Oleh : Ust. Prof. Dr. -Ing. H. Fahmi Amhar
Penyusun : Jusmin Juan
(Apa Yang Bisa Kita Ubah Agar Allah Mengubah Nasib Kita)
Hari-10 : UBAH DIFFERENSIASI
Sesungguhnya tidak ada orang maupun kaum, yang mengalami perubahan nasib tanpa mereka mengubah dulu “differensiasi”-nya atau membuat perbedaan dalam dirinya dengan masa lalu atau dengan orang lain
Allah menciptakan manusia dengan berbagai perbedaan. Perbedaan fisik, tempat lahir, latar belakang sosial, pendidikan dan sebagainya, itu qadha (kehendak Allah, di luar kekuasaan manusia). Jadi ini perbedaan yang tidak akan diminta pertanggungjawaban, jadi juga tidak perlu dipersoalkan. Perbedaan ini justru memudahkan manusia saling mengenal.
Namun ada perebedaan yang justru harus kita ciptakan, kalau kita ingin berubah. Ada dua perbedaan atau differensiasi yang bisa kota lakukan :
Pertama, perbedaan dengan dirinya sendiri di masa lalu.
Tentunya perbedaan yang sifatnya mubah. Syukur-syukur malah yang sunnah atau wajib. Kalau dia jarang berolahraga, sekarang bikin perbedaan dengan rajin olahraga tiap pagi. Meskipun cuma senang atau jogging keliling RT 10 menit.
Kalau dulu tak pernah pakai baju putih dan peci haji, apa salahnya sekarang pakai baju putih dan peci haji. Ada sobat yang tinggal di Eropa, biasa beli daging disebuah kios yang dijaga orang Turki. Ketika suatu dia datang dengan kostum putih dan peci haji, tiba-tiba penjaga warungnya bilang, “Pak Haji, ini daging yang dijual di kios ini tidak halal. Yang menyembelih orang kafir. Saya mah cuma jaga warung saja…”
Untuk amal yang sifatnya wajib, yang selama ini belum kita kerjakan, atau belum kita kerjakan dengan serius, apa salahnya sekarang kita buat perbedaan. Selama ini kita masih takut-takut minta break untuk sholat sewaktu rapat di Kantor sedang panas-panasnya. Atau mungkin selama ini kita terlibat dakwah hanya untuk selingan waktu luang saja.
Cobalah sekarang kita buat perbedaan. Kita menjadi orang pertama yang mengingatkan pemimpin rapat agar break 15 menit untuk sholat. Atau kita menjadi orang yang berada di depan dalam soal dakwah, dan dakwah menjadi poros kehiduapan kita.
Kedua, perbedaan dengan orang lain.
Allah memerintahkan kita belomba dalam kebaikan. Boleh saja kita menjadikan orang lain acuan untuk memacu prestasi. Orang lain rajin sholat berjama’ah, kita juga berusaha minimal serajin dia. Tetapi mari kita membuat perbedaan. Coba kita yang adzan! Kalau ada seratus orang sholat berjama’ah, pasti yang adzan cuma satu! Ini membuat perbedaan.
Kalau dikelas orang berlomba hanya untuk nilai akademis, sedang kita tahu banyak teman kita yang jauh lebih cerdas dari kita, cobalah kita membuat perbedaan dengan prestasi yang unik, yang tidak banyak orang mengejarnya, misalnya : kecil-kecil tulisannya biasa dimuat di media, atau kecil-kecil sudah jadi pengusaha, atau kecil-kecil sudah hafal Qur’an surat Al-Baqarah dan Ali Imran.
Rasulullah pun dalam memilih komandan pasukan sering mencari yang beda dari para sahabatnya.
Ketertarikan dan peminatan terhadap sesuatu apa saja, ternyata letaknya pada kemasan atau context yang berbeda. Jadi kalau selama ini kita merasa kurang berhasil dalam suatu aktivitas, cobalah, rubah nasib dengan membuat kemasan yang berbeda. Yang penting ada sentuhan berbeda, walaupun tetap syar’i.
Mestinya Ramadhan adalah bulan untuk membuat kita tampil beda meski ada wabah. Mudah-mudahan, pada hari ke-10 bulan Ramadhan, kita sudah bisa mengubah differensiasi kita dalam menjalani kehidupan, agar Allah mengubah nasib kita.