Bukan Khilafah, Kapitalismelah Ideologi Penuh Darah!

Pernyataan Yahya Cholil Staquf, yang menyatakan bahwa kembali pada satu khilafah yang meruntuhkan peradaban dunia akan meminta korban ratusan bahkan miliaran nyawa dari umat manusia, patut disayangkan. Pernyataan ini bisa disebut semacam halusinasi.

Dalam ilmu kejiwaan halusinasi didefenisikan sebagai gangguan persepsi yang membuat seseorang mendengar, merasa, mencium, atau melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Pada kondisi tertentu, halusinasi dapat mengakibatkan ancaman pada diri sendiri dan orang lain. Halusinasi merupakan sensasi yang diciptakan oleh pikiran seseorang tanpa adanya sumber yang nyata.

Mengapa dikatakan halusinasi? Karena fakta ancaman itu tidak pernah ada. Khilafah sudah pernah ada, pernah menguasai setengah dunia, menyatukan banyak negeri yang penduduknya terdiri dari berbagai ras, bangsa, warna kulit, maupun agama. Tidak ada satu fakta pun kekuasaan Khilafah telah menyebabkan miliaran orang terbunuh.

Kekuatan pokok Khilafah Islam adalah akidah Islam yang sesuai dengan fitrah manusia. Akidah Islam inilah yang menjadi asas Negara Khilafah. Dari asas ini dibangun syariah Islam yang kaaffah yang mengatur urusan manusia. Negara Khilafah Islam ‘ala minhaaj an-nubuwwah mempersatukan peradaban dunia atas dasar Islam yang rahmatan lil ‘alamin.

Memang ada yang awalnya bergabung dengan Khilafah setelah mereka kalah dalam peperangan melawan Khilafah. Namun, banyak yang memilih bergabung dengan Khilafah secara sukarela. Mereka paham persis kebaikan apa yang mereka dapat di bawah naungan Khilafah. Mereka mengerti dan melihat secara nyata syariah Islam yang diterapkan Khilafah bisa mengatur umat manusia sekaligus mampu menyelesaikan persoalan mereka. Khilafah memberikan rasa aman, menjamin kesejahteraan dan kebebasan beragama bagi penduduknya yang terdiri dari Muslim maupun non-Muslim.

Meskipun diatur berdasarkan syariah Islam, dalam Khilafah tidak ada pemaksaan orang-orang non-Muslim untuk memeluk Islam. Posisi mereka sebagai ahludz-dzimmah, warga negara Khilafah yang beragama di luar Islam, justru menjadi legalitas Khilafah untuk melindungi mereka, menjamin kebutuhan pokok mereka, menjamin pendidikan dan kesehatan gratis untuk mereka, menjamin persamaan di depan hukum dan menjamin keamanan mereka.

Kenyataan historis seperti ini banyak diungkap sejarahwan dunia. Kita kutip saja pernyataan salah satu sejarahwan dunia, Will Durant, dalam The Story of Civilization: “Para khalifah telah memberikan keamanan kepada manusia hingga batas yang luar biasa besarnya bagi kehidupan dan usaha keras mereka. Para khalifah telah mempersiapkan berbagai kesempatan  bagi siapapun yang memerlukan-nya dan meratakan kesejahteraan selama berabad-abad dalam luasan wilayah yang belum pernah tercatatkan lagi fenomena seperti itu setelah masa mereka.”

Bahkan Adam Smith, pendiri ekonomi kapitalisme modern abad ke-18, pernah memuji sistem Khilafah dengan menyatakan: “…Imperium (Khilafah) tampaknya menjadi negara pertama di mana dunia menikmati tingkat ketenangan yang dibutuhkan oleh pengembangan ilmu pengetahuan.” (‘History of Astronomy’, The Essays of Adam Smith, London, 1869).

Karena itu halusinasi ini sungguh sangat disayangkan ada pada diri seorang Muslim. Seharusnya mereka bangga dengan Islam. Atau bisa diduga halusinasi ini bagian dari kriminalisasi dan monsterisasi Khilafah Islam. Strategi ini merupakan bagian dari proyek global Barat yang disebut dengan perang melawan radikalisme dan proyek pengarusutamaan moderasi beragama. Inti dari proyek global Barat ini adalah menjauhkan kaum Muslim dari syariah Islam yang kaaffah dan menjauhkan mereka dari persatuan umat Islam sedunia.

Dua perkara ini (persatuan kaum Muslim dunia dan penerapan syariah Islam kaaffah) akan terwujud dengan tegaknya Khilafah. Bagi negara-negara imperialis, tegaknya kembali Khilafah tentu menakutkan mereka. Pasalnya, Khilafah ‘ala minhaaj an-nubuwwah akan menghentikan penjajahan mereka di negeri-negeri Islam.

Yang mengherankan, mengapa tegaknya Khilafah dipersoalkan, sementara kejahatan peradaban Kapitalisme yang nyata di depan mata seolah tidak ada? Bukankah peradaban Kapitalisme telah menimbulkan banyak konflik, gagal memberikan rasa aman bagi masyarakat dan menyebabkan pembunuhan massal? Berapa juta umat Islam dan rakyat dunia yang menjdi korban dari kolonialisasi negara Barat dalam sejarah? Lebih dari 1,5 juta rakyat Aljazair terbunuh akibat perang dan sebab lain melawan kolonialisme Prancis selama lebih kurang 130 tahun. Berapa juta rakyat Indonesia yang menjadi korban selama penjajahan Barat? Diperkirakan jutaan penduduk asli benua Amerika menjadi korban penjajahan Eropa di benua itu. Kejahatan ini dilanjutkan oleh Amerika Serikat hingga kini. Tercatat, pada akhir Perang Indian pada akhir abad ke-19, penduduk asli Amerika yang tersisa sekitar 238 ribu. Menurun tajam dari perkiraan sekitar 5 juta hingga 15 juta suku Indian yang tinggal di Amerika Utara ketika Columbus tiba pada tahun 1492.

Betapa buramnya peradaban Barat kapitalis bisa kita lihat dari korban Perang Dunia Pertama sekitar 20 juta orang, ditambah lagi dengan Perang Dunia ke-2 yang menelan jiwa  lebih dari 100 juta orang. Apakah peradaban seperti ini yang kita pertahankan?

Yang menyedihkan, di satu sisi melakukan kriminalisasi terhadap Khilafah Islam, di sisi lain berjabat tangan dengan penjajah Yahudi yang telah membunuh umat Islam di Palestina. Khilafah dipersoalkan, sementara kerakusan ideologi Kapitalisme yang mendorong Amerika dan negara-negara Barat  yang melakukan intervensi di Irak, Suriah, Afganisatan tidak dipersoalkan. Padahal jumlah korbannya jutaan orang.

Belum lagi kita bicara kegagalan peradaban Kapitalisme untuk mensejahterkan umat manusia. Apakah peradaban ini yang ingin dipertahankan dengan mengkriminalkan Islam Khilafah? AlLaahu Akbar! [Farid Wadjdi]

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi