Keluarga Bahagia dan Sehat Tanpa Asuransi

Setiap keluarga pasti menginginkan rumah tangganya bahagia dan sejahtera dunia akhirat. Tentu kebahagian itu diawali dengan keluarganya menjadi keluarga yang sehat. Berawal dari kesehatan yang prima, anggota keluarga akan selalu bersemangat, riang dan bahagia dalam menjalalani aktivitas sehari-sehari.

Setiap keluarga muslim tentu menginginkan keluarganya bahagia secara hakiki dan mencapai puncak kebahagian. Menurut Imam al-Qudha’iy dalam Musnad ash-Shihab, kebahagiaan dari segala kebahagiaan adalah panjang usia dalam ketaatan kepada Allah SWT.  Keluarga yang bahagia secara hakiki adalah jika anggota keluarga, ayah, ibu dan anak-anak senantiasa bersemangat, bahagia dalam beribadah. Bahkan menjadikan ibadah sebagai kebutuhan dan nyawa dalam hidupnya.

Beribadah kepada Allah adalah melaksanakan seluruh aktivitas sesuai dengan syariah Islam dan ikhlas melakukan hanya karena Allah. Karena itu memenuhi kebutuhan tempat tinggal yang sehat, layak dan syar’i adalah ibadah.  Memenuhi kebutuhan pakaian yang indah, layak dan syar’i adalah ibadah. Memenuhi kebutuhan kendaraan yang aman dan syar’i adalah ibadah. Memenuhi pangan yang sehat, enak dan halal adalah ibadah. Memenuhi kebutuhan pendidikan yang syar’i dan mengantarkan sukses dunia akhirat adalah ibadah. Demikian pula keluarga memenuhi kebutuhan keamanan dan kesehatan yang layak dan syar’i. Semua itu adalah ibadah.

Untuk memenuhi kebutuhan kesehatan yang layak dan syar’i, maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

 

  1. Siapkan Makanan dan Minuman yang Halal dan Sehat.

Di era sekarang ibu sebagai pengatur rumah harus semakin hati-hati dan selektif. Termasuk kewajiban ibu  adalah menyiapkan makanan yang halal dan thayyib (sehat), yang disukai suami dan anak-anak Allah SWT berfirman:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ كُلُواْ مِمَّا فِي ٱلۡأَرۡضِ حَلَٰلٗا طَيِّبٗا وَلَا تَتَّبِعُواْ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيۡطَٰنِۚ إِنَّهُۥ لَكُمۡ عَدُوّٞ مُّبِينٌ

Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi kalian (QS al-Baqarah [2]: 168).

 

Imam Ali Ash Shabuni dalam Mukhtashar Ibn Katsir menjelaskan bahwa maksud dari kata halal[an] thayyib[an] (halal dan baik) adalah makanan atau minuman yang baik untuk dirinya dan sehat, tidak memberi bahaya pada badan dan akalnya.

Makanan dan minuman yang haram akan menjadikan hati manusia keras dan buta. Akibatnya, seseorang lebih cenderung berbuat maksiat, susah memperoleh ilmu yang bermanfaat dan doanya tidak dikabulkan oleh Allah. Ibnu Abbas ra. menuturkan bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda:

فَقَامَ سَعْدُ بْنُ أَ بِي وَقَّاصٍ فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ ادْعُ اللهَ أَنْ يَجْعَلَنِي مُسْتَجَابَ الدَّعْوَةِ. فَقَالَ: يَا سَعْدُ، أَطِبْ مَطْعَمَكَ تَكُنْ مُسْتَجَاب الدَّعْوَةِ، وَالذِي نَفْسِ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ إِنَّ الرَّجُلَ لَيَقْذِفُ اللُّقْمَةَ الْحَرَامَ فِي جَوْفِهِ مَا يُتَقَبَّلُ مِنْهُ أَرْبَعِينَ يَوْمًا، وَأَيُّمَا عَبْدٍ نَبَتَ لَحْمُهُ مِنَ السُّحْتِ وَالرِّبا فَالنَّارُ أَوْلَى بِهِ

Saad bin Abi Waqash berdiri dan berkata, “Wahai Rasulullah, berdoalah kepada Allah agar menjadikan aku orang yang doanya terkabul.” Rasulullah saw. bersabda, “Saad, jagalah makananmu, niscaya kamu menjadi seorang yang doanya mustajab. Demi Allah Yang jiwa Muhammad ada di tangan-Nya, sesungguhnya ada kalanya seseorang memasukkan makanan yang haram dalam perutnya, lalu tidak diterima amalnya selama empat puluh hari. Setiap orang yang dagingnya tumbuh dari makanan yang haram atau riba, neraka lebih tepat menjadi tempatnya.” (Ali ash-Shabuni, Mukhtashar Ibn Katsir, Tafsir QS al-Baqarah [2]: 168).

 

  1. Budayakan Pola Hidup Bersih, Rapi, Sehat, Aman dan Nyaman.

Kebersihan, kerapihan dan kenyamanan rumah akan menjadikan anggota keluarga betah dan nyaman di rumah. Demikian pula sikap dan akhlak mulia anggota keluarga akan menjadikan keluarga betah, nyaman dan rindu berkumpul di rumah. Semua anggota keluarga akan merasa bahagia jika mampu merasakan “rumahku adalah surgaku, ayah dan ibuku adalah surgaku”. Begitu pula orangtua merasakan “anak-anakku adalah surgaku”.

Membiasakan diri dan keluarga agar senantiasa berpikir positif dan berakhlak terpuji adalah penting, karena perintah dari Allah. Di samping itu ternyata 90%  penyakit berasal dari pikiran dan 10% dari pola makan. Karena itu kita harus meninggalkan akhlak tercela: pemarah, emosional, suka merendahkan orang lain, berprasangka buruk, dendam, menyimpan kesedihan terlalu lama, stres, putus asa, khawatir dan ketakutan yang berlebihan. Akhlak tercela inilah yang berkontribusi besar menyebabkan berbagai penyakit (Sumber: The Healing & Discovering the Power of Water).

 

  1. Ayah Memberi Nafkah yang Halal dan Wajib Menjaga Keluarga dari Api Neraka.

Ibu sebagai manajer keuangan dalam rumah tangga harus mampu menyisihkan sebagian uang belanja untuk biaya tak terduga, termasuk dana kesehatan. Ayah mempunyai kewajiban untuk memberi nafkah yang halal termasuk dana kesehatan. Ayah bertanggung jawab menjaga diri dan keluarganya dari api neraka:  Terkait QS at-Tahrim ayat 6 Ibnu Abbas ra. menyatakan: “Hai orang-orang yang mengimani Muhamad saw. dan al-Quran, jagalah diri kalian, kaum kalian dan keluarga kalian—yaitu anak-anak dan istri-istri kalian—dari api neraka. Didiklah, ajarilah mereka al-khayr, yaitu agama Islam, dengan menerapkan aturan Islam, niscaya hal itu akan menyelamatkannya dari neraka.” (Ibn Abbas, Tanwir Miqbas, II/95).

 

  1. BPJS Haram dan Merugikan Keluarga.

Dalam Islam Negara berkewajiban menyiapkan layanan kesehatan berkualitas dan gratis. Hal ini sebagaimana yang dilakukan Rasulullah saw. Sebagai kepala negara, beliau pernah menyiapkan layanan kesehatan bagi delapan muallaf  yang menderita sakit gangguan limpa. Rasulullah saw.  memerintahkan agar mereka dirawat di sebuah tempat untuk merawat orang sakit, yaitu sebuah daerah dekat dengan penggembalaan ternak milik baitulmal. Para pasien ini dirawat dan diberi makan dan minum  susu langsung dari peternakan secara gratis dan kualitas. Pelayanan ini dilakukan dengan  baik sampai mereka sembuh.

Apa yang dilakukan Rasulullah saw. berbeda dengan pemerintahan demokrasi saat ini. Jangankan melayani kesehatan rakyat secara berkualitas dan gratis, malah negara menjual pelayanan kesehatan melalui  asuransi kesehatan. BPJS Kesehatan sebagai penyelenggara dari salah satu program Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), yaitu program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), memposisikan BPJS Kesehatan sebagai badan hukum publik (Pasal 7 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011).  Masyarakat yang ingin mendapat layanan kesehatan harus  menjadi nasabah BPJS, dengan membayar premi sesuai dengan tingkat pelayanan yang diberikan.   Konon katanya per 1 Januari 2020 iuran BPJS akan naik. Untuk kelas III sebesar RP 42.000/orang/bulan. Untuk kelas II sebesar Rp 110.000/orang/bulan dan untuk kelas I sebesar RP 160.000/orang/bulan (Tribunnews.com). Jika benar biaya iuran BPJS naik, coba bayangkan kalau satu keluarga berjumlah 6 orang. Kalau kelas II saja, maka harus keluar biaya untuk BPJS Rp 660.000. Biaya sebesar ini sungguh berat ditanggung oleh sebuah keluarga pada umumnya di Indonesia. Padahal belum tentu anggota keluarga tersebut sakit.

Keluarga akan rugi dunia akhirat kalau menjadi nasabah BPJS. Akad dengan BPJS—sebagai lembaga yang serupa asuransi—adalah haram dan merugikan. Akad asuransi haram karena merupakan perjanjian penggantian harta yang mengandung ketidakpastian dan ketidakjelasan, spekulatif dan riba. Dalam sebuah hadis dinyatakan: “Rasulullah saw. melarang jual-beli dengan kerikil dan jual beli gharar (tidak jelas).” (HR Muslim, Malik dan Ahmad).

Asuransi juga bersifat spekulatif. Bagi nasabah yang sering sakit akan diuntungkan dan bagi nasabah yang jarang sakit akan dirugikan. Hal ini termasuk perjudian yang diharamkan (QS al-Maidah [5]: 90). Keharaman asuransi juga karena termasuk riba karena keuntungan nasabah merupakan tambahan dari harta pokoknya. Keharaman riba sangat tegas dalam al-Quran (Lihat: QS al-Baqarah [2]: 278). [Ummu Nadhifah]

 

Sumber: https://al-waie.id/baiti-jannati/keluarga-bahagia-dan-sehat-tanpa-asuransi/

Dibaca

 118 total views,  2 views today

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi