30 JURUS MENGUBAH NASIB; UBAH ORIENTASI

Oleh : Ust. Prof. Dr. -Ing. H. Fahmi Amhar
Penyunting : Jusmin Juan

(Apa Yang Bisa Kita Ubah Agar Allah Mengubah Masih Kita)

Hari-11 : UBAH ORIENTASI

Sesungguhnya tidak ada orang maupun kaum, yang mengalami perubahan nasib tanpa mereka mengubah dulu “Orientasi” -nya atau perjalanan hidupnya

Kehidupan itu laksana jalan. Kalau berangkat mudik dari jakarta ke Yogya, maka dari awal kita sudah seharusnya tahu, kemana arah yang dituju. Kalau salah, jangan-jangan kita malah ke Barat, menuju merak lalu menyebrang ke sumatera, wahh makin jauhnya Yogya. Atau lebih parah lagi kita malah ke Cengkareng, naik pesawat, ternyata itu pesawat jurusan Jeddah.

Woww, jadi bukan mudik tapi umroh dong…

Yang paling konvensional, akan melewati jalur yang lebar dan mulus, lewat Semarang lalu Magelang. Intinya, ditiap simpang jalan itu mereka harus memutuskan kearah mana. Disitulah, setiap saat kita harus berOrientasi. Kita ada dimana, dan tujuan itu ke arah mana.

Demikian juga dalam kehidupan. Setiap kita lulus satu jenjang pendidikan dan akan melanjutkan jenjang diatasnya, atau kita selesai studi dan mau bekerja atau membuka usaha, atau kita mau mendiami sebuah rumah dan membentuk rumah tangga, semua perlu orientasi.

Orientasi itu akan memandu kita, apakah benar kita menuju tujuan kita kes sekolah, bekerja atau berumah tangga.

Orientasi itu akan memberi informasi yang lengkap, sudahkah bekal kita memadai, apa saja yang harus disiapkan, dan berapa lama kita memadai, apa saja yang harus disiapkan, dan berapa lama kita harus menyiapkannya.

Orang Jakarta yang niat mudik ke Yogya lewat jalur darat, dia harus menyiapkan kendaraan yang masuk akal akan membawanya dengan selamat dan sehat ke Yogya, dalam waktu yang dirasakannya cukup. Apa jadinya mudik ke Yogya dengan naik becak. Mungkin sampai juga, tetapi ketika sampai, lebaran sudah lewat sebulan!

Demikian juga orang yang bermimpi memasuki sebuah universitas favorit. Dia sebaiknya berorientasi kemampuannya saat itu, sehingga dapat mengukur yang harus disiapkannya. Mungkin kalau dia menyadari IQ-nya pas-pasan, dia harus mempersiapkan semuanya sejak hari pertama masuk SD. Mungkin saja dia harus belajar lebih keras dari teman-temannya.

Orang yang bercita-cita memiliki rumah tangga yang ideal, memiliki pasangan shalih/shalihah, sebaiknya juga mengukur diri sehingga dapat menyiapkan diri dari awal. Tentu cukup sulit dapat pasangan seperti itu, kalau jarang mampir ke masjid atau tidak bergaul dengan orang-orang yang gemar mengkaji al-Qur’an.

Apalagi kalau orang bercita-cita akan merubah nasib sebuah bangsa, membangun sebuah peradaban baru yang adil, makmur dan bermartabat, menjadi Rahmat ke seluruh dunia. Maka dia harus menyadari apa saja yang harus dia siapkan. Itu gunanya berOrientasi. Kalau dia sadar bahwa cita-citanya itu membutuhkan orang-orang yang rela melupakan makan siangnya demi belajar bahasa Cina. Sekarang ini kita memerlukan ribuan jenis keahlian. Kita perlu orang-orang yang menguasai ilmu syariah untuk persoalan ekonomi dan bisnis modern, serta percaturan politik dunia.

Mestinya Ramadhan adalah bulan untuk membuat kita mengubah arah perjalanan agar semakin dekat dengan tujuan. Mudah-mudahan, pada Har-11 bulan Ramadhan, kita sudah bisa mengubah Orientasi kita dalam perjalanan kehidupan, agar Allah mengubah nasib kita.

Dibaca

Loading

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi