinginan manusia (penguasa). Padahal, Rasulullah saw. telah bersabda, “Ulama adalah orang-orang yang dipercaya oleh para Rasul selama mereka tidak bersatu dengan sultan dan memilih perkara duniawi. Apabila mereka bersatu dengan sultan dan memilih perkara duniawi, maka mereka benar-benar telah berkhianat terhadap para Rasul, karena itu hati-hatilah kalian terhadap mereka.” (HR Al’Uqaili)

Maknanya adalah ulama itu merupakan orang-orang kepercayaan para Rasul. Dalam riwayat lain disebutkan bahwa ulama adalah pewaris para nabi. Mereka berhak menyandang prediket ini selama mereka tidak membantu kekuasaan yang zalim dan tidak menegakkan amar ma’ruf serta nahi munkar terhadapnya.

Wallahu a’lam bishawab.

Bandung: 24 Januari 2023/2 Rajab 1444 H

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi