Dilema Umat Islam di Tengah Pertarungan Ideologi Dunia: Mampukah Memenangkannya?

Oleh: Christiono

Peradaban dunia yang semakin tua ini tidak pernah sepi dari adanya gesekan bahkan pertarungan yang dilakukan untuk mempertahankan dan menyebarluaskan ideologi sekaligus untuk menyerang ideologi lainnya demi sebuah kemenangan yang diharapkan bisa menjadi awal bagi penguasaan atas dunia. Ambisi manusia tersebut dilakukan dengan berbagai metode antara lain lewat penjajahan kepada negara lain, infiltrasi atau penyusupan ataupun lewat proxy war untuk menghindari konfrontasi secara langsung. Tentu saja hal ini menyebabkan terjadinya ketegangan yang terus menerus dari semua pihak yang terlibat di dalamnya sehingga semakin menyulitkan terjadinya perdamaian yang hakiki.

Ideologi apapun namanya, pasti didasari oleh keinginan manusia untuk memperbaiki diri dan masyarakatnya agar menjadi lebih baik dari keadaan sebelumnya dengan menggali nilai-nilai dan norma yang ada di masyarakat serta merumuskan konsep serta metode penerapannya. Oleh karena itu menjadi sangat beralasan jika ideologi tersebut memiliki banyak pengikut yang tertarik dengan konsep dan metode yang ditawarkan karena adanya kebaikan-kebaikan yang dijanjikan atau sudah dirasakan. Persaingan untuk menarik sebanyak-banyaknya pengikut inilah yang menyebabkan terjadinya friksi antara satu ideologi yang satu dengan yang lainnya.

Umat Islam saat ini seakan terjepit diantara dua ideologi besar yang paling berpengaruh di dunia, yaitu Kapitalisme dan Sosialisme. Kondisi umat Islam yang terpuruk dan kalah di semua lini kehidupan saat ini mengakibatkan umat Islam menjadi sasaran empuk bagi musuh-musuhnya untuk terus menekan agar umat Islam tidak bisa atau paling tidak terhambat dalam upayanya untuk mengaplikasikan konsep dan metodenya. Mereka merasa dan meyakini bahwa apabila umat Islam mengalami kebangkitannya kembali, akan mengancam eksistensi ideologi mereka sekaligus menghadang ambisi mereka untuk menguasai dunia.

Maka menjadi suatu keharusan bagi umat Islam untuk segera merespon dan melakukan antisipasi yang diperlukan untuk mempertahankan diri dari serangan-serangan Kapitalisme maupun Sosialisme jika tidak menginginkan keterpurukan yang berkelanjutan. Para tokoh Islam bersama para Ulama harus segera bangun dari tidur panjangnya untuk menggalang persatuan dan melakukan konsolidasi kekuatan di semua lini kehidupan. Semoga artikel singkat ini sedikit banyak bisa menyumbangkan inspirasi bagi semuanya untuk kebaikan umat dan untuk membangkitkan kembali peradaban Islam yang agung. Insyaa Allah.

Konsep dan Metode yang Dimiliki oleh Ideologi Besar Dunia

Kata Ideologi pertama kali diperkenalkan oleh filsuf Prancis Destutt de Tracy pada tahun 1796. Kata ini berasal dari bahasa Prancis ’idéologie’, merupakan gabungan 2 kata yaitu, ’idéo’ yang mengacu kepada gagasan dan ’logie’ yang mengacu kepada ’logos’, kata dalam bahasa Yunani untuk menjelaskan logika dan rasio. Destutt de Tracy menggunakan kata ini dalam pengertian etimologinya, sebagai “ilmu yang meliputi kajian tentang asal usul dan hakikat ide atau gagasan.” Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ideologi diartikan sebagai: ”kumpulan konsep bersistem yang dijadikan asas pendapat (kejadian) yang memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan hidup.”

Syaikh Taqiyudin an Nabhani di dalam kitab Nizhamul Islam3, menyebutkan: “Mabda’ (ideologi) adalah suatu aqidah aqliyah yang melahirkan peraturan. Yang dimaksud aqidah adalah pemikiran yang menyeluruh tentang alam semesta, manusia, dan hidup, serta tentang apa yang ada sebelum dan setelah kehidupan, di samping hubungannya dengan Zat yang ada sebelum dan sesudah alam kehidupan di dunia ini.”

1. Konsep dan metode dalam ideologi.

Menurut Dr. Fahmi Lukman dalam acara webinar dengan tema: ”Islam is Beyond Ideology,” pembicaraan masalah ideologi itu terkait dengan 3 (tiga) hal yaitu: tentang persoalan manusia, hubungan antara manusia dengan alam semesta dan hubungan manusia dengan kehidupan. Sedangkan ideologi itu sendiri memiliki 2 (dua) aspek utama, yaitu konsep dan metode:

a. Fikrah yaitu konsep berupa akidah dan hukum syariah yang terkait dengan penyelesaian persoalan yang ada dalam kehidupan, yaitu:

1). Pemikiran mendasar yang tidak didasari oleh pemikiran lain (aqidah). Ini merupakan pemikiran yang sangat radiks (mendasar).
2). Memiliki seperangkat aturan hidup yang menyeluruh yang memiliki solusi terhadap persoalan yang dihadapi oleh manusia.

b. Thariqah berupa hukum/ajaran yang merupakan metode pelaksanaan dari fikrah yang terdiri dari:

1). Memiliki metode spesifik untuk menjaga pemikiran mendasarnya dalam konteks melaksanakan aturan hidup.
2). Menyebarkan pemikirannya ke seluruh umat manusia.

2. Konsep dan metode yang diterapkan oleh tiga ideologi besar yang paling berpengaruh di dunia.

Di dunia, saat ini terdapat tiga buah ideologi yang sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan umat manusia:

a. Kapitalisme dengan konsep aqidahnya adalah sekularisme yaitu pemisahan agama dari kehidupan di mana agama ditempatkan di dalam wilayah private seperti halnya dengan persoalan ritual ibadah. Sekularisme lahir dari latar belakang penolakan pelecehan terhadap agama yang lahir di kalangan masyarakat Barat pada masa-masa abad Pertengahan di mana mereka mengalami masa kegelapan (The Dark Age). Sedangkan metodenya adalah dengan menggunakan aturan buatan manusia dengan prinsip kebebasan individu dan menolak aturan-aturan yang lahir dari agama.

b. Sosialisme dengan konsep aqidahnya adalah materialisme yaitu pengingkaran terhadap eksistensi Tuhan yang dipengaruhi oleh pandangan Feurbach, yang menyatakan bahwa Tuhan adalah hasil imajinasi manusia. Metode yang dipakai juga menggunakan aturan yang dibuat oleh manusia dengan prinsip penguasaan alat-alat produksi dan menolak aturan agama.

c. Islam dengan konsep aqidahnya adalah Islam, berupa keimanan terhadap eksistensi Allah SWT sebagai Dzat Pencipta dan Pengatur Alam Semesta. Metode yang dipakai untuk melaksanakan konsep tersebut adalah dengan memakai aturan/hukum yang dibuat dan ditetapkan oleh Allah SWT melalui Al Qur’an dan As Sunnah serta yang ditunjukkan oleh keduanya. Ini menunjukkan bahwa ”Islam is beyond ideology.”

Penyebab Terjadinya Pertarungan Antara Ideologi-Ideologi

Sebuah ideologi selalu muncul sebagai koreksi atas ideologi lain sebelumnya. Oleh karena itu sering terlihat bahwa sebuah ideologi baru yang muncul akan bertentangan dengan konsep dan metode dari ideologi yang ada sebelumnya. Dengan begitu menjadi sebuah konsekwensi logis apabila kemudian terjadi pertarungan antara satu ideologi dengan ideologi lainnya karena masing-masing ideologi pasti berusaha untuk menyebarkan pemikirannya ke seluruh umat manusia. Berikut ini adalah faktor yang melatarbelakangi terbentuknnya 3 (tiga) ideologi terbesar dunia yang menyebabkan terjadinya pertarungan tersebut:

1. Kapitalisme.

Masa-masa sebelum lahirnya Kapitalisme, dunia Barat sedang berada pada zaman kegelapan yang disebut sebagai ”The Dark Age”, suatu zaman di mana segala keputusan pemerintah dan hukum negara diambil oleh majelis dewan Gereja. Tidak setiap individu berhak berpendapat karena pada zaman itu yang berhak mengeluarkan pendapat dan keputusan adalah para ahli agama Katolik. Zaman kegelapan dimulai sejak keruntuhan Kekaisaran Romawi Barat pada tahun 476 Masehi. Penanda lainnya adalah dimulainya dominasi gereja Kristen atas masyarakat Kristen di dunia Barat, periode ini merupakan masa-masa yang buruk bagi peradaban Barat.

Pada saat itu sistem feodalisme sedang berkuasa di Eropa, kekuasaan dipegang oleh raja yang disokong penuh oleh para bangsawan dan agamawan. Kolaborasi tersebut menciptakan sebuah bentuk pemerintahan yang sangat kuat di tangan para feodal, yaitu para bangsawan yang menguasai tanah, yang membuat petani menjadi miskin dan tidak mampu membayar pajak sehingga akhirnya menyerahkan tanahnya kepada para bangsawan. Maka Kapitalisme muncul sebagai koreksi terhadap sistem feodalisme yang semakin menyengsarakan rakyat sekaligus perlawanan terhadap dominasi Gereja.

2. Sosialisme.

Sosialisme lahir sebagai kritik atas kapitalisme yang berkembang di Eropa pada akhir abad 18. Sistem kapitalisme yang berkuasa di Barat waktu itu ternyata menimbulkan perbedaan kelas yang sangat tajam antara kaum borjuis (bangsawan) yang menguasai modal dengan kaum proletar (rakyat kecil) dalam hal ini kaum pekerja atau buruh. Kaum borjuis yang memiliki modal/kapital, dengan sistem kapitalisme yang membebaskan individu untuk mendapatkan kekayaan sebesar-besarnya menjadi semakin kaya sementara kaum buruh yang tidak memiliki modal menjadi bahan eksploitasi oleh kaum borjuis.

Para pemikir sosialisme berpendapat bahwa kepemilikan pribadi atas modal perlu dihilangkan. Modal harus dimiliki secara bersama-sama dan diolah secara bersama pula, sehingga hasil yang didapatkan dapat dibagi secara adil dan merata. Karl Marx, Friedrich Engels, dan Etienne Cabet, berpendapat bahwa modal mesti dimiliki oleh sebuah institusi milik bersama, yakni negara dan bahwa sosialisme dapat terwujud jika melalui cara pertentangan kelas. Bagi mereka, sosialisme akan tercipta jika terjadi konfrontasi kaum proletar untuk merebut modal dan alat produksi milik borjuis sehingga menyebabkan pertarungan antara sosialisme melawan kapitalisme.

3. Islam.

Berbeda dengan kedua ideologi di atas, Islam tidk dibangun berdasarkan pertentangan dengan ideologi lainnya, tetapi Islam diturunkan oleh Sang Pencipta manusia dengan membawa konsep berupa aqidah keimanan terhadap eksistensi Allah SWT dan memiliki aturan berupa syariat yang mengandung hukum-hukum Allah sebagai pedoman hidup manusia. Islam membawa konsep yang utuh sebagai koreksi sekaligus penyempurna semua ideologi-ideologi hasil pemikiran manusia. Sebagian dari konsep dan metode yang ada pada ideologi-ideologi lainnya mungkin saja terkandung juga di dalam Islam karena memang sesuai dan merupakan hukum Allah pula yang didapat melalui ayat-ayat-Nya yang bertebaran di alam semesta yang disebut dengan ayat kauniyah.

Meskipun Islam tidak dibangun berdasarkan adanya pertentangan dengan ideologi lainnya, tetapi karena sifat dasar dari ideologi adalah merupakan pemikiran mendasar yang tidak didasari oleh pemikiran lain, maka bagaimanapun juga akan ada hal-hal yang tidak bersesuaian maupun yang bertentangan. Akibatnya ideologi-ideologi tersebutlah yang merasa terancam eksistensinya oleh keberadaan Islam sehingga kemudian melakukan serangan-serangan terhadap Islam agar ideologi yang dimilikinya yang berkuasa di dunia. Sementara itu Islam melakukan metode penyebarannya melalui dakwah yang didasarkan atas aturan-aturan yang telah ditetapkan dalam syariat.

Strategi yang Harus Dijalankan Umat Islam Agar Memenangkan Pertarungan Melawan Ideologi Lain

Sebuah ideologi diyakini akan bisa memenangkan pertarungan dengan ideologi yang lainnya jika dia bersifat universal kemanusiaan, memiliki konsep dan metode serta sudah dibuktikan mampu menghadirkan kebaikan, keadilan dan kemakmuran bagi umat manusia secara keseluruhan. Tanpa memiliki sifat kemanusiaan yang universal, sebuah ideologi hanya akan mempunyai pengaruh pada sekelompok tertentu manusia saja dan akan menemui kesulitan ketika akan diterapkan kepada kelompok manusia lainnya. Di bawah ini beberapa strategi yang bisa di jalankan oleh umat Islam agar bisa memenangkan pertarungan dengan ideologi-ideologi lainnya:

1. Mempelajari, mengetahui dan memahami secara komprehensif perihal ideologi-ideologi yang ada di dunia.

Dengan adanya pemahaman yang baik atas konsep dan metode yang dimiliki oleh ideologi lainnya, maka umat Islam akan bisa bersikap proporsional dalam berhadapan, bersikap dan bertindak terhadap ideologi-ideologi tersebut. Seperti diuraikan di atas, sebuah ideologi muncul sebagai upaya perbaikan atas akibat-akibat buruk yang ditimbulkan oleh ideologi sebelumnya. Dengan begitu sebuah ideologi pasti memiliki sisi kebaikan sehingga bisa menarik banyak orang untuk mengikutinya dan itu sudah seharusnya diapresiasi.

Kita juga harus menyadari bahwa hukum Tuhan itu selain terdapat di dalam Kitab Suci juga terdapat di alam semesta beserta semua fenomena di dalamnya yang disebut dengan ”Ayat Kauniyah”. Dengan begitu semua orang apapun agama dan kepercayaannya akan bisa mengambil, mempelajari dan mengaplikasikan ayat-ayat kauniyah tersebut dalam kehidupan sehari-harinya. Bedanya, umat Islam memiliki panduan berupa Al Qur’an yang bisa dipastikan kebenarannya sementara orang nonmuslim bisa mendapatkan kebenaran dan bisa juga salah dalam menafsirkan ayat-ayat kauniyah tersebut.

2. Menghentikan mencari-cari kesalahan dan keburukan ideologi yang lain dan fokus pada membuktikan bahwa Islamlah yang terbaik.

Kita seharusnya memiliki semboyan: ”Ideologi-ideologi yang lain itu baik, tetapi Islam6 yang paling baik!” Dengan begitu umat Islam tidak perlu lagi menghambur-hamburkan energi untuk sesuatu yang tidak ada manfaatnya kecuali sedikit saja dan mempergunakan energi tersebut untuk memikirkan strategi perjuangan yang jitu dalam rangka menjawab berbagai tantangan yang dihadapi. Apalagi ajaran Islam sendiri memang melarang untuk mencari-cari keburukan orang lain dan juga melarang untuk berprasangka buruk terhadap orang lain.

