30 JURUS MENGUBAH NASIB; UBAH KONTRIBUSI

Oleh : Ust. Prof. Dr. -Ing. H. Fahmi Amhar
Penyunting : Jusmin Juan

(Apa Yang Bisa Kita Ubah Agar Allah Mengubah Nasib Kita)

Hari-19 : UBAH KONTRIBUSI

Sesungguhnya tidak ada orang maupun kaum, yang mengalami perubahan nasib tanpa mereka mengubah dulu jenis dan tingkat kualitas kontribusi mereka

Sikap Hidup seseorang terhadap hidupnya, itu ada beberapa tingkatan.

Tingkatan yang paling rendah adalah apatis. Dia tidak berbuat apa-apa. Dia pasrah saja kemana “air mengalir”. Padahal air selalu mengalir ke lautan, tetapi berhenti di septictank. Orang semacam ini, ada yang karena pemahaman taqdir yang keliru. Dia percaya bahwa Allah sudah menjamin rizkinya, rizkinya tidak akan nyasar, tidak akan bisa diambil orang lain. Tetapi satu hal yang dia lupa, bahwa rizkinya tidak akan datang sendiri ke dirinya.

Dirinyalah yang harus berusaha menjemput rizkinya itu di suatu tempat yang telah ditentukan Allah dengan sebuah usaha yang juga telah ditentukan Allah, dengan sebuah usaha yang juga telah disyariatkan Allah.

Tingkatan berikutnya adalah positif. Dia berbuat sesuatu. Dia tidak membiarkan dirinya rusak, membusuk sendiri oleh keadaan. Namun, perbuatannya masih butuh stimulasi. Dia kadang masih bersikap reaktif. Kalau tidak ada aksi dari luar, dari dirinya tidak muncul sebuah reaksi. Kalau dia seorang mahasiswa, dia baru belajar kalau dosennya memberi tugas, atau mengumumkan bahwa besok akan ujian. Tetapi, belajar itu belum muncul dari dirinya sendiri karena kecintaannya pada ilmu.

Tingkatan yang lebih tinggi lagi adalah produktif. Dia menghasilkan sesuatu. Dia berpartisipasi pada meningkatnya harkar hidup diri dan lingkungannya. Bahkan dia sedikit banyak memberikan andil pada Produk Domestik Bruto dalam arti yang seluas-luasnya. Dia tidak hanya belajar agar dirinya lulus ujian, tetapi juga menghasilkan sebuah karya tulis yang dapat dimanfaatkan oleh orang lain. Keberadaannya sebagai seorang lulusan sarjana masuk dalam statistik nasional yang menghitung angka output perguruan tinggi.

Tingkatan yang paling tinggi lagi adalah kontributif. Dia menghasilkan sesuatu untuk mengantisipasi keadaan. Dia tidak hanya menunggu bereaksi atas sebuah keadaan, tetapi dia proaktif melakukan antisipasi sehingga keadaan yang buruk tidak sempat terjadi. Dia tidak hanya berproduksi hanya untuk dirinya sendiri, tetapi untuk masyarakat luas. Dia tidak cuma seorang mahasiswa yang kebetulan skripsinya juga berguna untuk orang lain ketika dia ingin lulus, tetapi dia memang menulis agar orang banyak mendapatkan manfaat.

Kita bisa memilih, dibidang apa kita akan proaktif memberikan kontribusi. Masyarakat membutuhkan banyak sekali hal. Ada yang memilih bidang pendidikan, dengan harapan akan memberikan multiplier-effect berupa siswa-siswi yang berpikir cemerlang. Ada yang memilih bidang ekonomi, dengan harapan akan memberikan efek sistemik perbaikan taraf hidup dan keberkahan masyarakat melalui muamalah-muamalah yang syar’i. Dan ada yang memilih bidang politik, dengan harapan akan mampu merombak total tatanan disebuah negeri, sehingga juga memberikan pengaruh yang sistemik dan berkelanjutan di bidang-bidang lainnya, termasuk bidang ekonomi dan pendidikan.

Namun apapun jenis kontribusi kita, satu yang harus diingat adalah, bahwa yang akan mengubah segala sesuatu itu Allah. Kita hanya melakukan perubahan pada jenis dan tingkatan kontribusi kita, agar Allah melibatkan kita ketika Dia mengubah sesuatu.

Mestinya Ramadhan adalah bulan untuk mengubah kontribusi kita. Mudah-mudahan, pada Hari ke-19 bulan Ramadhan, kita sudah bisa meningkatkan kualitas kontribusi kita, agar Allah mengubah nasib kita.

Dibaca

 97 total views,  2 views today

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terbaru

Konsultasi