Sebaiknya waktu, tenaga dan pikiran umat Islam lebih fokus ditujukan untuk menunjukkan dan membuktikan kepada orang lain bahwa nilai-nilai dan norma luhur yang dimiliki Islam mampu diterapkan oleh semua orang tanpa kecuali. Sudah menjadi sunnatullah bahwa hanya sebagian kecil saja manusia yang tertarik kepada konsep dan metode yang ditawarkan oleh sebuah ideologi, sedangkan sebagian besarnya jauh lebih tertarik kepada adanya bukti dengan melihat dan merasakan sendiri buah dari ideologi tersebut dan bukan hanya berupa dakwah atau seruan-seruan yang menawarkan konsep dan metode. Umat Islam harus mampu menunjukkan dann membuktikan bahwa Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin, yang menjadi rahmat dan kebaikan bagi semua orang, melalui pengamalan nilai-nilai dan moral Islam.

3. Menggalang persatuan umat dan melakukan konsolidasi kekuatan.

Yang tidak kalah pentingnya dari semua itu, umat Islam harus memiliki kekuatan yang sangat diperlukan untuk memback-up pelaksanaan konsep dan metode atau fikrah dan thoriqoh Islam. Apalagi mengingat umat Islam selalu mendapatkan serangan dari ideologi lainnya yang merasa terancam eksistensinya apabila Islam kembali bangkit. Tanpa memiliki kekuatan dalam semua aspek kehidupan, umat Islam akan rentan terhadap segala gangguan dan serangan pihak musuh serta akan diremehkan dan suaranya tidak akan dianggap apalagi disegani.

Kekuatan tidak akan didapat tanpa adanya persatuan. Kondisi umat Islam yang saat ini dalam keadaan terpecah-pecah dalam berbagai kelompok dan golongan di mana antara satu dan lainnya saling salah menyalahkan menyebabkan sulitnya dilakukan penggalangan kekuatan yang sebenarnya dimiliki oleh umat Islam dengan potensi yang sangat luar biasa. Sudah saatnya para tokoh Islam beserta para Ulama untuk duduk bersama memikirkan cara menyatukan potensi umat berupa kekuatan dalam semua aspek kehidupan yang sangat besar ini.

4. Membentuk komunitas Islami sebagai lahan persemaian bagi benih peradaban Islam.

Ketika umat Islam berada di lingkungan yang tidak Islami bahkan dipenuhi oleh hal-hal yang bertentangan dengan ajarannya seperti pada saat ini, menjadi masalah yang sulit ketika akan mengimplementasikan konsep dan metode yang dimilikinya. Oleh karena itu diperlukan sebuah komunitas Islami yang bisa memberikan tempat yang cocok dan kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya ajaran Islam, laksana sebuah lahan untuk persemaian tanaman agar bisa tumbuh subur dan memberikan hasil yang memuaskan. Hasil inilah yang nantinya akan dilihat dan dirasakan oleh orang di sekelilingnya sehingga menjadikan ketertarikan untuk bergabung.

Komunitas Islami tersebut akan bisa berfungsi sebagai mercu suar untuk menyebarkan kebaikan Islam dan untuk menunjukkan dan membuktikan bahwa konsep yang dibawa Islam akan mampu menjadi rahmatan lil ‘alamin. Di dalam komunitas tersebut umat Islam akan menunjukkan seperti apa adab mulia yang diajarkan Islam, bagaimana konsep Islam tentang ekonomi, seperti apa hubugannya dengan masyarakat nonmuslim, dan semua aspek kehidupan lainnya. Dengan cara begitu, komunitas Islami tersebut akan semakin besar dan akan semakin banyak sehingga bisa menjadi cikal bakal bagi terbentuknya peradaban Islam.

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi